Mohon tunggu...
Ani Sri Nuraini
Ani Sri Nuraini Mohon Tunggu... -

kamu tidak akan pernah tahu saya jka belum pernah berbicara dengan saya, seperti pepatah 'TAK KENAL MAKA TAK SAYANG' ^^\r\nI Publishing Jurnalism♥2011 | PNJ♥ | I ♥ Dance and I ♥ BQ Ent♥ | I'M ELF | I'M ㄴㅇㅅㅌ | Yesung♥ | Aron♥ | saranghae :* ♥

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Pertama: Dreams Come True

1 Oktober 2012   13:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:24 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai semua, ini adalah post pertamaku di Kompasiana, sedikit cerita awal buat cerpen ini ketika pelajaran Penulisan Fiksi dari dosenku Pak Ade, tadi pagi (01/10/'12), pembuatannya on the spot sekali karena diberi waktu hanya dua jam setengah saja, yasudah tidak banyak omong, silahkan menikmati ceritanya^^

Dreams Come True

Aku duduk terdiam di atas sebuah batu besar yang berada di halaman belakang rumahku, begitu indah begitu nyaman dan asri, ranting-ranting cemara dan bunga-bunga mawar melambai lembut tertiup angin sore hari. Ku pandangi sebuah kertas yang berada di jemari lentikku, sebuah foto yang memampangkan seorang pria yang tampan rupawan mengenakan kemeja putih dan jas berwarna hitam, rambutnya yang hitam terlihat begitu terawat,poni dengan model menyamping membuatnya semakin terlihat tampan.

“Haaaahh,” tarikan nafas itu keluar lagi dari mulutku, “Haaaaah,” “Mengapa kau begitu tampan,” pujiku, tak henti-hentinya kata itu terlontar dari bibir manisku. “Ya Tuhan, mungkinkah aku akan bertemu dengannya? Atau akan menikah dengannya,” “Tidak mungkin, mimpi saja aku ini, hehe” gumamku. Ku rebahkan tubuh di atas batu besar itu, haaah nyaman sekali.

Angin sore itu semakin membuatku ingin terpenjam, rasa nyaman itu kembali lagi, sedikit demi sedikit mata belo’ku tertutup dan tertidur. Ditengah mimpiku aku mendengar sayu-sayu suara memanggil namaku, seperti tak asing lagi bagiku, “Syaaa, Syasyaa.. banguuunnn,” panggilnya, “SYAAA..” suara itu semakin keras dan semakin keras “SYAAA!!!”

Aku terpelontar dan terbangun, hampir saja terjatuh, “Ih ganggu aja nih,” bentakku. Hanya cengiran aneh yang terlihat dari sosok pria di depanku, “Hehehehe ganggu ya?” tanyanya dengan wajah polos. “Pake tanya lagi, dodol,” ku jambak rambutnya yang bergelombang.

“Ngapain sih ke sini? Ganggu aja ih!!” bentakku, “Ah kamu mah rese, abang kan kangen sama kamu, kamu gak kangen apa sama abang?” “Ganggu aja, gak tau apa aku lagi mimpiin abang Yesung.”

“Bener-bener nih adeku yang satu ini, bukan mimpiin abang yang ganteng ini malah mimpiin orang lain, siapa tuh Lesung Super Jontor??? Abang baru pulang juga, bukannya di peluk,” “WHAAAAAAAAAAAAAATTTT???? YESUNG SUPER JUNIOR BAAAANG!!!!!” setelah mendengar teriakanku, sosok pria itu langsung lari mengambil langkah seribu ke dalam rumah dan mengunci dirinya di dalam kamar. “Awas, gue aduin papa baru rasa,” aku terus mendumel sepajang jalan ke arah kamarku.

