Mohon tunggu...
Sherly Maulyda
Sherly Maulyda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1

Mahasiswa S1 jurusan sosiologi di Universitas Brawijaya. Memiliki minat pada topik gender, inklusivitas, dan kelompok marjinal

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Penyakit Mental dan Stigma: Mengapa Kondisi Menahun Membutuhkan Dukungan Lebih

21 Desember 2024   16:16 Diperbarui: 21 Desember 2024   16:16 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Mental Health Awarenes. (Sumber: https://rsj.acehprov.go.id/berita/kategori/artikel/apa-itu-mental-health-dan-cara-menjaganya)

Penyakit mental kronis merupakan salah satu tantangan besar dalam kesehatan masyarakat. Selain dampak langsung dari kondisi tersebut terhadap kesejahteraan individu, stigma sosial yang melekat pada penyakit mental sering kali menjadi penghalang utama dalam proses pemulihan. Stigma ini tidak hanya datang dari masyarakat luas tetapi juga dari lingkungan terdekat, seperti keluarga dan teman, bahkan terkadang dari tenaga profesional kesehatan.

Stigma terhadap penyakit mental dapat mengambil berbagai bentuk, mulai dari stereotip negatif, prasangka, hingga diskriminasi langsung. Orang dengan penyakit mental kronis kerap dianggap "lemah," "tidak mampu," atau bahkan "berbahaya". Persepsi seperti ini memperparah beban yang harus ditanggung oleh penderita. Akibatnya, banyak individu yang merasa malu atau takut untuk mencari bantuan, sehingga kondisi mereka semakin memburuk. Dalam banyak kasus, stigma ini juga memicu isolasi sosial, yang pada akhirnya memperburuk gejala penyakit mental itu sendiri.

Selain itu, stigma juga berdampak pada ketersediaan dan aksesibilitas layanan kesehatan mental. Banyak individu yang membutuhkan dukungan psikologis atau psikiatri enggan mengakses layanan tersebut karena takut dihakimi. Padahal, perawatan dan dukungan yang berkelanjutan sangat diperlukan untuk mengelola kondisi mental kronis. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental juga menyebabkan minimnya sumber daya yang tersedia, seperti fasilitas kesehatan mental yang memadai atau program dukungan komunitas.

Dukungan yang berkelanjutan sangat penting bagi penderita penyakit mental kronis. Lingkungan sosial dan keluarga memiliki peran besar dalam proses pemulihan. Dengan memberikan empati, dukungan emosional, dan memastikan mereka tidak merasa sendirian, keluarga dan teman dapat membantu penderita menjalani kehidupan yang lebih baik. Selain itu, penyedia layanan kesehatan mental perlu menciptakan ruang yang aman dan inklusif, di mana penderita merasa nyaman untuk berbicara tentang kondisi mereka tanpa rasa takut akan stigma.

Upaya untuk mengurangi stigma terhadap penyakit mental harus dilakukan secara kolektif. Edukasi masyarakat tentang kesehatan mental, kampanye untuk menghapus stereotip negatif, serta penguatan layanan kesehatan mental merupakan langkah-langkah yang perlu diambil. Dengan menciptakan lingkungan yang mendukung dan memahami, kita dapat membantu individu dengan penyakit mental kronis menjalani kehidupan yang lebih sehat dan bermakna.

Ilustrasi Penyintas Penyakit Mental (Sumber: https://new.yesdok.com/id/article/8-tanda-sakit-mental-salah-satunya-aku-pengen-sendiri-aja)
Ilustrasi Penyintas Penyakit Mental (Sumber: https://new.yesdok.com/id/article/8-tanda-sakit-mental-salah-satunya-aku-pengen-sendiri-aja)

Intervensi berbasis komunitas juga menjadi kunci dalam mengatasi stigma dan memberikan dukungan bagi penderita penyakit mental. Program-program komunitas yang menyediakan dukungan sebaya dan aktivitas sosial dapat membantu mengurangi isolasi sosial dan meningkatkan rasa memiliki. Misalnya, kelompok dukungan atau peer support dapat menjadi wadah di mana penderita saling berbagi pengalaman dan strategi coping.

Peningkatan pelatihan bagi tenaga kesehatan juga diperlukan untuk mengatasi stigma di kalangan profesional. Dalam banyak kasus, tenaga kesehatan sendiri dapat memiliki pandangan yang bias terhadap pasien dengan penyakit mental kronis. Dengan pelatihan yang berfokus pada pendekatan berbasis empati dan pemahaman, tenaga kesehatan dapat memberikan perawatan yang lebih inklusif dan efektif.

Selain itu, penting untuk memasukkan pendidikan kesehatan mental dalam kurikulum sekolah. Dengan membangun kesadaran sejak dini, generasi muda dapat memiliki pemahaman yang lebih baik tentang penyakit mental dan bagaimana mendukung orang-orang di sekitar mereka. Pendidikan ini tidak hanya membantu mengurangi stigma tetapi juga mendorong individu untuk mencari bantuan lebih awal ketika mereka mengalami gejala. Teknologi juga dapat dimanfaatkan untuk mendukung individu dengan penyakit mental kronis. Aplikasi kesehatan mental, telemedicine, dan platform daring lainnya memberikan akses yang lebih mudah ke dukungan dan terapi. Teknologi ini dapat menjangkau individu di daerah terpencil atau mereka yang enggan mencari bantuan secara langsung karena stigma.

Terakhir, advokasi dari tokoh publik dan selebriti yang berbicara tentang pengalaman mereka dengan penyakit mental dapat membantu memecah stigma di tingkat masyarakat luas. Kisah-kisah inspiratif dari mereka yang berhasil mengatasi tantangan penyakit mental dapat memberikan harapan dan keberanian bagi orang lain untuk mencari bantuan. Penyakit mental kronis bukanlah sesuatu yang harus dihadapi sendirian. Dengan dukungan yang tepat dari keluarga, masyarakat, dan sistem kesehatan, penderita dapat memiliki peluang yang lebih besar untuk menjalani kehidupan yang berkualitas. Oleh karena itu, mari bersama-sama melawan stigma dan menciptakan dunia yang lebih inklusif bagi semua.

Referensi: 

Vitoasma, K., Hidayah, F. V., Purnamasari, N. I., Aprillian, R. Y., dan Dewi, L. D. A. Gangguan Mental (Mental Disrders). Student Research Journal. 2(3): 57-68.

World Health Organization. 2024. Mental health of Adolescents.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun