Buku Harian Hadiah Katsujiro Ueno
Iva mulai mencoba mencatat semua kejadian dengan baik. Ia mencatatnya pada buku harian hadiah Katsujiro Ueno untuknya. Buku harian itu ia beri judul Taman Rahasia. Ia tulis judul itu di bagian sampul dalam besar-besar. Di halaman pertama catatan itu Iva menuliskan:
Pada halaman pertama, kukenalkan buku harian ini sebagai buku istimewa. Buku pemberian warga negara Jepang yang bernama lengkap Katsujiro Ueno. Menurutnya dengan mengisi buku harian ini, aku dapat melihat berbagai perubahan diri selama sepuluh tahun ke depan. Menurutnya, dengan mengisi buku harian ini, aku akan mengetahui siapa diriku yang sebenarnya. Buku harian ini harus diisi dengan tiga hal.
Pertama, menulis kekeliruan dan kesalahanku di hari itu. Kedua, menuliskan perasaan yang dialami hari itu, baik yang menyenangkan atau pun menyedihkan. Ketiga, apa yang harus kulakukan untuk mewujudkan cita-cita dalam sepuluh tahun ke depan.
Aku tidak begitu mengerti apa sebenarnya maksud perkataan Katsujiro Ueno, tapi sebaiknya kutulis saja. Tak ada salahnya kutulis. Suatu hari pasti aku dapat memahaminya. Satu hal lagi yang ia katakan, dalam satu halaman buku harian, aku akan dapat melihat apa yang akan aku lakukan sepuluh tahun ke depan pada hari dan tahun yang berbeda. Lagi-lagi aku tidak paham apa maksudnya.
“Kamu tidak harus mengerti dan paham sekarang. Tulis saja! Atau bincangkanlah dengan orangtuamu ketika waktumu senggang. Ingat, tulis tiga hal!” Ia mengakhirinya saat memberikan hadiah buku harian dengan judul sampul luar Diary for 10 Years.
Terima kasih, Bapak Katsujiro Ueno!
Iva pun selesai menuliskan catatannya di buku harian. Ia mengajak Pinky berbincang. Pinky adalah si cantik mungil yang berambut panjang dan berbaju serba pink. Ia berbagi cerita tentang ‘Diary for 10 Years.’
“Pinky, kamu paham tidak maksud kalimat dengan mengisi buku harian, aku dapat melihat berbagai perubahan diriku dalam sepuluh tahun ke depan?”
Pinky terlihat garuk-garuk kepala. “Menurutku itu ucapan orang dewasa, Iva. Hanya orang dewasa yang bisa mengerti!”
“Iyakah?”