Abang aku satu-satunya ini memang selalu seperti itu, dia tidak akan pernah berhenti menjahiliku dan membuatku marah. Namun, sebenarnya dia sangat baik dan perhatian, aku juga sangat rindu kepadanya, karena dia sudah lama bersekolah di Australia dan baru pulang hari ini. “Bang vino... bang vino...” gumamku sambil tertawa melihat tingkahnya tadi ketika lari tunggang langgang saat ku kejar.

******

Saat sarapan pagi, papa sangat bingung melihat tingkah anak perempuannya yang sangat aneh, papa sudah mengerti jika Syasya diam, berarti ia sedang kesal. Suasana pagi itu sangat tegang, karena tidak ada yang memulai pembicaraan.

Papa yang gerah karena pembisuan pada pagi hari ini, akhirnya ia mulai angkat bicara. “kamu kenapa sih sayang?” tanya papa ketika aku sedang menyuap nasi goreng yang ada di piringku. Aku diam beribu bahasa, ingin rasanya aku menjawab dan tidak ingin membuat papa menunggu jawaban dariku. Namun sayang, kata-kata yang aku ingin keluarkan, membeku, lidahku terasa kelu.

Papa adalah orang tua tunggal, ia adalah sosok orang tua yang sangat lembut bagiku, mama meninggalkan papa dan kita semua ketika aku baru berumur 13 tahun, mama mengidap penyakit kanker ganas. Bertahun-tahun beliau berjuang menghadapi penyakitnya, namun tuhan mengambilnya begitu cepat, papa sangat sedih dan terpukul, dan aku berjanji tidak ingin membuatnya bersedih.

Aku melihat sosok abangku yang duduk di depanku, namun ia juga diam beribu bahasa, dari matanya terlihat sorotan rasa bersalah. Sesungguhnya aku sudah tak tega tidak menegurnya semalaman ini, namun mau bagaimana lagi? dia sudah menjelek-jelekan idolaku, aku berharap ia meminta maaf.

Ku percepat makanku, dan berpamitan dengan papa, “Pah, aku berangkat,” aku buru-buru mencium tangannya dan lagi-lagi aku tidak menegur abangku. Aku melihat raut sedih di wajahnya.

******

Suasana kelas sangat riuh dan berisik, seperti biasa Shilla dan Kokom sedangbergosip,Chatrin sedang berdandan, Yusuf tertidur, dan sebagian murid lelaki main lempar-lemparan kertas dengan anak perempuan di kelas, memang pada saat itu guru bahasa inggrisku tidak masuk. Di tengah-tengah kebisingan aku melamun, bagaimana tidak, pada saat itu aku sangatlah malas melakukan kegiatan seperti teman-temanku yang lain.

“Dooooorr...” suara teriakan itu membuyarkan lamunanku, aku menengok melihat ke arah pemilik suara, aku melihat sosok perempuan yang sudah ku kenal sejak lama. Dia sahabatku, Cristy. “Hey, Nona Yesung kenapa melamun?” tanyanya, ia memanggilku seperti itu karena ia tahu jika aku menyukai penyanyi dari Korea Selatan yang sekarang video clip-nya sering di putar di tivi-tivi swasta.

“Haah, aku lagi pusing Cris,” jelasku, ku rebahkan badanku ke kursi, wajahku terlihat serius, Cristy memperhatikanku dengan serius. “Lho? Emang kamu pusing kenapa Sya?,” tanyanya lagi. “Aku pusing mikirin Yesung Cris, dia lagi apa ya? Udah makan belum ya?” jelasku ngelantur. “Aaaaaaaaaaaaaah kamu mah, aku fikir kenapa?” ia menekukkan wajahnya, seperti tidak puas akan jawabanku. Aku tertawa melihat wajahnya dan akhirnya kami tertawa bersama.

******

Di rumah aku tidak melihat abangku, padahal aku ingin sekali memeluknya. Entah kenapa aku ingin sekali melakukan hal itu. “Abaaaaaaaang, baang,” teriakku, ku jatuhkan tas ku di atas shofa dan ku telusuri isi rumah. Aku mencari di kamarnya dan di ruang-ruang yang biasanya sering di datangi bang Vino, namun aku tak menemukannya.

