Mohon tunggu...
Sherlene Priscilia Horasia
Sherlene Priscilia Horasia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

:)

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Resensi Film One Night Stand: Pertemuan Singkat akan Cinta dan Harapan

25 Maret 2024   16:53 Diperbarui: 25 Maret 2024   16:57 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lea memiliki masalahnya tersendiri dan yang ia anggap sebagai sebuah "kutukan". Lea tidak dapat mengeluarkan emosi tangisnya meskipun ia ingin melakukannya. Hal ini menjadi menarik karena kondisinya ini terkait akan masa lalunya, dimana ayahnya meninggalkannya saat ia berumur 11-12 tahun. "Gue tinggal hanya sama ibu, ayah pergi waktu gue kecil". Setelah kejadian yang membekas tersebut, dan pertemuannya dengan sepasang kekasih yaitu Ruth dan Edo ia berusaha mencari jati dirinya sendiri dan tempat yang dapat dianggap sebagai "safe place" baginya. 

Terjebak akan cinta lama dengan mantannya, Ara masih menunjukkan perhatiannya pada Ayu hingga pertengahan film. Puncak dari hubungan antara tokoh Ayu dan sang tokoh Baskara adalah ketika ia sudah muak dengan hubungannya yang toxic secara terus-menerus berulang. Seperti "kebetulan dan takdir" yang dipercayai oleh Lea, pertemuan keduanya memunculkan banyak perenungan untuk kedua tokoh. Adegan dimana keduanya menghabiskan waktu di bar setelah melepaskan teriakkan di pantai yang berlatarkan langit malam menunjukkan rasa bahagia mereka seolah tiada esok hari.

Kesempatan baik tak akan terulang dua kali, Ara dan Baskara harus berpisah setelah menghabiskan malam bersama untuk mengejar tujuan masing-masing. Malam setelah mereka bersama terdapat scene menunjukkan Lea yang memeluk erat Ara mengetahui dirinya akan melanjutkan perjalanan hidupnya di tempat lain. Akhir dari kisah keduanya merupakan sesuatu yang cukup sedih namun membahagiakan, karena keduanya dapat menjalani hidup mereka dengan tujuan yang baru. Lea yang sebelumnya menganggap dirinya tidak dapat mengalami emosi "menangis", akhirnya meneteskan air mata dalam perjalanan pulang setelah meninggalkan bandara yang begitu ia benci. Disisi lain, Ara akhirnya dapat memutuskan sesuatu untuk dirinya yaitu dengan tidak kembali ke Jakarta seperti kemauan Ayu dan memenuhi keinginannya seperti yang terlihat pada scene terakhir.

Kisah one Night Stand mengandung nilai yang lebih dari sekedar mengejar mimpi, yaitu tentang perjalanan hidup yang harus dilalui di dalamnya. Melalui penggalan percakapan antara Ara dan Lea, film ini menunjukkan nilai hidupnya yang akan "relate" untuk sebagian penonton terutama mereka yang masih terombang-ambing dalam pikiran kalutnya. Nilai yang terkandung pun beragam, mulai dari nilai tentang kasih dan cinta, hingga menemukan tujuan hidup yang akan dijalani. Tersirat tidak berarti bahwa penonton harus memaknainya secara dalam, cukup dengan sekedar menontonnya dapat memberikan kesan pada pandangan pertama.

Tokoh Lea memiliki karakter dengan masa lalu yang unik, ia terpaksa harus kehilangan sosok ayah ketika ia masih sangat muda. Kehilangannya terhadap sosok ayah tersebut membuat kepercayaan Lea terhadap orang yang dikasihinya rusak dan memunculkan luka dalam yang sulit untuk sembuh. "Kepercayaan bisa rusak ketika segala jenis harapan dalam suatu hubungan tidak terpenuhi" (Millenial, 2022). Meskipun telah merasakan pahitnya ditinggal oleh orang yang dikasihi Lea memiliki watak yang berbeda dari karakter umumnya dimana ia memiliki keramahan yang terpancar dari wajahnya. Selain itu Lea memiliki prinsip hidup yang percaya akan "kebetulan dan takdir" dimana semua hal yang terjadi padanya merupakan hal yang terjadi secara kebetulan.

Meskipun terlihat sederhana film ini dapat menyisipkan sejumlah nilai kehidupan penting didalamnya. Memaknainya mungkin akan memerlukan sedikit pemahaman lebih tetapi sang tokoh mampu membawakannya dengan begitu baik dalam tiap perannya. Kisah dari Om Rendra dan Tante Mia mengajarkan penonton bahwa tidak ada pasangan yang sempurna. Om Rendra mengetahui hubungan antara Tante Mia dengan kekasih lamanya Johan, tetap memberikan cintanya sepenuhnya untuk Tante Mia. Melalui kisahnya penonton diajarkan tentang kasih tanpa syarat dari Om Rendra karena cintanya yang begitu besar kepada Tante Mia.

Meskipun begitu, film ini datang dengan beberapa kekurangan yang mungkin dapat menjadi nilai minus di mata para penonton. Kedua tokoh utama yang diperankan oleh Jourdy dan Lea memiliki chemistry yang dapat dibilang masih cukup kaku. Penghayatan karakter dari kedua tokoh sudah sangat mempesona penonton, namun terdapat beberapa scene dimana kedekatan mereka terasa seperti dibuat-buat dan tidak natural. Scene dimana seharusnya kedua tokoh terlihat bahagia bersama di bar, kurang menggambarkan kedekatan mereka karena gerakan tubuh yang tidak bebas.

Perjalanan Ara dan Lea lebih banyak dipenuhi oleh adegan yang terlalu bertele-tele. Terdapat beberapa adegan yang membuat alur cerita menjadi kurang menarik karena durasi yang terlalu lama pada scene tertentu. Scene di lokasi pemakaman banyak menunjukkan adegan "kosong" dan tidak memiliki kepentingan yang tinggi. Meski begitu alur kisah film ini berlalu begitu cepat karena perpindahan latar dan situasi lingkungan yang berubah drastis. Ara memulai kisahnya di Jakarta dan tiba di Jogja setahun kemudian yang hanya membutuhkan beberapa adegan saja.

Sebagai film yang memiliki rumah produksi cukup ternama, sinematografi pada film ini sangatlah kurang pada beberapa adegan. Terdapat beberapa adegan dengan rekaman yang tidak stabil, memberi kesan yang kurang profesional pada penonton. Ketidakstabilan film ini juga memberi penonton kesulitan dalam menyimak film karena guncangan yang sangat terlihat, terutama pada adegan dimana Ara dan Lea menepi sejenak. Film ini mengandung banyak adegan perjalanan, sehingga cukup disayangkan akan performa sinematografi yang kurang.

Penonton diharapkan untuk bijak dalam menonton film ini, sebab label rating 17+ pada film ini disebabkan oleh munculnya beberapa adegan dewasa pada beberapa bagian dari film. Film ini memiliki pembawaan yang sederhana sehingga akan mudah untuk dipahami. Alurnya yang cukup cepat akan memerlukan perhatian yang lebih baik oleh penonton jika ingin mendapatkan esensi dari film. Secara keseluruhan film ini telah berhasil membawakan pesan-pesan yang ingin disampaikan melalui kisah santai yang dapat dinikmati di waktu luang.

Daftar Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun