Aku berdiri sendirian dijalanan kosong sendirian. Matahari bersinar terang dan jam tidak pernah salah menunjukkan pukul 12.00, lalu aku bertanya-tanya pada diriku "Apakah ini siang hari atau tengah malam?"
"Hidup adalah lelucon yang baru saja dimulai."-W.S. Gilbert
Dalam hidup, orang-orang mengalami kecelakaan. Mereka juga tersesat. Ini pasti sulit, tapi ingat pasti ada jalan keluar jika kita berusaha. Ketika kamu mengalami kesulitan daripada mengatakan 'Kill Me' bilang saja 'Heal Me'. Manusia itu lemah dan rapuh. Makhluk bodoh yang hanya menyesal setelah kehilangan sesuatu yang berharga.
"Kenyataannya, anda tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Hidup adalah pengendaraan yang gila dan tidak ada yang menjaminnya." -Eminem.
Hari berganti hari selalu datang dan menjumpai diriku. Mengapa esok harus ada? Mengapa harus ada? Mengapa aku dilahirkan di dunia. Tiap hari aku bertanya-tanya kepada diriku sendiri  "Mengapa aku lahir didunia yang sama sekali tidak ada yang memihakku, bahkan keluarga pun tidak apalagi teman-teman" Seingatku saat aku masih kecil pun tak ada yang peduli. Dunia sama sekali tidak adil. Sampai sekarang aku masih ingat bahwa aku pernah dibawa kerumah sakit karena aku memakan makanan yang sudah kadaluarsa disitu aku sampai harus dirawat, tetapi mereka tidak pernah ada. Rasanya seperti hampa sekali ketika kita hidup tanpa ada yang peduli kepada kita.
"Kesalahan orang lain terletak pada mata kita, tetapi kesalahan kita sendiri terletak di punggung kita." -Ruchert
"Bunuh diri", ya! itu pernah terlintas di pikiranku tapi apa dayaku, aku tidak bisa melakukannya. Bisa dibilang aku tidak bersyukur dan itu benar dan apa yang harus aku syukuri? Aku pun tak yakin bahwa diriku masih bertahan didunia ini sampai sekarang. Setiap aku melakukan sesuatu pasti selalu saja salah dimata mereka. Mereka tak menyukaiku. Mereka tak pernah peduli padaku kemana aku pergi, apa yang aku sukai, apa yang aku impikan, mereka tak peduli. Sakit hati ini. Dan mereka itu orangtuaku sendiri. Kata orang keluarga itu harta yang paling beharga, tetapi diriku saja tidak dianggap berharga bagi keluargaku. Rumah? Rumah yang harusnya sebagai istana yang mewah tapi bagiku rumah adalah sebuah tumpukan sampah. Dan sampah itu keluarganya sendiri.
Namaku Sherly Luckyas mendengar nama ku pasti kalian tidak asing lagi dengan artinya. Ya, keberuntungan tetapi aku tidak seberuntung namaku. Aku selalu merasa akulah orang yang paling tidak beruntung. Walaupun aku tahu masih ada orang yang tidak seberuntung diriku. Orang lain yang tidak mengenal keluarga ku pasti menggap keluargaku adalah keluarga yang harmonis karena kami kaya. Tapi tidak untuk yang mengenal keluargaku. Mereka tau apa yang sebenarnya dialami keluargaku. Menurutku mereka lebih tau keluargaku dari pada aku. Kebutuhan ku memang selalu terpenuhi tapi apa daya kalau aku tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari mereka. Seperti berusaha tetapi sebenarnya seemuanya itu sia-sia.
Setiap kali sebelum berangkat ke sekolah mereka selalu ribut dirumah bahkan hal sepele pun mereka ributkan. Rasanya aku ingin mengungkapkanya seperti angin topan yang mengamuk. Mendengarnya saja membuatku sangat kesal, karena bagiku pagi hariku dipenuhi teriakan-teriakan mereka yang seharusnya tidak untuk aku dengar. Itulah sebabnya aku takut akan hari esok. Aku selalu membawa emosiku ke sekolah. Aku saja tidak bisa menahan dan menenangkan emosi. Aku selalu marah kepada apapun dan aku tidak bisa mengontrolnya. Teman- temanku pun tidak berani untuk menenangkan atau menghibur diriku. Teman-temanku tahu mengapa aku selalu marah tiap pagi hari saat datang kesekolah. Dan tidak ada yang berani untu mendekati aku karena mereka tau aku akan marah. Aku tidak mau ada orang lain yang merasa kasihan padaku. Aku tahu mereka peduli padaku tapi aku tidak tau cara mengucapkannya kepada mereka. Aku selalu terbawa suasana. Mungkin karena aku sudah terbiasa sendiri dan tidak ada yang peduli.
Teman? Ya aku punya banyak teman, tetapi sayangnya aku tidak punya sahabat. Terkadang aku  selalu iri, bukan untuk orang yang bekeluaga harmonis, tetapi aku iri dengan orang yang mempunyai sahabat yang selalu ada, yang selalu menghabiskan waktu bersama, tertawa bersama, berbagi cerita bersama. Tetapi aku sangat tertutup apalagi untuk menceritakan tentang keluargaku. Bisa dibilang aku sangat membutuhkan seseorang yang dapat menenangkanku karena aku tau aku sendiri tidak bisa.
Hari tetap berjalan. Sampai aku duduk di bangku SMA hari-hariku selalu sama. Ingin sekali aku menutup mataku untuk selamanya. Tetapi aku selalu tak sanggup melakukannya. Aku selalu menganggap diriku sebagai pengecut dan tidak berguna. Aku sangat takut untuk menghadapi hari esok dan aku takut harus berakhir seperti ini untuk selamanya. Mereka benar benar tidak peduli. Bahkan urusan sekolahku pun mereka menyuruh orang lain untuk mengurusnya. Aku merasa mereka benar-benar tidak menganggap aku ada. Kalau mereka tidak mau menganggap aku, mengapa mereka melahirkan aku.