“Haaah, kemana ya bang Vino? Aku ingin meminta maaf atas sikapku tadi pagi,” gumamku. Akhirnya ku putuskan untuk ke halaman belakang. Aku duduk terdiam di atas sebuah batu besar, merenung keegoisanku.

Tiba-tiba terdengar sayup-sayup suara mobil berderu dari arah depan, aku berlari sekuat tenaga. Ternyata benar abangku baru saja pulang. Aku berdiri di depan pintu, sambil melihat lekat-lekat ke arah abangku, ia tersenyum.

“Abang kemana saja?” tanyaku, “Aku takut sendirian di dalam rumah,” “Hahaha, kamu takut? Tadi aku menemui temanku,” jawabnya, aku melihat ada yang aneh dari wajah, sepertinya ia sedang bahagia dan menyembunyikan sesuatu dariku, sesuatu rahasia yang sangat besar.

“Maafin abang ya de, abang keterlaluan bercandanya,” “Aku juga minta maaf ya bang, aku egois,” ungkapku. Ada rasa yang aneh, seperti rasa menjauh diantara kami, apa karena kami jarang bertemu? Entahlah aku tidak tahu.

“Oh iya de, aku punya hadiah buat kamu,” suasana semakin mencair, ketika ia mencoba mencairkan suasana di antara kami. “Apa bang?” tanyaku, aku sangat tidak sabar dengan apa yang akan dihadiahkan kepadaku.

Ia memberikanku sebuah kotak berbentuk persegi panjang berbungkuskan kertas kado berwarna biru, warna kesukaanku. “Apa ini bang?” aku sangat bersemangat untuk cepat-cepat membuka bingkisan itu, aku robek pembukusnya secara pelan-pelan agar tidak merusakan kotak di dalamnya.

“Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa,,, demi apa ini bang? Ini beneran?? Aku gak mimpi kan?? Alhamdulillah ya Allah,” aku berteriak-teriak dan meloncat ke sana ke mari seperti bola yang kehilangan kendali, aku menatap wajahnya, “Terimakasih ya bang,” aku memeluknya dan ia tersenyum bahagia.

Aku bersiap-siap merapihkan baju-bajuku ke dalam koper besarku, abangku menunggu di garasi, ternyata papa sudah menunggu di sana. “Pah, papah gak kenapa-napa jika kami tinggal selama seminggu?, kenapa papah tidak ikut bersama kami?” tanyaku, “Gak bisa sayang, papah banyak kerjaan di sini, selamat bersenang-senang ya sayang,” ia melayangkan kecupan di jidat kami.

********

Hadiah yang diberikan abangku adalah dua buah tiket visit ke Korea Selatan dan dua passport serta visa, aku sangat senang, akhirnya impianku berkunjung ke Negeri Gingseng tercapai. Aku tidak menyangka jika ternyata ia selalu memikirkanku.

Ia mengatakan, selama seminggu ke Korea kita akan mengunjungi tempat-tempat hiburan yang terkenal di sana. Dan yang membuatku senang hingga rasanya ingin meledak adalah kami akan mengunjungi kantor SM Entertaiment, tempat Yesung Super Junior berlatih.

Aku tidak membayangkan akan bertemu dengannya, aku tidak menyangka akan melihat idolaku. Aku baru sadar, kemarin abangku mengatakan abis bertemu dengan temannya, ternyata karena membicarakan perjalanan ini. Ia menceritakanku kepada temannya, karena yang ia tahu temannya berkerja di kantor SM Entertaiment, dan ia memohon agar temannya mengizinkanku untuk bertemu Yesung di sana.

Aku melihat lekat-lekat wajah abangku dan merangkul lengannya ketika memasuki lorong ke arah pesawat yang akan membawa kami ke Negeri Gingseng. “Terimakasih bang, my dreams come true,” ia tersenyum dan mengacak rambutku.

End

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun