Mohon tunggu...
sherlycahyati
sherlycahyati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

hobi menonton film

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Penerapan Program K3 dalam Mencegah Penyakit Dermatitis Kontak di Proyek Konstruksi

17 Desember 2024   18:30 Diperbarui: 17 Desember 2024   18:16 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
K3 Konstruksi (Sumber : https://images.app.goo.gl/D5xWhZG24MERXKwu9)

Sektor konstruksi merupakan sektor paling beresiko terhadap masalah kesehatan dan keselamatan kerja atau K3. Sejauh ini penerapan K3 di perusahaan konstruksi yang ada di Indonesia hanya diterapkan dalam skala besar, sedangkan pada skala menengah hingga skala bawah masih minim adanya tuntutan untuk penerapan program K3 secara maksimal. Hal tersebut berdampak pada timbulnya penyakit akibat kerja yakni dermatitis kontak. Angka penyakit akibat dermatitis kontak adalah 90-95% dari penyakit kulit akibat kerja di negara maju yang memerlukan perhatian serius.

dermatitis kontak pada tangan. (Sumber : https://images.app.goo.gl/ixf5aNHAgHdyTK6j8)
dermatitis kontak pada tangan. (Sumber : https://images.app.goo.gl/ixf5aNHAgHdyTK6j8)

Apa itu Dermatitis Kontak?

Dermatitis kontak merupakan peradangan yang ditandai dengan ruam pada kulit saat bersentuhan dengan zat yang memicu munculnya alergi. Dermatitis kontak dikelompokkan menjadi dua, yakni Dermatitis Kontak Iritan (DKI) yang disebabkan oleh zat bersifat iritan dan Dermatitis Kontak Alergi (DKA) yang disebabkan oleh alergen yang menimbulkan reaksi hipersensitivitas tipe IV. Gejala Dermatitis Kontak Iritan (DKI) seperti iritasi non-eritematosus yang ditandai dengan perubahan fungsi sawar (stratum korneum) tanpa disertai kelainan klinis, sedangkan gejala Dermatitis Kontak Alergi (DKA) seperti bercak eritematosa berbatas tegas kemudian diikuti edema, papul vesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah sehingga muncul erosi dan eksudasi (basah).

Pengertian dan Tujuan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (K3 Konstruksi) adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada pekerjaan konstruksi (Peraturan Menteri PU No.5/PRT/M/2014). Tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

a) Untuk melindungi tenaga kerja untuk memperoleh kesejahteraan hidup dan meningkatkan kinerja

b) Untuk menjamin keselamatan orang lain yang berada di tempat kerja

c) Sebagai sumber produksi dan dipergunakan secara aman dan efisien

Program K3

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah rencana yang dibuat oleh perusahaan atau organisasi untuk melindungi kesehatan dan keselamatan tenaga kerja. Berikut adalah cara pencegahan melalui program K3, yaitu: 

1. Mengidentifikasi bahaya dan menilai risiko

Identifikasi bahan-bahan berbahaya sebelum digunakan di tempat kerja sehingga bahan tersebut dapat disubstitusi dengan bahan-bahan kimia lainnya yang tidak berbahaya contohnya menggantikan sarung tangan lateks dengan bebas bubuk. Skrining sebelum bekerja untuk mengidentifikasi populasi berisiko tinggi yang mungkin terjadi, serta melakukan hazard controfa

2. Memberikan alat pelindung diri (APD) pada tenaga kerja 

untuk mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja

Pelindung kepala untuk melindungi kepala dari benturan, tersandung, dan paparan radiasi panas

Alat pelindung pernafasan untuk melindungi organ pernapasan dari zat-zat pencemar kimia, mikroorganisme, dan partikel

Alat pelindung tangan untuk melindungi jari dan tangan dari paparan api, suhu panas atau dingin, dan bahan kimia

Alat pelindung kaki untuk melindungi kaki dari terbentur benda berat, tertusuk benda tajam, dan terkena cairan panas atau dingin  

3. Pemantauan kesehatan

untuk mendeteksi penyakit dan gangguan kesehatan, sehingga dapat segera ditangani agar kondisi kesehatan tidak semakin parah. Pemantauan kesehatan juga dilakukan secara berkala untuk memastikan bahwa langkah-langkah perlindungan karyawan dari bahaya di tempat kerja efektif

