Mohon tunggu...
Sherly DA Gultom S.Sos M.Sosio
Sherly DA Gultom S.Sos M.Sosio Mohon Tunggu... Guru - Finalis OGN 2019

Finalis OGN Bidang Studi Sosiologi 2019 Pada saat ini aktif sebagai Wakil Kepala bidang Kurikulum di SMA Kristen Gloria 1 Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Malam Takbir, Kemenangan, dan Kearifan Lokal

4 Juni 2019   20:25 Diperbarui: 4 Juni 2019   20:28 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selasa malam 04 Juni 2019 menjadi malam penghujung bulan Ramadhan dimana takbir dikumandangkan menyongsong hari kemenangan esok. Kelompok - kelompok dari RT, RW atau masjid dan kelompok sosial lainnya seraya berlomba turut menyorakkan takbir sebagai bentuk ungkapan syukur atas kemenangan di bulan ramadhan. 

Obor sebagai salah satu atribut dalam proses 'takbiran' menyimbolkan sebuah terang yang membawa kehidupan baru di bulan yang penuh sukacita diiringi seruan "Allaahu akbar Allaahu akbar Allaahu akbar, laa illaa haillallahuwaallaahuakbar Allaahu akbar walillaahil hamd".

Yang cukup menarik, ketika hari kemenangan ini tidak menjadi kemenangan umat Islam saja, tapi kemenangan seluruh bangsa Indonesia. Sepanjang jalan di kawasan Tretes Jawa Timur, ketika Takbiran dijalankan berpadu dengan kearifan lokal yang ada, menciptakan sebuah nilai Persatuan yang tak terbayar harganya oleh apapun. 

Menghapus keberbedaan yang selama ini digaung-gaungkan untuk memecah belah bangsa. Malam Takbir kali ini membawa suasana yang berbeda bagi orang yang belum pernah merasakannya, bagaimana barongsai, atraksi sembur api, pasukan drum band ikut mewarnai euforia  hari kemenangan saat ini.

Indahnya persatuan ini, indahnya keberbedaan ini ketika kita dapat memeliharanya dan menikmatinya dengan baik. Mengapa kita tidak mencoba mencari lebih dalam "kenikmatan keindahan" budaya kita sendiri. Mengapa kita mengelukan dan terbuai budaya asing, sedangkan budaya kita tidak kalah beradabnya dengan budaya lain.

Sherly DA Gultom, S.Sos., M.Sosio
Finalis OGN bid studi Sosiologi 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun