Mohon tunggu...
SHERLI DAMAYANTI
SHERLI DAMAYANTI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo👋🏻nama saya Sherli Damayanti, saat ini saya sedang berkuliah di Universitas Pelita Bangsa jurusan PGSD

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Resensi Buku "Yuni" Karya Ade Ubaidil

19 Desember 2023   09:55 Diperbarui: 19 Desember 2023   10:49 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Identitas buku Yuni

  •  Judul buku : Yuni
  • Pengarang  :Ade Ubaidil
  • Tahun terbit : Januari 2022
  • Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
  • Tebal halaman : 166 Halaman
  • Panjang buku : 20 cm
  • Lebar buku : 13,5 cm
  • Berat buku : 0,15 kg
  • No ISBN : 978-602-06-5862-9

Sinopsis buku Yuni

Apa yang terjadi bila perempuan menolak lamaran hingga dua kali? dipercaya ia tidak akan menikah selamanya.  Begitulah yang dialami Yuni, remaja SMA yang begitu menggemari warna ungu. Yuni menampik lamaran-lamaran itu demi sebuah cita-cita untuk melanjutkan pendidikan. Tak hanya soal lamaran, ia pula harus menghadapi cibiran tetangga dan stigma sosial bahwa perempuan tidak perlu pendidikan tinggi untuk menjadi istri dan ibu. 

Yuni beruntung memiliki teman-teman Cilegenk yang menyenangkan, Suci pemilik salon, Ibu Guru Lis yang diam-diam mendukung,  juga keluarga dan Bu Ndek yang memberi kekuatan untuk tetap teguh menggenggam impian. 

Diangkat dari skenario film karya Kamila Andini, yang telah diputar diberbagai festival film dunia juga memenangkan penghargaan bergengsi. Diantaranya, platfrom prize dalam Toronto International Film Festival (TIFF) 2021 dan pemenang kategori pemeran utama perempuan terbaik dari Festival Film Indonesia 2021. 

Resensi buku Yuni

Novel Yuni menceritakan tentang pengalaman Kamila Andini yang terinspirasi dari cerita asisten rumah tangganya. Asistennya tersebut menceritakan tentang pernikahan anaknya yang dilanda hujan deras. Mendengar cerita itu, membuatnya mengingat kembali tentang hujan dan pernikahan dari salah satu puisinya Sapardi Djoko Damono, yaitu hujan bulan Juni. Puisi tersebut membicarakan tentang hujan yang turun tidak pada musimnya.

Yuni merupakan seorang gadis SMA yang kesehariannya sangat amat gemar dengan warna ungu. Pergolakan muncul dalam benaknya ketika penyuka warna ungu ini dianggap memiliki penyakit ungu. Salahkah dia menyukai warna ungu? Yuni juga sosok remaja berprestasi dan mempunyai mimpi yang tinggi untuk melihat dunia luar. Yuni memperlihatkan tentang bagaimana perempuan dalam memperjuangkan impiannya untuk pendidikan tinggi, namun dikekang oleh stigma dan anggapan masyarakat dimana perempuan tidak perlu sekolah tinggi yang nantinya akan menjadi ibu dan seorang istri. 

Permasalahan kedua muncul ketika berita hamil diluar nikah merebak di Negeri. Masyarakat mulai beranggapan jika menikah menjadi solusi. Gerakan Indonesia bersih pacaran mulai digaungkan. Anak muda khususnya perempuan di tuntut untuk segera menikah daripada pacaran. Orang-orang beranggapan bahwa wanita tidak ada gunanya berpendidikan tinggi, nanti akhirnya juga akan nikah dan diam dirumah. 

Yuni juga menyukai musik, sebagai vokalis band, dia harus mundur karena suara wanita dianggap aurat. Yuni bahkan dilarang untuk sekedar melakukan hobi, apalagi melanjutkan mimpi. yuni yang memiliki ambisi untuk melanjutkan pendidikan pun harus terpaksa memupuskan harapan-harapannya. keinginan Yuni harus terhalang dengan datangnya lamaran dari laki-laki pada dirinya. Adanya lamaran yang datang pada Yuni membuat dirinya resah akan kehidupan kedepannya. Dalam satu sisi, Yuni ingin meneruskan kehidupnnya dengan melanjutkan pendidikannya. 

Di sisi lain, Yuni juga merasa tidak nyaman dengan pandangan masyarakat terhadap dirinya yang terus menolak lamaran. Padahal dia masih duduk dibangku SMA. Yuni pun dengan tegas menolak lamaran yang datang padanya. Namun orang-orang disekitarnya mulai membicarakan perihal lamaran yang dia tolak. Jika tidak menerima lamaran ketiga, dipercaya tidak akan menikah selamanya. Yuni sudah menolak dua kali, dia sudah tidak memiliki alasan untuk mengelak. Pada akhirnya dia akan tenggelam dalam stigma masyarakat yang tidak berdasarkan pada akhirnya ia menikah dimusim kemarau, tetapi dilanda hujan deras.

Kelebihan buku Yuni

Novel ini dapat dijadikan film hingga berhasil mendapatkan berbagai macam penghargaan diseluruh penjuru dunia dan membanggakan dunia perfilman Indonesia. Isi dari novel ini amat padat dan lengkap meski hanya terdiri dari 13 bab dengan 166 halaman. Secara detail, tokoh-tokoh, karakter, dan ceita didalamnya mewakili beberapa wanita di Indonesia. Cover pada novel ini juga sangat menarik dengan kertas berwarna ungu sebagai simbol pergerakan perempuan serta terdapat gambar dan memiliki beberapa kata-kata. Tak hanya mengisahkan tentang percintaan, tetapi juga tentang bagaimana memperjuangkan mimpinya hingga berpendidikan  tinggi yang membuat alurnya semakin menarik. Novel ini juga menghubungkan dengan nilai-nilai kebudayaan patriarki serta menggunakan sudut pandangan fenimisme karena bahwa perempuan memiliki kesempatan hidup yang sama untuk memilih peran serta haknya seperti halnya laki-laki.

Kekurangan buku Yuni

Novel ini memiliki beberapa bahasa yang digunakan seperti bahasa jawa dan sunda, sehingga sulit dimengerti. Serta diutamakan untuk pembaca 18 tahun keatas, sebab umur pembaca 18 tahun keatas ini telah dewasa sehingga telah mampu memfilter mana yang baik dan tidak ketika mencerna makna yang ingin disampaikan oleh penulis. Serta memiliki kata-kata yng kurang baik sehingga menjadikan novel ini tidak sesuai apabila dibaca oleh beberapa kalangan tertentu.

Kesimpulan buku Yuni

Novel ini tidak hanya mengisahkan tentang percintaan, tetapi juga tentang bagaimana memperjuangkan mimpinya. Yuni ialah seorang gadis SMA yang pintar dan mempunyai mimpi besar. Ia menyukai warna ungu dan memiliki hobi musik ia juga sebagai vokalis band. Yuni ingin melanjutkan sekolahnya hingga berpendidikan tinggi tetapi terhalang dengan lamaran-lamaran yang berdatangan pada dirinya. walaupun sudah dia tolak, orang-orang disekitarnya selalu membicarakan dirinya perihal lamaran tersebut. Bahwa seorang wanita yang menolak lamaran hingga dua kali mitosnya ia tidak akan menikah selamanya. Oleh karena itu, perempuan juga perlu berpendidikan tinggi karena nantinya akan melahirkan generasi-generasi emas di masa depan. Dari mereka pula akan lahir generasi cerdas dan bermartabat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun