Mohon tunggu...
Shiamul Ihsan Arifin
Shiamul Ihsan Arifin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Jelajah tempat menarik terutama Museum

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Babad Sebagai Bagian dari Historiografi Indonesia

27 Juni 2024   09:31 Diperbarui: 27 Juni 2024   09:31 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Babad Sebagai Bagian dari Historiografi Indonesia

Pengertian Babad

Babad berasal dari bahasa Jawa yang mengandung arti membuka (futuh), seperti ungkapan babad alas (membuka hutan), menundukan, kemenangan, ungkapan babad tanah Jawi berarti kemenangan kerajaan Jawa . babad juga biasa diartikan dengan Bubat yang mengadung arti perang, hal ini dapat dimengerti karena buku-buku babad pertama kali disusun bertepatan dengan awal datangnya Islam ke Jawa.

Didalam babad biasanya mengandung kisah-kisah raja dan ratu yang memerintah di tanah Jawa. Babad merupakan salah satu bentuk historiografi tradisional merupakan bagian dari sastra klasik yang berisi kisah atau cerita yang dikemas dalam bentuk puisi tradisional atau pupuh.

Untuk memahami babad kita perlu memahami weltanschauung masyrakat Hindu-Buddha pada saat itu, yang masih dalam taraf kosmosentris. Roberft Gerldern, berpendapat bahwa kosmosentris Nusantara adalah kepercyaan tentang kesejarahan antara makrokosmos dan mikrokosmos, antara jagat raya dan manusia. Manusia senantiasa berada dibawah penagruh dewa dan benda yang ada pada mata angin. Dewa dan benda mata angin tersebut mempunyai daya sakti dan daya magis yang menentukan keselamatan manusia. Oleh karea itulah, babad banyak mengandung mitologi agar selamat dari dewa-dewa perusak.

Ciri-ciri Babad 

Terdapat beberapa ciri yang pertama, babad adalah mitos masyarakat yang berpaham kosmologis, maka historografi diupayakan untuk merekontruksi realitas sebagai entitas yang utuh dengan unsur-unsur  hostoris dan mitologis, digabungkan menjadi satu kesatuan yang utuh untuk melegitimasi para raja.

Ciri berikutnya dari babad adalah geneologis. Kekontinuitas geneoligis dari para raja merupakan legitimasi politik yang sanat diperlukan pada mamsa tradisional. Bahkan sampai sekarang pun karisma geneologis masih sangat dihormati dimasyarkat Inndonesia, seperti pendiri kerajaan Demak Raden Fatah dalam pertalian geneologis adalah putra Raja Majapahit dari istri Cina yang dihadikan dari Raja Palembang. Kisah di atas menerangkan geneologi Demak agar tidak terputus dengan dua kerajaan besar terdahulu. Majapahit dan Sriwijaya.

Unsur mitologis pada zaman itu merupakan legitimasi geopolitik kerajaan di nusantara. Bahkan silsilah kerajaan merupakan budaya politik melayu Polinesia, bahwa raja mempunyai dualisme legitimasi: sekuler dan magis (spiritual). Legitimasi sekuler dihubungkan dengan Cina sebagai asal bangsa Polinesia.

Legitimasi sekuler terus berlanjut berlangsung pada masyarakat Melayu sampai datang orang Eropa dan legitimasi magis berubah-ubah sesuai dengan agama yang menjadi panutan para raja. Pada zaman Hindu, raja diberi gelar pandito ratu, gulat, panembahan, dan pada zaman Islam diberi gelar, panotogomo, sultan atau khalifah. Babad bentuk Mahabharata dan Ramayana dalam ranah Melayu menjadi Hikayat Srirama dan Hikayat Mahabharata.

Contoh-contoh dari Babad

Buku yang termasuk dalam kategori babad ialah Babad Tanah Jawi. Babad ini mengandung catatan sejarah tentang berdirinya Kerajaan Mataram yang pada akhirnya menguasai hampir seluruh tanah Jawa. Babad ini di- anggap penting karena cakupannya sangat luas dibanding babad-babad lokal, seperti Babad Kediri, Babad Giri, dan Babad Bali. Pengarangnya tidak diketahui secara jelas karena kemungkinan besar babad-babad tersebut dikarang oleh tim yang diberi tugas oleh raja.

Kitab Negarakertagama, karangan Empu Prapanca, yang menguraikan tentang Kota Majapahit, wilayah jajahannya, perjalanan Hayam Wuruk ke wilayah kekuasaannya, kisah tentang pemerintahan Majapahit dan menyinggung juga upacara keagamaan dan situasinya kepada para leluhur.

Pustaka Negara Kertabumi yang disusun oleh Wangsakerta dengan tahun-tahun yang jelas. Buku ini terdiri dari Bhumi Nusantara 25 jilid, Naghara Kertabumi sebanyak 12 jilid, Mahabharata 18 jilid, Kitab Raja- raja 100 jilid lebih dan masih banyak lainnya tentang perdagangan, hukum, salinan naskah jawa kuno. Kitab epos Mahabarata yang mengisahkan tentang Arjuna, Pandawa Lima, dan Kuncarakarna, dari kitab inilah tradisi budaya foklor wayang masih berjalan sampai saat ini, terutama di masyarakat Jawa dan Sunda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun