Mohon tunggu...
Sherlyna Putri E. P
Sherlyna Putri E. P Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Janganlah takut untuk memulai, karena tidak ada yang tau akhir dari pengawalan itu.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pengembangan Sampah Menjadi Karya

19 Oktober 2021   08:52 Diperbarui: 19 Oktober 2021   08:58 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkenalkan namaku Sherlyna Putri Eka Pujiauna, salah satu mahasiswa baru di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, prodi ilmu kesehatan masyarakat. Aku anak pertama dari dua bersaudara. Di sini aku akan menceritakan tentang pengembangan sampah menjadi karya. 

Kita kembali pada memori lama, lebih tepatnya saat sekolah dasar. Pada saat itu, salah satu guru pengajar (guru prakarnya) memberikan tugas untuk mengolah sampah menjadi suatu hal yang lebih bernilai, dengan batas pengumpulan seminggu lagi, yaitu waktu pertemuan selanjutnya. Disini aku memikirkan ide lebih dulu, mencari ide dari internet dan lingkungan sekitar. Beberapa ide sudah tertampung, kurang lebih ada 3 ide yang waktu itu terpikir jika mudah untuk dilakukan oleh anak sd, dan menunggu aku memutuskan memilih ide mana yang akan aku pilih.

Aku memilih ide menggunakan sampah hasil rumah tangga, yaitu sampah dapur (sayuran). Selain untuk kompos, aku terpikir membuat sebuah hiasan dari hasil sampah sayuran itu. Aku mengumpulkan sampah kulit jagung, sampah kulit bawang, sisa biji-bijian yang tidak layak dikonsumsi, ataupun sampah sayuran lainnya, selain itu juga aku mencari kardus bekas sarung, dan plastic bening transparan.

Beberapa alat lain yang aku perlukan adalah lem, dan gunting. Sisa kulit bawang aku rapikan di beberapa sisi membentuk sebuah kelopak bunga, sedangkan kulit jagung dan rambut jagung aku keringkan lebih dulu sebelum memotongnya untukku gunakan sebagai tangkai bunga dan daun bunga. Membuat karya ini tidak terlalu sulit, namun memperhatikan ketelitian dan ketekunan dalam pengerjaannya. 

Selepas semua bahan sudah terpotong rapi, aku mulai menempelkannya pada bagian dalam kardus satu persatu. Ambil juga sisa lem yang membentuk jaring agar karya lebih terlihat rapi dan enak dipandang. Tempelkan biji pada bagian tengah bunga. Selepas semua bahan tertempel dan sudah sesuai keinginan, yaitu tiga bunga mawar sedang bermekaran, aku menunggu hingga lem kering.

Sembari menunggu, aku memotong bagian tengah penutup kardus dan menempelkan plastic bening transparan yang sebelumnya sudah aku ukur dan potong sesuai keinginanku. Setelah kering, hiasan itupun jadi. Dari pengalaman pertama mengolah sampah atau limbah itu aku mulai terbiasa mendaur ulang barang menjadi lebih berguna.

Waktu smp aku mendapatkan tugas kembali tentang mengelola sampah atau limbah. Aku memilih mengelola kain perca menjadi dompet, hiasan kamar dari sampah botol plastik, dan sampah potongan kayu menjadi hiasan lampu kamar. Itu dapat diartikan jika kita sedari dini diajarkan untuk hal-hal yang berguna akan terus berdampak pada keseharian. 

Selain sudah terbiasa mendaur ulang, aku juga terbiasa memisahkan (mengelompokkan) sampah organik dan anorganik, juga terbiasa untuk menanam tanaman. Menanam sudah menjadi hobiku dan keluargaku. Banyak sekali tanaman di rumah, berbagai macam jenis. 

Namun lebih banyak tanaman hias untuk disimpan di dalam rumah. Jika ayahku, beliau lebih suka menanam tanaman buah-buahan, maupun sayur-sayuran di lahan kosong depan rumah ataupun di bagian atap rumah yang dimodel untuk bertanam dalam pot. 

Ada tanaman pisang, pepaya, kelengkeng, jambu air, buah naga, sawo, jeruk lemon, tomat, cabai dan banyak lainnya. Bertanam berdampak baik bagi kesehatan, bisa diartikan bagiku untuk mengurangi stres. Karena banyaknya tanaman pisang di lahan kosong depan rumah, waktu berbuah yang serentak akan sangat menyenangkan dan menggembirakan. Biasanya panen 2-3 tundun pisang, dan itu akan dibagikan kepada saudara juga tetangga. Ibuku biasanya mengolah pisang itu menjadi bolu pisang dan pisang cokelat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun