Empat belas tahun yang lalu, 10 September 2006, dini hari, di kamar seorang sahabat saya, Rosita Paorongan, saya bergumul dalam doa kepada Tuhan.
Saat itu saya merà a sangat membutuhkan pengampunan Tuhan atas semua dosa saya, lebih dari apa pun juga.
Saya ingat firman yang berkata "jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu."
Maka Saat itu saya berdamai dengan diri sendiri, dan melepas pengampunan bagi orang-orang yang pernah menyakiti hati saya dan mendoakan mereka.
Kemudian saya mengakui satu persatu di hadapan Tuhan semua dosa yang saya tahu atau ingat pernah saya lakukan di dalam hidup saya.Â
Dengan berlinang air mata saya mohon belas kasihan Tuhan untuk mau mengampuni semua dosa saya itu.Â
Saya berjanji di hadapan-Nya tidak akan mengulangi.Â
Saya berjanji untuk meninggalkan cara hidup saya yang lama, yang sia-sia.
Saya mohon dengan sangat diberi kesempatan untuk hidup baru.
Saya meratap, merendahkan diri di hadapan-Nya.Â
Berulang-ulang memohon. Berulang-ulang berjanji.Â