Mohon tunggu...
Shezie wahyu salsabila
Shezie wahyu salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa aktif prodi Sastra Inggris Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebudayaan Sastra yang Berkembang pada Masa Bani Umayyah

1 September 2023   09:57 Diperbarui: 1 September 2023   11:19 1188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada proses perkembangan kreativitas pada masyarakat dan tingkat peradaban sebagai pemiliknya, kemajuan kebudayaan suatu masyarakat sebenarnya merupakan cermin kemajuan peradaban masyarakat tersebut. Zainuddin Fanine mengatakan bahwa, karya sastra merupakan cerminan lingkungan budaya dan teks sastra tersebut merupakan dialektis yang terbentuk antara pengarang dan situasi sosial, atau merupakan penjelasan tentang sejarah dialektika yang berkembang dalam karya sastra.

Dr. Syafiq Abdur Razaq Abi Sa'dah dosen fakultas bahasa Arab Universitas al-Azhar mengatakan bahwa, "Sastra adalah cerminan kehidupan mulai dari hal-hal yang detail hingga hal-hal yang besar." Sastra muncul dari kebudayaan, sastra juga bagian dari kebudayaan. Demikian pula, budaya terkadang dapat diciptakan demi budaya. Kebudayaan merupakan objek lahiriah sastra, juga dapat melahirkan pola yang berbeda. Gaya sastra ini muncul bersama dengan berbagai budaya di kehidupan masyarakat di bumi.

Dinasti Bani Umayyah tergolong dalam zaman sadr al-Islam. Sastra Arab pada zaman Bani Umayyah mengalami perkembangan yang luar biasa. Hal itu terjadi karena pengaruh bahasa agama, yaitu Al-Qur'an dan Hadits. Selain itu sastra sering digunakan untuk menyampaikan nilai-nilai ajaran agama baik melalui genre puisi maupun pada prosa.

Selama sadr al-Islam, syair pada masa Bani Umayyah memiliki lebih banyak keistimewaan dibandingkan dengan syair-syair pada zaman Jahiliyah. Ciri yang paling terlihat adalah pengaruh para penyair terhadap makna, lafal, susunan dan gaya bahasa Al-Qur'an serta Hadits, dan penunjang dari pemikiran mereka terhadap Al-Qur'an.

Bani Umayyah mengalami banyak perkembangan saat masa pemerintahannya. Seperti berkembangnya ilmu pengertahuan, serta system politik. Hal tersebut menjadi salah satu faktor dari berkembangnya karya sastra pada zaman itu. Selain dari kedua faktor tersebut, terdapat faktor lainnya yang menglatarbelakangi perkembangan kesusasteraan di masa Dinasti Bani Umayyah, sebagai berikut:

1. Munculnya arus politik dan sekte keagamaan yang menggunakan sastra sebagai argument retoris dalam mempertahakan keyakinannya sehingga menimbulkan konflik.

2. Banyak terjadi perang yang melahirkan penulis mengabdikan sejarah secara detail melalui syair.

3. Para Khalifah Bani Umayyah menaruh perhatian pada puisi, bahkan beberapa Khalifah merupakan penyair dan merupakan seorang kritikus syair yang handal.

4. Bangkitnya kembali fanatisme kesukuan. Suku apa saja dikalahkan dengan syair fakhr dan menjatuhkan mereka dengan syair satire. Maka terjadilah pertempuran antara Bani Adnan dan rakyat Yaman, antara Bani Qais dan Bani Tamim, Bani Rabi'ah dan Bani Mudar Pertempuran terjadi di pasar al-Marbad di Basra dan pasar al-Kinasah di Kufah.

5. Prinsip kepentingan politik berlaku antara penyair dan penguasa pada masa itu. Para penguasa menggunakan para penyair sebagai alat propaganda untuk syair-syair mereka, sedangkan para penyair menerima kedudukan dan kemewahan. Sensasional itu membuat puisi menjadi profesi yang menjanjikan.

Faktor diatas menghasilkan karya sastra dengan tema-tema yang terkenal pada masa Bani Umayyah, dan tetap ada hingga saat ini. Terdapat 3 tema yaitu alsiyasiy (politik), naqaidh (kontroversial), dan syi'ir al-ghazal (cinta).

Tema tersebut menghadirkan seorang tokoh penyair yang handal di setiap tema syair tersebut. Menggunakan argumentasi yang berbeda-beda, juga atas nama agama, untuk memihak kelompoknya dan mengkritik kelompok lain. Al-Farazdaq, Jarir dan Al-Akhtal dengan penyampaiannya yang tegas dan lugas merupakan pernyair pendukung Bani Umayyah. Mereka merupakan sastrawan yang meliputi syair bertema naqaidh (polemik) sastra yang tergabung antara fakhr (kebanggaan), madah (pujian), dan haja' (satire/sindiran). Al-Farazdaq, Jarir dan Al-Akhtal memang bermusuhan. Al-Farazdaq dan Al-Akhtal sering menulis syair yang mengejek Jarir dan sukunya, dan Jarir menyerang mereka dengan puisi satire buatan Ia sendiri.

Selain itu terdapat tema syi'ir alghazal (cinta). Sastrawan yang terkenal dengan tema ini adalah 'Umar ibnu Abi Rabi'ah. Ia seorang penyair yang menyampaikan kisah cinta secara eksplisit. Ia mengekspresikan melalui pertemuan, kebersamaan, dan romantisisme, dengan gaya bahasanya yang lugas. Adapun sastrawan lainnya yang mengekspresikan cintanya secara halus dan implisit, seperti Jamil Busainah, Qais Lubna, dan Qais ibnu al-Mulawwah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun