Mohon tunggu...
Hafida Widya Farisi
Hafida Widya Farisi Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2013 || simple || be smart || be confident || a dreamer || a good muslim ||

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar Bersama Sarjana Komunikasi

7 Januari 2014   19:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:03 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sosok laki-laki hampir berkepala empat ini, masih setia untuk mengabdikan dirinya kepada masyarakat,khususnya dalam bidang komunikasi. Ia adalah Subhan Afifi, seorang dosen jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Yogyakarta. Sekaligus juga merangkap sebagai ketua penyunting The Indonesian Journal of Communication Studies. Juga sebagai pendiri sekaligus Pemimpin Redaksi Majalah Fahma. Selain itu juga menekuni penulisan buku biografi untuk personal dan lembaga. Ia lahir di Sumbawa Besar pada tanggal 28 September 1974.
Menekuni dunia jurnalistik sejak menjadi mahasiswa di jurusan Ilmu Komunikasi FISIP, Univesitas Diponegoro. Gelar megister diperolehnya dari programstudi Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia Jakarta. Sedangkan gelar Doktor (PhD) diraihnya dari Media Department, Faculity ofArts and Social Sciences, Univesity of Malaya, Malaysia. Sejak mahasiswa sudah meniti jalan menjadi profesional komunikasi. Pernah menjadi reporter dan dewan redaksi koran kampus manunggal di Universitas Diponegoro dan pemimpin redaksi buletin islamuna. Selepas kuliah pernah menjadi reporter Harian Berita Kita Semarang dan koresponden Majalah Sinar Jakarta.
Tahun 1997 akhir, bergabung menjadi dosen Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Yogyakarta. Selama menjadi dosen, juga terus mengembangkan diri di dunia praktis, khususnya jurnalistik dan penerbitan. Pernah menjadi Dewan Redaksi Majalah Info Kampus, Dewan Penyunting Jurnal Ilmiah Paradigma, Ketua Penyunting Jurnal Ilmu Komunikasi, dan saat ini masih aktif menjadi editor in chief (Ketua Penyunting) The Indonesian Journal of Communication Studies. Di luar kampus, bersama kawan-kawan juga mendirikan Majalah Fahma. Majalah pendidikan anak dengan segmentasi orang tua dan guru. Saat ini masih menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Fahma. Juga masih aktif menekuni penulisan buku biografi baik personalia maupun lembaga.
Untuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan dakwah, saat ini menjadi Sekertaris Yayasan Darussalam Selokerto, yang membawahi pendidikan di tingkat pra sekolah, taman kanak-kanak, dan SD. Sekolah-sekolah ini memberi perhatian pada kaum dhuafa untuk mendapatkan pendidikan berkualitas. Selain itu juga sedang mengembangkan Pesantren Al-Qur`an dan Wirausaha “Ahsanu Amala” di bawah Yayasan Achmad Hasan Ali di Taliwang, Sumbawa Barat. Dan sehari-harinya menulis untuk berbagai media, seperti Majalah Fahma, dan sesekali menulis opini untuk Harian Kedaulatan Rakyat.
Dalam pekerjaannya, tidak diperlukan keterampilan yang banyak. Terus berlatih adalah cara untuk mengasah kompetensi. Untuk keahlian menulis misalnya, diusahakan untuk menulis setiap hari, bisa untuk media massa, atau sekedar menulis di website pribadi atau media sosial lainnya. Selain itu tentu saja mengikuti berbagai seminar/workhsop/training dan aktif dalam berbagai forum diskusi online. Dan kompetensi yang diperlukan adalah menulis, meneliti, berbicara efektif di depan umum (public speaking) didukung dengan kemampuan bahasa asing, misalnya Inggris, Arab, dan lain-lain.
Yang berkesan ketika mengajar atau menulis tentu banyak, ada yang bilang dapat inspirasi dan bisa menerapkannya dalam keseharian. Yang tidak meneyenangkan kalau sedang mendaptakan tugas public speaking, karena kurang persiapan dan merasa sukses menguasai audience. Dan suka dukanya, tentu banyak sukanya. Bisa bertemu banyak orang,bisa menginspirasi, dan semoga ini semua bernilai ibadah. Dukanya kalau belum behasil mendidik mahasiswa atau orang yang ada di sekitar menjadi lebih baik. Dan karakter yang dibutuhkan adalah disiplin, terbuka, cinta belajar, suka berbagi, kerja keras-cerdas-tuntas dan ikhlas. Kebiasaan yang menunjang, belajar setiap saat, segera tuntaskan pekerjaan, jangan ditunda-tunda.
Dalam benaknya tak pernah terpikirkan honor yang akan didapatkan. Baik ketika mengajar maupun menulis. Yang diinginkan hanya bagaimana ia menyalurkan ilmunya, juga gagasanya dan ide-idenya. Karena honor hanya dianggap sebagai akibat yang diperoleh ketika mengajar maupun menulis.
Untuk dosen prospek ke depannya, saat ini pemerintah memberi beasiswa pada lulusan terbaik perguruan tinggi sampai S2 dan S3 untuk menjadi dosen di PTN atau PTS. Peluangnya sangat besar. Untuk penulis, sangat cerah prospeknya. Media massa tumbuh, industri penerbitan dan dunia online membuka peluang besar untuk profesi penulis. Dan tantangannya ke depan selalu mengasah kompetensi dengan terus belajar, karena orang-orang pintar dan hebat semakin banyak. AFTA berpengaruh juga, karena para profesional asing akan menyerbu negeri kita. Tapi jangan khawatir, Insya Allah kita tidak kalah dengan mereka. Asal tetap kerja keras-cerdas-tuntas- dan ikhlas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun