Di era sekarang dimana informasi begitu mudah menyebar dan nyaris tak terkontrol, terutama melalui media internet, diperlukan kehati-hatian dalam mencerna juga ikut serta menyebarkan berita dari sebuah sumber. Informasi yang tersebar melalui internet begitu mudah direkayasa karena nyaris tak ada saringan yang memilah dan memilih berita mana yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya dan mana yang menyebar kebohongan, sebagian atau seluruhnya, atau yang popular disebut hoax.
Beberapa hari terakhir ini saya menemukan beberapa tulisan yang cukup membuat saya mengernyitkan dahi karena sekilas saja saya baca sudah terdeteksi beberapa hal yang ngawur, bisa menjerumuskan, dan sarat kepentingan tertentu.
Salah satunya adalah artikel mengenai kode babi pada makanan, dimana salah satunya terdapat pada salah satu es krim dari produsen terkenal. Judul artikel itu yang terang-terangan menyebut jenis es krim itu langsung saja membuat curiga saya, karena saya mengira ini adalah salah satu cara untuk menjatuhkan nama dan citra sebuah merek, cara yang tidak etis dalam sebuah persaingan dagang. Dan benar saja, artikel tersebut kemudian mendapat bantahan dari seorang ahli. Untuk lengkapnya silakan buka link berikut http://ayyeshakn.multiply.com/reviews/item/149/Sedikit_pemberitahuan_semoga_menjadi_hikmah_agar_kita_tak_lekas_terpancing_berita_
Kemudian ada lagi artikel yang membahas mengenai April Mop yang jatuh tepat pada hari ini. Di artikel itu penulis menekankan bahwa April Mop adalah perayaan orang-orang barat atas keberhasilan mereka membantai umat Islam Spanyol pada tahun 1487 M, sehingga jika ada umat muslim ikut merayakan April Mop maka ia juga ikut merayakan pembantaian saudara-saudara muslimnya berabad lalu. Selengkapnya baca di sini http://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/april-mop-hari-dimana-umat-islam-dibantai.htm
Tidak begitu jelas apa maksud penulis membuat artikel semacam itu. Saya melihat artikel semacam ini justru mempunyai potensi untuk membuka lagi luka lama, mengungkit kisah kelam yang tak seharusnya diangkat lagi. Mengapa? Karena saya melihat ada potensi muncul lagi benih-benih kebencian dari satu umat terhadap umat lainnya. Susah payah tokoh-tokoh lintas agama berusaha menciptakan kedamaian antar umat beragama janganlah sampai hal it dirusak oleh segelintir orang yang dengan egois mencap bahwa dirinyalah, pemikirannyalah yang paling benar. Padahal jika kita mau memahami lebih dalam lagi maka kita akan bisa mengerti bahwa semua agama mengajarkan kedamaian, dan tak ada satupun nabi pembawa ajaran agama apapun yang mengajarkan untuk memerangi agama lain, kecuali ia diperangi terlebih dahulu.
Seringkali orang-orang memakai tameng sejarah untuk membentengi keyakinannya. Bahwa apa yang ia yakini benar tertulis dalam sejarah. Orang-orang tersebut mungkin lupa bahwa sejarah begitu mudah dimanipulasi demi kepentingan golongan tertentu. Sudah sering kita lihat sejarah yang kita yakini mendapatkan revisi.
Apakah anda pernah berpikir bahwa Daendels, Gubernur Jenderal VOC yang memerintahkan pembangunan jalan raya Anyer-Panarukan, yang dikenal kejam tak berperasaan itu sejatinya punya sisi malaikat yang mungkin tak pernah diekspos, atau mungkin juga sengaja tak diekspos?
Atau bahwa Marcopolo membumbui catatan-catatan perjalanannya agar terlihat lebih menarik minat masyarakat Italia dan dunia? Sejarah adalah salah satu hal yang paling susah ditemukan kebenaran mutlaknya karena ia dikunci oleh waktu, dan waktu dikunci oleh Tuhan agar tak bisa dijelajahi seenaknya, yang akan merusak tatanan takdir yang sudah dirancang-Nya.
Saya adalah seorang muslim, dan saya sangat mencintai agama saya. Namun saya sering merasa terusik oleh beberapa artikel seperti di atas karena terkesan berupaya menggiring opini pembacanya untuk menyudutkan umat-umat lain dan merasa bahwa dirinyalah yang paling benar. Bahkan beberapa kali saya temui artikel yang menyudutkan pemahaman golongan-golongan lain yang masih satu agama.Masya Allah…
Saya cemas jika tulisan-tulisan seperti itu dibaca dan dicerna mentah-mentah oleh remaja-remaja yang masih labil, dimana nanti ia akan memiliki fanatisme berlebihan pada keyakinannya dan mencap orang lain salah seperti para teroris-teroris yang menjalankan aksinya dengan dalih berjihad, namun aksinya yang awalnya berdasar untuk membela agamanya itu malah menimbulkan kebencian pada agamanya sendiri.
Untuk itu saya berpesan untuk berhati-hati dalam menyebarkan sebuah berita. Selain dilandasi niat baik sebaiknya tinjaulah lagi pengaruhnya kepada orang-orang yang akan membacanya. Salam damai
Kamar kost, April 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H