4. Pelatihan K3

Pekerja diberikan edukasi tentang tindakan pencegahan yang tepat agar terhindar dari dermatitis kontak ataupun kekambuhan, dan pekerja juga diberikan pelatihan sehingga dapat mendorong perubahan perilaku dalam bekerja

Contoh Diagnosis

Seorang pekerja datang dengan ruam akibat kerja, paling sering mempengaruhi area kulit yang terpapar, yaitu tangan diikuti oleh pergelangan tangan, lengan dan wajah. Oleh karena itu pekerja didiagnosa memiliki penyakit dermatitis kontak iritan 

Penanganan

Terapi pada dermatitis kontak akibat kerja iritan jika terpapar dapat dilakukan pencucian sesegera mungkin pada area yang terpapar iritan akan mengurangi waktu kontak agen iritan dengan kulit. bila lesinya basah diberi terapi basah yaitu dengan kompres basah menggunakan salin yang dikompres selama 15 menit 2 kali sehari. Sedangkan bila lesinya kering dapat diberikan hidrokortison topikal ringan seperti hidrokortison 1- 2,5%. Pada lesi kronik dibutuhkan kortikosteroid topikal yang lebih kuat, seperti krim betamethasone valerat 0,01% dengan oklusi selama 1 sampai 3 minggu atau kelompok kortikosteroid topikal yang sangat kuat seperti salep betametason dipropionat 0,05% tanpa oklusi. pengobatan sistemik juga diperlukan untuk mengontrol rasa gatal dan pada kasus- kasus yang sedang atau berat baik akut maupun kronik. Pengobatan sistemik dapat berupa pemberian antihistamin oral, seperti diphenhydramine 25-50 mg atau hydroxyzine 10-25 mg 4 kali sehari

Hasil

Sekitar 25% pekerja sembuh total dari penyakitnya, 50% membaik tapi dermatitis masih bisa muncul secara periodik, dan 25% berkembang menjadi dermatitis persisten yang sama atau semakin memburuk dari pada kondisi aslinya walaupun sudah bertahun-tahun menghindari alergen/iritan

Kesimpulan

Dermatitis kontak akibat kerja merupakan reaksi peradangan pada kulit karena terpapar oleh bahan iritan maupun alergen di lingkungan kerja. Pencegahan merupakan strategi yang efektif dalam menangani DKAK, upaya ini harus melibatkan pemilik industri, pekerja, pemerintah, dan petugas kesehatan agar pencegahan yang dilakukan dapat optimal sehingga akan menurunkan angka penyakit akibat dermatitis kontak pada sektor konstruksi 

Opini saya mengenai pencegahan penyakit dermatitis kontak melalui adanya program K3

Menurut saya, keberhasilan program K3 yang dilakukan di proyek konstruksi tidak hanya bergantung pada kebijakan perusahaan tetapi juga kesadaran para pekerja untuk mengikuti prosedur yang dilakukan. Dengan adanya program K3, pekerja dibekali pemahaman tentang bahaya dermatitis kontak melalui edukasi dan pelatihan. Penggantian bahan berisiko tinggi dengan alternatif yang lebih aman, serta pemberian fasilitas seperti area cuci tangan dan pelembap kulit, turut mendukung upaya pencegahan. Selain menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat, hal ini juga memperkuat hubungan kolaborasi antara manajemen dan tenaga kerja, meningkatkan rasa percaya, dan mendukung keberlanjutan proyek konstruksi yang memberikan dampak jangka panjang bagi semua pihak yang ada

Daftar Pustaka

Wardani, H.K., Mashoedojo, M. and Bustamam, N. (2018). FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA PADA PEKERJA PROYEK BANDARA. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, 7(2), p.249. doi:https://doi.org/10.20473/ijosh.v7i2.2018.249-259.

Tugas Akhir, L. (n.d.). KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA BANDUNG. [online] Available at: https://e-journal.uajy.ac.id/16319/1/TS14913.pdf.

Salawati , L. and Abbas, I. (2022). Pencegahan dermatitis kontak akibat kerja pada sektor konstruksi . [online] Available at: https://jurnal.usk.ac.id/JKS/article/download/22740/164

48.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun