Mohon tunggu...
Sherly Kwok
Sherly Kwok Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Internasional Batam

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Komunikasi antar Budaya di Era Modern

23 Mei 2022   23:27 Diperbarui: 24 Mei 2022   13:39 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Budaya adalah suatu nilai dan pola hidup yang diyakini suatu kelompok. Budaya tiap kelompok tumbuh dan berkembang secara berbeda, karena perbedaan pola hidup kelompok tersebut. Perbandingan budaya antara negara Indonesia dan Jepang membantu mengenali persamaan dan perbedaan budaya di kedua negara tersebut, dan dengan perbandingan tersebut dapat meningkatkan pemahaman keanekaragaman pola hidup yang ada serta bermanfaat saat berkomunikasi dan berinteraksi dengan pihak terkait.

Persamaan Tradisi penamaan di Indonesia dan Jepang. Baik di Jepang maupun Indonesia dalam memilih nama sering memilih kata yang memiliki makna baik, sebagai doa agar si anak menjalani hidupnya dengan baik. Di Jepang banyak stroke kanji yang dipakai sebagai salah satu pertimbangan tertentu dalam memilih huruf untuk anak. Perbedaan antara kedua negara tersebut ialah di Jepang, nama Keluarga dimasukkan dalam catatan sipil secara resmi, tetapi di Indonesia nama keluarga tidak dicatatkan secara resmi di kantor pemerintah. Nama keluarga atau yang lebih dikenal marga tidak diperbolehkan untuk dicantumkan di akta kelahiran. Di Jepang setelah menikah seorang wanita akan berganti nama secara resmo mengikuti nama keluarga suaminya. Sedangkan di Indonesia seorang wanita tidak berganti nama keluarga, tapi ada juga yang nama keluarga suami dimasukkan di tengah-tengah nama antara firstname dan nama keluarga wanita, seperti yang terjadi di suku Minahasa.

Tradisi pengisian tanda tangan, di Indonesia dalam berbagai urusan adminstrasi formal sebagai tanda pengesahan, setiap orang wajib mengisi tanda tangan. Tanda tangan harus konstan. Sebagian besar orang Indonesia memiliki tanda tangan yang berasal dari inisial nama, tetapi ditulis dengan unik yang membedakan dengan orang lain. Sedangkan di Jepang masyarakat tidak menggunakan tanda tangan. Sebagai penggantinya masyarakat diwajibkan memiliki inkan atau stempel. Biasanya inkan ini bertuliskan nama keluarga. Ada beberapa jenis inkan yang dipakai di Jepang seperti : Mitomein untuk keperluan sehari-hari, Jitsuin untuk keperluan penting, dan Ginkoin untuk membuat rekening bank. Wisatawan yang berkunjung ke Jepang diwajibkan untuk membuat inkan. Dalam pembuatan rekening bank wisatawan tidak diizinkan untuk menggunakan tanda tangan.

Pemakaian gerak tubuh di negara Indonesia dan Jepang, kedua negara ini mempunyai cara berlainan dalam mengungkapkan terima kasih dan permintaan maaf. Di Jepang terkenal dengan tradisi Ojigi. Ojigi adalah cara menghormat dengan membungkukkan badan, misalnya saat mengucapkan terima kasih atau permintaan maaf. Ojigi dibagi menjadi dua jenis : ritsurei (melakukan ojigi sambil berdiri) dan zarei (melakukan ojigi sambil duduk). Semakin lama dan semakin dalam badan dibungkukkan menandakan kedalaman perasaan yang ingin disampaikan. Di Indonesia terdapat juga gerak isyarat yang menunjukkan penghormatan kepada orang tua. Gerakan ini biasanya dilakukan oleh orang Indonesia suku Jawa, yaitu dengan membungkukkan badan, tangan kanan diarahkan kebawah, tangan kiri ditekuk dibelakang pinggul. Gerak isyarat ini menunjukkan permohonan maaf atau permisi karena telah jalan melewati seseorang yang lebih tua.

Selanjutnya ialah tradisi jabat tangan yang memiliki makna keramahtamahan dan kehangatan. Di Indonesia terkadang jabat tagan dilakukan dengan merangkapkan kedua tangan, dan jika dilakukan oleh dua orang yang belainan jenis kelamin tangan tidak bersentuhan. Letak tangan setelah jabat tangan dilakukan pun berbeda-beda, ada yang meletakkan tangan di dada ataupun di dahi. Kemudian tradisi cium tangan sebagai bentuk penghormatan dari seorang anak kepada orang tua dan dari seorang murid kepada gurunya. Terkadang tradisi cium tangan diiringi dengan cium pipi sebagai ungkapan kasih sayang, akan tetapi tradisi cium pipi juga dapat dilakukan saat dua orang sahabat atau saudara bertemu. Di Jepang tradisi cium tangan dan cium pipi tidak ditemukan.

Memasuki era modern, masyarakat mulai melakukan peningkatan dan perkembangan dari sisi komunikasi. Mulai dari tersedianya gadget, internet, dan inovasi lainnya. Dengan adanya perkembangan teknologi yang begitu pesat menyebabkan turunnya sosialiasai antar manusia. Padahal manusia adalah makhluk sosial, manusia hidup bermasyarakat dan berinteraksi dengan manusia lain. Dalam mencukupi kebutuhan hidupnya, manusia akan selalu bergantung pada orang lain. Dengan adanya perkembangan teknologi di era modern ini menjadikan manusia jarang beriteraksi antar manusia satu dan manusia lainnya. Menurut saya manusia harus memberi batasan kepada dirinya sendiri dalam memanfaatkan teknologi, manusia harus menjalankan hubungan dengan manusia lain untuk menjaga kesosialannya.

Komunikasi adalah kegiatan yang wajib dilakukan dalam kehidupan manusia, komunikasi dapat terjadi dengan sendirinya baik disadari maupun tidak. Di era modern saat ini perkembangan komunikasi terus meningkat bergantung dari keperluan manusia itu sendiri. Perkembangan teknologi komunikasi terus berlangsung, inovasi dan fungsi juga semakin lengkap menjadikan komuniksi semakin efisien dan efektif dalam metodenya. Bentuk teknologi komunikasi yang kerap dilakukan manusia di era modern ini seperti video call yang bertujuan untuk melakukan komunikasi tatap muka bersama lawan biacar dari handphone, selain itu komunikasi melalu telepon atau handphone juga terjadi saat ini, dari handphone seseorang dapat menyampaikan informasi ke orang yang jauh. Selain handphone terdapat juga sejumlah media lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana komunikasi di era modern ini antara lain : telegraf, telepon kabel, faksimili, intercom, dan e-mail.

Dengan berkembangnya teknologi konflik dalam komunikasi dapat sering terjadi seperti yang disebabkan oleh: fisik, budaya, persepsi, motivasi, pengalaman, emosi, bahasa (verbal), nonverbal, dan kompetisi.

  • Fisik, dapat berupa periode, keadaan sekitar, keperluan individu, dan sarana.
  • Budaya, berasal dari etnis, agama, dan sosial yang berbeda antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya.
  • Persepsi, konflik yang timbul karena perbedaan tanggapan yang dipunyai oleh pribadi tentang sesuatu. Perbedaan kesan membuat perbedaan dalam mendefinisikan atau memaknakan sesuatu.
  • Motivasi, bersangkutan dengan tahap motivasi penerima pesan. Kecilnya tingkat motivasi penyambut pesan menyebabkan komunikasi menjadi tertahan.
  • Pengalaman, disebabkan oleh pengalaman masa lalu yang dimiliki pribadi. Perbedaan pengalaman yang dipunyai oleh masing-masing manusia dapat membuat perbedaan dalam konsep serta persepsi terhadap sesuatu.
  • Emosi, bersangkut paut dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar. Apabila emosi pendengar sedang tidak baik maka konflik dalam kontak yang dilakukan akan bertambah besar dan tidak mudah untuk dilintas.
  • Bahasa, terjadi ketika pengirim pesan (sender) dan penerima pesan (receiver) memakai bahasa atau kata-kata yang tidak dipahami oleh receiver sampai-sampai membuat perbedaan arti. Selain bahasa dapat juga berupa isyarat atau gesture
  • Kompetisi, konflik muncul ketika receiver sedang melaksanakan aktifitas berbeda di waktu menyambut pesan.

Solusinya:

  • Menjaga situasi komunikasi agar terus menerus terbuka
  • Menggenggam teguh etika dalam berkomunikasi dan melaksanakan dengan efektif
  • Mengerti akan hadirnya masalah komunikasi antar budaya
  • Memakai pendekatan komunikasi yang berfokus pada receiver
  • Memakai tekonogi yang tersedia dengan bijaksana dan bertanggung jawab supaya mendapat dan memilah penjelasan dengan jujur dan baik.
  • Membentuk dan menjalankan pesan secara baik serta tepat waktu. Hal ini bisa dilaksanakan dengan sejumlah cara seperti: mengerti tentang receiver, mencocokkan pesan dengan si penyambut, menurunkan total pesan, memutuskan sarana secara tepat, menambah kemahiran berkomunikasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun