Di era digital ini, semua informasi sangat mudah diakses oleh segala kalangan. Tak hanya orang dewasa, anak-anak di bawah umur juga sudah banyak yang mengakses internet dengan tujuan yang berbeda-beda sesuai porsi yang dibutuhkan. Bukan hanya akses internet, akses media sosial juga terus mengalami perkembangan dari berbagai kalangan. Menurut data dari Hootsuite, untuk Indonesia sendiri menunjukkan pengguna internet melonjak sebanyak 174,4 juta jiwa dan pengguna media sosial aktif sebanyak 160 juta jiwa dari total jumlah penduduk 272,1 juta jiwa. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia sudah melek teknologi tetapi, tetap harus mengimbanginya dengan wawasan dan pengetahuan sebagaimana mestinya sebagai pengguna yang bijak. Mudahnya dalam mengakses media sosial juga memunculkan dampak bagi masyarakat, seperti semakin banyaknya pengguna dari kalangan anak-anak di bawah umur.
      Media sosial yang notabene memberikan banyak kemudahan, juga memiliki manfaat dan kerugian bagi penggunanya. Media sosial saat ini mulai banyak disalahgunakan oleh para penggunanya. Tak jarang media sosial digunakan untuk menyebarkan konten SARA, masalah politik, ujaran kebencian, hingga tempat mengkritik seseorang. Rusak sekali kondisi moral bangsa ini jika tidak bijak dalam menyebarkan informasi di media sosial.
      Hal ini sangat bertentangan dengan norma dan nilai-nilai pancasila yang ada di Negara kita. Sejak dini kita sudah diajarkan pentingnya pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Namun, di tengah perkembangan zaman, pengamalan pancasila mulai memudar terlebih di kalangan anak muda. Sangat disayangkan bila generasi penerus bangsa mulai melupakan pengamalan pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Banyak hal-hal mendasar yang seharusnya sudah bisa dipahami dengan baik sebagai fondasi bangsa Indonesia tetapi, dilupakan seperti toleransi, musyawarah, gotong royong, persatuan, dan keadilan.
      Kasus penyalahgunaan media sosial yang sering terjadi akhir-akhir ini adalah rendahnya toleransi antar masyarakat Indonesia. Banyak yang merendahkan perbedaan yang ada di sekitar, bahkan jika berbeda terlalu jauh dari pemikiran khalayak umum akan menjadi ajang ujar kebencian dan cyberbullying. Sangat disayangkan bila hal ini terjadi kepada anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan karena akan menimbulkan dampak psikologis yang mendalam bagi korban. Menyikapi hal tersebut, pemerintah sudah melakukan pengetatan terhadap pengguna media sosial yang masih berusia di bawah 17 tahun. Pemerintah juga menghimbau para orang tua untuk mengawasi anak-anaknya dalam menggunakan media sosial.
      Bebasnya akses media sosial memerlukan sikap Selection Perception bagi penggunanya. Selection Perception dapat dijadikan sebagai suatu upaya untuk membentuk pengguna yang bijaksana dalam menggunakan media sosial. Hal ini merupakan dasar yang harus dipahami setiap pengguna karena dengan menjadi pengguna yang pintar dalam bermedia sosial dan mampu menyeleksi informasi, mereka pasti memahami mana hal yang baik dan buruk. Tetapi, demi mewujudkan hal tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan, harus ada kerjasama dari berbagai pihak untuk menyadarkan pentingnya memiliki sikap Selection Perception terutama bagi pengguna anak-anak. Mereka masih belum memahami bahaya media sosial di balik kemudahan yang didapat. Terkadang apa yang mereka tulis dalam kolom komentar tanpa dipikirkan terlebih dahulu akan berujung pada tindak kriminal dan termasuk dalam cyberbullying.Â
      Maka, penting bagi kita memahami dasar nilai-nilai pancasila untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mengapa memahami dasar nilai-nilai pancasila sangatlah penting? Karena Pancasila adalah dasar negara pertama Indonesia yang memiliki makna penting dalam kehidupan bernegara dan menciptakan karakter bangsa yang baik. Bila kita memahami pancasila dengan tepat, akan memiliki cara pandang, cara berfikir, bersikap, berperilaku, dan cara kerja yang baik dan disiplin. Pemerintah di bawah lembaga BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) terus melakukan gerakan revolusi mental terhadap anak-anak muda. Dengan begitu akan meminimalisir terjadinya penyalahgunaan media sosial di kalangan anak-anak. Peran orang tua juga sangat penting dalam pengawasan penggunaan media sosial anak karena lingkungan keluarga merupakan perantara pertama tumbuh kembang anak. Jadilah pengguna yang bijak dalam bertindak dan jagalah sikap dalam menggunakan media sosial. Jangan sampai kita menyesal karena perbuatan yang tanpa disadari kita lakukan.
Shafira Salsabila, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H