Mohon tunggu...
Shesar
Shesar Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pemuja Pramoedya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tahi Goreng Tulang Lunak

13 Februari 2017   08:03 Diperbarui: 13 Februari 2017   16:31 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sebuah momen kekalahan Brasil 1-7 atas Jerman di satu laga sepak bola, Budi sadar orang-orang di warung mi instan rata-rata menghabiskan 10 gorengan sepanjang permainan. Menang kalah, pemirsa geregetan dan gorengan adalah pelampiasan paling dekat. Menempeleng teman di sebelah jelas cari perkara, sedangkan menggigitnya lebih perkara lagi. Maka menggigit gorengan adalah pelampiasan paling beradab.

Budi berkeliling ke banyak warung mi instan, menawarkan mendoan dan kawan-kawannya. Bodohnya, Budi menjual gorengan di warung sama dengan di perkantoran. Hanya sedikit orang khilaf yang geregetan lalu menggigit gorengan Budi. Tak laku.

“Barangkali riset bukanlah koentji,” renungnya.

Dan Budi pun mengganti bahan-bahan gorengannya dengan yang  lebih murah. Jika riset bukanlah koentji, maka bahan-bahan itu haruslah mudah didapat tanpa banyak menggali kemampuan otak. Berkelilinglah ia mencari bahan dimaksud. Di ladang, di kebun, di sawah, di gunung, Budi mencari kesana lalu kemari. Lebih rumit daripada mencari orang pintar yang sanggup membesarkan pentungan ternyata.

Bahan-bahan yang mudah dicari jelas terserak di mana-mana, tapi tak ada yang menghasilkan rasa mengagumkan. Budi sendiri malas memakannya, apalagi menjualnya.

Kesal dan kadung lelah karena dagangannya banyak tak termakan, Budi iseng mencampur tahi kebo ke adonan. Tahi kebo mudah saja didapat, tetangga samping rumah punya empat ekor. Tahi-tahi itu direlakan saja oleh tetangga, lumayan untuk mengurangi bau tak sedap.

Dan dicampurlah sedikit tahi itu ke dalam adonan. Tahi adalah antitesis segala riset Budi selama karir tukang gorengannya. Tahi mudah didapat, mudah dicari. Tak perlu baca banyak buku untuk menemukan dan mencampurkannya dalam adonan. Orang yang tak pernah belajar membuat gorengan pun bisa sangat mudah melakukannya.

Bahan lain yang dicampur adalah tulang ayam tiren. Tulang itu dilunakkan dulu agar masuk ke adonan. Terlalu keras hanya akan merusak gigi pemakannya.

“Jika riset adalah koentji, maka tahi adalah …” bahkan yang seperti ini pun dipikirkan oleh Budi. Budi, tahi tetaplah tahi. Tak perlu kau pikirkan perannya sebagaimana riset-risetmu.

Mendoan campur tahi dan tahu isi tahi Budi titipkan di beberapa warung. Ramai-ramai sepak bola jagat sudah lewat. Di warung-warung, orang sibuk mengamati televisi dengan bermacam beritanya. Sebentar lagi pemilihan paduka. Tiga kandidat saling sikut berebut tahta.

Orang-orang punya kubu tersendiri. Tapi mereka masih bertemu di warung. Makan mi instan bersama, geregetan bersama. Bedanya, kali ini setiap geregetan akan berakhir pada gigitan di gorengan buatan Budi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun