Mohon tunggu...
Shesar
Shesar Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pemuja Pramoedya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[Review] Doraemon Stand By Me yang Tak Sesuai Ekspektasi

11 Desember 2014   15:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:32 10653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yummy buns! (poto: Dailymotion.com)

Saat ngecek Twitter, banyak yang terharu dengan film ini. Mungkin karena berhati batu, saya tidak merasakan apa yang mereka rasakan. Satu-satunya adegan yang menyentuh adalah saat ayahnya Shizuka mengenang masa lalu, ketika Shizuka lahir beranjak kanak-kanak, remaja, lalu dewasa. Sejauh ini, anime paling mengharukan masih tetap Hotaru no Haka (Grave of Fireflies) dari Studio Ghibli. Kalau dibandingkan dengan Stand By Me sih jauh. Translasi yang Kacau

Sebelumnya, ketahuilah bahwa tugas menerjemahkan ada pada distributor, bukan oleh perusahaan bioskop. Jadi asumsi saya pengalaman menonton di Blitz dan Cinemaxx ya sama saja.

Entah apa isi kepala si distributor yang menyuguhkan dua terjemahan: Inggris dan Indonesia. Faedahnya apa? Bikin penuh layar sih iya. Saya lebih banyak fokus dengan terjemahan Inggrisnya karena posisinya lebih ke atas, dan lagi terjemahan Indonesianya kaku menjurus ngawur.

Ada satu adegan saat Nobita dihukum berdiri di luar kelas. Suneo menggodanya tapi Giant datang dan berkata, “Give him a break Suneo,”. Maksudnya ya kira-kira, “Udah biarin aja dia,” tapi tahukah kalian itu diterjemahkan menjadi, “Beri dia istirahat Suneo,”. Apaaaaaa? Bercanda kan? Dan sejak kapan baka berarti brengsek alli-alih bodoh?

Mau yang lebih lagi? Di versi Inggris Giant diterjemahkan jadi Big G, lalu Jaiko jadi Little G. Mungkin asalnya dari ko yang artinya kecil. Nobita jadi Noby, Suneo jadi Sneech, Dorayaki berubah jadi Yummy Buns, Pak Guru (sensei) jadi Mr. S, dan ini yang paling spektakuler. Ada tokoh bernama Ace. Tebak siapa? Dekisugi pemirsa! Gimme a break! Beri saya rem!

Asal tahu, di versi barat memang itulah nama-nama karakter tersebut. Tapi tentu saja di Indonesia tidak banyak yang kenal, jadi alangkah bijaksananya jika terjemahan Inggris itu ditiadakan saja.

Untungnya si penerjemah Indonesia paham. Dekisugi tetap Dekisugi, dorayaki tetap dorayaki, dan Pak Guru tidak berubah jadi Mr. S. Tapi secara keseluruhan terjemahan Indonesia kurang nyaman disantap, apalagi buat yang terbiasa menonton film Hollywood yang terjemahannya luwes dan enak.

Terpujilah mereka yang paham bahasa Jepang. Kerja keras kalian tidak sia-sia kawan. Kesimpulan

Kalau tidak merasa sayang dengan uang Rp50.000, tontonlah film ini. Jika iya, unduh saja dari internet (tentu saja ilegal) dan pakailah uang itu untuk membeli manga Doraemon seken di Kwitang. Opsi terakhir lebih saya rekomendasikan.

Shesar_Andri, 11 Desember 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun