Laki-laki itu secara terang-terangan, bersenjata kalimat yang menyerocos begitu saja dari mulutnya, menyakiti perasaan saya. Laki-laki itu, lewat media, menusuk nurani olahraga saya. Laki-laki itu bernama
Beberapa puluh menit silam, laki-laki itu diundang untuk ikut mengomentari final laga sepak bola SEA Games besok malam bersama Bung Pikal, bukan si petinju juara dunia berpuluh tahun silam, tapi si pelatih Persema Malang. Ada satu kalimat menyerocos dari mulutnya yang bagi saya sangat menyakitkan :
“Cabang olahraga lain ga dapat juara ga apa-apa, ga juara umum juga ga apa-apa, asal sepak bola kita dapat emas.”
Sungguh terlalu ngawur bukan? Dia anggap apa kerja keras atlet olahraga lain yang membayar dengan keringat yang tak terukur berapa liter wujudnya untuk bisa mendapatkan emas di SEA Games kali ini? Dia anggap apa cedera yang dialami atlet-atlet itu selama menjalani latihan? Dia anggap apa waktu dan tenaga yang harus dibeli mereka untuk bisa mengumandangkan Indonesia Raya? Dia anggap apa air mata para atlet yang hormat dengan khitmat saat Indonesia Raya dikumandangkan?
Saya seorang penggemar sepak bola, olahraga menendang bola kesana kemari tersebut merupakan yang paling juara di benak saya, namun itu bukan alasan untuk bisa secara egois membutakan diri dari prestasi olahraga lain dan tentunya peluh yang keluar secara ikhlas dari kulit para atlet yang ingin mengumandangkan Indonesia Raya di sudut-sudut bumi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H