Mohon tunggu...
SHERLY PERMATARINI
SHERLY PERMATARINI Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Semoga bermanfaat 🤗

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kenapa yang Menyimpang Justru Sering Viral di Medsos?

9 November 2020   20:57 Diperbarui: 9 November 2020   21:14 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai sobat milenial...


Pasti kita semua suka main sosmed kan. Mulai dari Instagram, Twitter, Facebook, Youtube, Telegram bahkan yang akhir-akhir ini viral yaitu Tiktok. Tidak disangka, aplikasi Tiktok yang dulunya sering dicibir, kini dimiliki oleh hampir semua orang. Seiring berjalannya waktu, media sosial juga berfungsi sebagai penyalur berita atau informasi. Bahkan seringkali sesuatu viral terlebih dahulu di media sosial sebelum akhirnya ditayangkan di televisi.

Seperti halnya pada aplikasi Tiktok. Aplikasi ini dulunya hanya digunakan untuk mengunggah video dance atau video hiburan, namun kini banyak juga channel televisi yang mempunyai akun di Tiktok untuk menyebarkan berita. Selain Tiktok, aplikasi lain yang berperan penting dalam menyebarkan berita adalah Twitter. Twitter memiliki fitur trending topic dalam urutan ranking. Orang-orang yang membuka Twitter pasti pertama kali membuka trending topic untuk melihat berita yang sedang hangat. Sayangnya, aplikasi Twitter tidak memberikan filter terhadap segala sesuatu yang diunggah oleh penggunanya. Hal ini meliputi konten sensitif, kata-kata kasar, bahkan video atau foto porno seringkali melintas di beranda Twitter tanpa adanya sensor dari pihak resmi Twitter.

Aplikasi Youtube juga sering disebut-sebut lebih baik dan lebih dipilih daripada televisi di masa kini. Video yang diunggah ke Youtube juga beraneka ragam. Berbeda dengan televisi yang lumayan susah untuk mengakses channel yang jauh contohnya channel negara lain, dengan Youtube kita dapat menonton video apapun dan dari negara manapun. Youtube juga memiliki fitur trending video yang berisi video-video dengan penayangan terbanyak atau like terbanyak dalam kurun waktu singkat. Trending video ini pun bermacam-macam mulai dari acara di televisi, video klip lagu, cover lagu, dance, podcast, atau acara resmi kenegaraan seperti sidang. Sering juga yang menjadi trending adalah hal-hal yang kontroversial atau memicu konflik. Bahkan seringkali yang menjadi trending atau berita viral di media sosial adalah konten yang tidak berfaedah dan merusak moral bangsa.

Contoh sederhananya seperti pedangan yang kemarin viral di berbagai sosial media karena mempromosikan dagangannya dengan kata-kata kotor. Atau pedagang yang menghina orang-orang miskin dan justru sekarang menjadi artis karena sering diundang di stasiun televisi bahkan videonya menjadi trending di Youtube selama berhari-hari.

Pernah gak sih kita berfikir kenapa orang-orang seperti ini bisa trending di media sosial? Padahal kalau kita lihat apa yang mereka lakukan sangat buruk dan tidak berfaedah. Bahkan seringkali orang-orang yang viral tidak bersikap sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Bahkan sangat menyimpang jauh dari nilai luhur bangsa Indonesia yang termuat dalam Pancasila. Namun, seiring kepopuleran mereka, orang-orang justru menghormati mereka karena menganggap mereka artis. Padahal apabila kita telusuri definsi "artis" itu sendiri adalah seniman. Pantaskah mereka disebut seniman? Hingga hal ini membuat mereka mengira bahwa apa yang mereka lakukan sudah benar.

Sekarang, muncul suatu stigma bahwa cara untuk menjadi populer adalah dengan melakukan hal yang kontroversial dan tidak bermoral. Yang penting viral, terkenal, dan mendapat banyak uang. Padahal sebenarnya ada banyak cara lain untuk menjadi populer salah satunya adalah dengan prestasi. Bahkan banyak orang yang berprestasi namun kurang terkenal atau tidak mendapat tempat karena tertutup oleh orang-orang yang viral sesaat ini. Banyak orang yang mencoba menyebarkan hal-hal baik dan luhur yang sangat sesuai dengan nilai luhur Pancasila namun justru kurang ditanggapi oleh masyarakat. Hal inilah yang menyebabkan nilai-nilai luhur Pancasila semakin luntur dari jiwa bangsa Indonesia.

Apabila kita ingat sila ke-dua Pancasila "Kemanusiaan yang adil dan beradab", bagaimana kita bisa mewujudkan sila ini apabila sebagian besar masyarakat Indonesia bersikap menyimpang? Bagaimana kita bisa menjadi manusia yang beradab apabila yang menjadi contoh atau panutan adalah orang-orang yang populer karena tindakan amoral? Jika dibiarkan seperti ini secara terus-menerus, tentu akan sangat sulit untuk mewujudkan tujuan negara Indonesia yang tercantum dalam Pancasila. Bayangkan, Pancasila yang dulunya dirumuskan sedemikian rupa dan disesuaikan dengan jati diri bangsa Indonesia dengan harapan dapat dijadikan pedoman dalam setiap sendi kehidupan bangsa Indonesia kini perlahan luntur atau bahkan sudah terlalu luntur. Bagaimana kita bisa menjadi bangsa yang besar dan maju apabila sikap kita menyimpang dari ideologi kita sendiri?

Coba kita pikirkan sejenak, seperti halnya orang berjalan yang membutuhkan kompas sebagai penunjuk arah dan pedoman melangkah, seperti itulah makna Pancasila bagi bangsa Indonesia. Apabila kita ingin mencapai tujuan, maka kita harus mengikuti pedomannya yaitu Pancasila. Apabila kita justru berjalan menyimpang dari arah pedoman, kita akan tersesat, dalam hal ini tersesat sebagai bangsa Indonesia. Sangat sulit untuk menanamkan dengan kuat nilai luhur Pancasila dalam jiwa bangsa Indonesia khususnya generasi milenial saat ini dan ini menjadi tugas besar bagi seluruh bangsa Indonesia.

Media sosial memang berperan penting dalam membentuk minat atau preferensi seseorang terhadap suatu hal. Jika yang sering trending atau viral adalah hal yang menyimpang, orang-orang juga akan memiliki preferensi lebih besar terhadap hal yang menyimpang daripada hal yang bermoral. Oleh karena itu, kunci utama agar kita menjadi bangsa yang beradab adalah kontrol diri. Kita harus mampu menyaring sesuatu yang baik atau buruk. Selanjutnya kita dapat memberikan koreksi terhadap hal yang buruk yang tidak sesuai dengan nilai luhur Pancasila bukannya malah memberi ruang bagi hal menyimpang untuk berkembang. Selain itu, kita juga dapat membuat konten-konten menarik yang sesuai dengan minat generasi milenial. Konten-konten ini tentunya harus mengedepankan dan memperkenalkan nilai-nilai luhur Pancasila. Dengan begini, semakin banyak orang yang memahami dan menanamkan jiwa Pancasila dalam dirinya.

#Pancasila 55

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun