“Iya, Bu, terima kasih banyak.”
Sebenarnya sejak tadi aku menyimpan pertanyaan. Menurutku waktunya sangat tepat dan sangat relevan. Sebaiknya kutanyakan sekarang. Siapa tahu, bisa membantuku berjaga-jaga menghadapi keadaan tak terduga.
“Bu, bolehkah saya bertanya untuk terakhir kalinya?”
“Silakan, Nak. Mumpung saya juga bersemangat. Kalau ibu tidak bisa menjawab pertanyaanmu tolong jangan kecewa hati, ya?”
“Iya, Bu, tidak apa-apa!”
“Apa yang ingin kamu tanyakan?”
“Apakah ada tanda-tanda seseorang akan meninggal? Kalau tanda itu ada, paling tidak bisa buat saya berjaga-jaga setiap saat.”
“Ada, Anakku. Mari sini, mendekat!”
Ia membisikkan kalimat demi kalimat dengan sangat jelas sehingga tanpa harus mengulangnya. Aku berusaha mengingat-ingatnya dengan baik tanpa dicatat. Satu, dua, tiga kalimat yang ia minta aku mengingatnya sepanjang menjalani hidup. Dan di akhir bisakannya, ia mengatakan dengan suara tidak lagi berbisik.
“Jangan pertanyakan MENGAPA? Lakukan saja untuk berjaga-jaga. Semoga selamat!”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H