Mohon tunggu...
Shesar
Shesar Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pemuja Pramoedya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tahi Goreng Tulang Lunak

13 Februari 2017   08:03 Diperbarui: 13 Februari 2017   16:31 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Apa resep rahasianya Ndes?” Gondes adalah panggilan Budi di lingkungan perkaribannya.

“Risetku lama dan dalam. Tiap pagi, sambil buang tahi kubaca tulisan tentang tepung, garam, dan tetumbuhan dari timur yang tentu tak ada di barat sini. Dari sana aku paham cara membikin tepung terbaik, di mana garam terbaik dibuat, dan tetumbuhan timur apa yang legit untuk mendoan ini,”

“Tumbuhan apa?”

“Itu rahasia bung,” padahal Budi hanya lupa nama tumbuhan yang rumit itu, yang mengucapkannya saja harus pelan betul agar ejaannya tak keseleo.

Maka sampailah mendoan Budi ke perkantoran tempat para kawan karib bekerja. Pemrogram gandrung karena mendoan itu membuat kode-kode tak lagi ruwet di mata. Penyunting menjadikannya sarapan pagi, sebab mereka jadi lebih teliti saat menyunat tulisan. Komikus pun tak ketinggalan, karena mendoan itu membuat mereka akhirnya tak malas makan dan lebih lagi humor yang tertuang di kertas lebih tidak garing dari sebelumnya.

Budi pun cukup sukses. Dari jualan mendoan, ia membeli puluhan buku jenis bacaan baik tentang gorengan maupun bukan, pergi ke tatar sunda untuk lebih memperkasakan pentungannya, yang lalu membuat kekasihnya sering menjerit di antara sakit atau senang.

Dua tahun sesudah pentungannya perkasa maksimal dan keuangannya aman, Budi menikahi kekasih yang sudah lama akrab dengan pentungannya. Mereka dapat berkah seorang gadis lucu yang dinamai Mbahmukiper. Nama yang demikian untuk menghormati nenek si kekasih yang semasa muda menjaga gawang tim sepak bola di ajang Olimpiade.

Berkah lainnya adalah ide produk-produk lain yang sukses terwujud. Tahu bulat, tahu segitiga, tahu tabung, mendoan isi cabe, mendoan isi daging, gehu pedas, gehu tidak pedas yang isinya coklat, juga sukun goreng yang sedap betul karena direndam lama di gudang garam, lalu ditusuk banyak jarum, dan dijemur di bawah terik surya selama 76 menit. Persis seperti yang sudah-sudah, produk-produk itu laku di perkantoran. Jawaban Budi selalu sama jika ditanya apa rahasianya.

“Riset adalah koentji!”

Selayaknya pengusaha lain, Budi pun memperluas pasarnya. Bukan karena tamak, tapi perkantoran yang melanggan gorengannya bubar. Tak bangkrut, tapi pindah ke kota lain. Perusahaan tadi undur diri karena gaji di kota baru itu lebih kecil, perusahaan bisa lebih irit.

“Kapitalis asu!” dimulailah hari-hari nasi kecap di keluarga Budi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun