Mohon tunggu...
Syafril Hernendi
Syafril Hernendi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Living Life to Your Fullest

Personal Development Speaker | Email: syafril@syafrilhernendi.com | FB: /syafrilhernendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Banyak Berharap pada Pasangan? Jangan, Cukup Mintakan 3

20 Desember 2020   09:57 Diperbarui: 20 Desember 2020   10:16 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dunia terasa milik kita berdua, yang lain cuma ngontrak."
 
Ekspresi itu mewakili banyak pasangan yang sedang dimabuk asmara.
 
Mereka sedang mengalami fase bulan madu, semuanya nampak indah, jalan nampak lapang, dan langit tampak terang benderang.
 
Seiring semua yang sedang berjalan baik, tanpa disadari, harapan terhadap pasangan kita semakin meningkat.
 
Kita berharap pasangan kita menjadi belahan jiwa, sekaligus pendukung, penghibur, penyedia kebutuhan finansial, penyemangat, teman diskusi, sosok ayah, tempat curhat, pokoknya menjadi semua hal yang ada di kolong langit.
 
Namun, apakah harapan ini realistis? Jelas tidak.
 
Seistimewa apapun pasangan kita, dia tetaplah manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
 
Mungkin kita bisa berharap pada sesuatu yang menjadi kekuatannya, melainkan akan sulit berharap pada aspek yang menjadi titik lemahnya.
 
Karena sejatinya kitapun demikian. Akan selalu ada aspek dari diri kita yang tidak bisa memenuhi harapan pasangan kita.
 
Lagipula, orang yang berharap terlalu banyak pasti akan lebih sering mengalami rasa kecewa.
 
Berharap diberi 10 mangga dan hanya mendapatkan 3, akan lebih mengecewakan saat berharap diberi 5 mangga dan mendapatkan 3.
 
Banyak pasangan yang menjalani masa menyenangkan di awal, namun seiring waktu berjuang dengan masalah yang sama, kekecewaan dengan pasangan mereka.
 
Di saat inilah kemudian mereka mempertimbangkan untuk mengakhiri hubungan, atau tetap bersama namun dengan rasa ketidakpuasan terpendam dan berpotensi menjadi semakin besar.  
 
Itu sebab, agar terhindar dari masalah ini, ada baiknya kita mulai membatasi apa yang kita harapkan dari pasangan kita.
 
Mulai batasi harapan pada 3 hal paling penting. Ya, 3 bukan 13 atau 30.
 
Harus disadari, hubungan romantis tidak akan memenuhi semua kebutuhan kita.

Selebihnya kita harus mencari di tempat lain, seperti di tempat kerja, relasi pertemanan, atau kegiatan sosial.    
 
Jadi amat tidak masuk akal pasangan kita mampu memenuhi semua yang kita butuhkan.
 
Itu sebab, mulai identifikasi 3 hal terpenting yang bisa membuat hubungan kita semakin baik.
 
Membatasi daftar keinginan akan memaksa kita untuk memprioritaskan, untuk memutuskan apa yang benar-benar penting.
 
Beberapa harapan yang mungkin penting misalnya memiliki pasangan yang mau mendengar, atau cerdas, atau memiliki selera humor, mengayomi, anggun, dan lainnya.    
 
Dengan memprioritaskan harapan, pasangan kita tidak harus melakukan perubahan ekstrim atau malah kehilangan kepribadiannya.  
 
Kuncinya adalah membuat permintaan secara jelas dan konkret, sehingga dia tahu persis apa yang harus dilakukan.
 
Menentukan prioritas juga bisa diterapkan pada orang yang masih jomblo.

Dengan membatasi daftar menjadi 3, kita akan memiliki peluang besar untuk berhasil menemukan pasangan.
 
Namun, agar upaya tersebut membuahkan hasil, kita juga harus adil. Saat menuntut pasangan untuk berubah, kita juga mesti siap berubah.
 
Akan menjadi egois jika kita tidak melakukan upaya seperti yang kita mintakan pasangan kita untuk melakukannya.
 
Artinya, kita juga perlu memantaskan diri bahwa kita memang patut untuk pasangan kita. Jangan hanya meminta tapi lupa memberi. Jangan menuding tapi lupa bercermin.
 
Lantas bagaimana jika daftar kita berubah seiring waktu? Mungkin saja. Manusia berubah, kondisi berubah, waktu berubah.
 
Namun proses dasarnya masih sama: apa 3 hal terpenting dalam daftar kita sekarang?  
 
Pilih 3 bukan 30. Siap pula jika diminta. Perjuangkan bersama.
 
Karena jika mencoba mendapatkan semuanya, akhirnya kita tidak akan mendapatkan apa-apa.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun