Mohon tunggu...
S Herianto
S Herianto Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Katanya orang-orang, saya penulis, fotografer, designer grafis, dan suka IT. Bisa jadi. Tulisan saya juga ada di www.cocokpedia.net

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Saatnya Revolusi

5 Januari 2017   00:03 Diperbarui: 5 Januari 2017   00:32 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Sudara-sudara, sesuai dengan janji kita, kita akan melakukan rencana kedua. Kita akan meminta bantu para pemimpin media massa. Pemimpin media massalah yang membuat sejarah kampung Indonesia. Merekalah yang mampu memberikan tekanan revolusi yang kita suarakan. Merekalah yang membuat , mencetak, dan mengumumkan nama-nama para pahlawan bahkan membuat pahlawan dadakan. Kita akan datangi mereka. Kita sudah siapkan konsep negara dan konsep pemerintahan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang murni dan asli. Bukan undang-undang yang telah dikebiri, bukan pula Pancasila yang berlambangkan burung gereja. Kita bagi yang hadir kali ini menjadi lima kelompok besar. Pada hitungan ketiga, bentuklah yang hadir hari ini, di depan, di samping, dan belakang saya ini, menjadi lima bagian. Satu, dua, tiga!”

Terbagilah hadirin menjadi lima kelompok besar yang imbang tanpa ragu. Kemudian Badrul menyebarkan kepada lima kelompok tersebut lembaran-lembaran yang berisi konsep revolusi kampung Indonesia Baru. “Bagaimana pun caranya, konsep revolusi yang  Sudara-Sudara pegang harus sampai ke alamat. Ketika sudah  sampai ke tujuan dan menemui para pimpinan media, Sudara-Sudara wajib menunggu hingga ada jawaban resmi dari pihak media. Apa pun jawaban mereka nanti, kita akan putuskan langkah berikutnya di sini, pada hari ini! Bukan besok! HARI INI!!!”

Menyebarlah mereka segera dengan patuh. Badrul seperti Gajah Mada atau Bung Tomo ketika mengusir Inggris dari Surabaya. Ia juga seperti Soekarno, ketika pidato ‘Ganyang Malaysia.’ Ia juga seperti Sudirman. Ia seperti macan yang kelaparan. Ia seperti rajanya setan atau iblis. Ia seperti induk ayam betina yang anak-anaknya terancam bahaya. Ia seperti beruang yang terluka. Ia seperti apa saja yang mampu meledak atau menerkam tiba-tiba.

Luar biasa sekali kharismanya. Jumlah yang hadir untuk mendengarkan orasi revolusi Badrul lebih besar daripada aksi damai 411 dan 212. 412 dan 212 jika dijumlahkan pun masih jauh lebih besar jemaah Badrul. Karena mungkin mahkamah agung menganggap Badrul gila, tidak ada pengaruh apa-apa jika mahkamah agung mengabaikan orasi Badrul. Pemerintah setempat atau pusat juga tidak banyak yang menganggapnya itu merupakan ancaman serius bagi kelanggengan kekuasaannya. Biar saja. Nanti kalau sudah capek pasti berhenti dengan sendirinya, pikir mereka.

Tapi tidak demikian halnya dengan watak Badrul, selama niat revolusi telah mambakar jiwanya, pantang baginya membunuh api yang sudah membesar dan siap menjadi petir yang luar biasa dahsyat. Ia adalah Gajah Mada, ia adalah Soekarno, ia adalah Bung Tomo, dan ia adalah Sudirman. Badrul adalah seperti mereka yang memiliki kehormatan.

Usaha isteri Badrul untuk tidur gagal semalaman. Ia tidak bisa tidur dengan kondisi kasur berguncang. Dalam tidur, suaminya tampak sesekali kejang, meracau, menerjang-nerjang, mengepal-ngepalkan tangannya. Sesekali mendengkur keras. Benar-benar situasi yang tak nyaman. Isterinya benar-benar merasa terganggung haknya. Tapi, mau pindah ke mana lagi? Anaknya dengan Badrul sudah memenuhi rumah. Padahal pagi-pagil sekali ia harus bangun menyiapkan anak-anaknya siap bersekolah. Setelah itu ke pasar, berbelanja semua keperluan warung sotonya dan tak lupa membuatkan suaminya secangkir kopi panas serta rokok harus ada. Kalau tidak, maka rumah itu akan ramai dan bising.

Kembali ke perjalanan Badrul. Lima kelompok yang telah dibaginya menyatakan gagal memperoleh jawaban kata sepakat dari para pemimpin media. Badrul pun marah. “Dasar kapitalis! Sudah cukup, Sudara-Sudara! Orasi ini telah cukup. Kita telah cukup terbakar jiwa dan raga kita dengan situasi seperti ini. Waktu kita lancarkan jalan akhir!” Badrul berhenti bersuara. Suasana menjadi senyap tiba-tiba. Mereka yang menunggu suara Badrul saling toleh menoleh, penasaran suara apa yang akan diledakkan oleh Badrul.

Semenit telah lewat. Badrul tetap berdiri di podiumnya. Seperti malam Lailatul Qadar. Alam terasa berhenti beraktivitas. Udara tak mau menjadi angin. Daun-daun enggan melambai. Suara satwa yang biasanya berzikir pun terdiam. Nafas-nafas mereka tertahan, menanti. Apakah gerangan yang akan dicetuskan oleh Badrul? Suara hati mereka seragam bertanya. Waktu sudah lewat menit ke dua, ke tiga, dan ke lima. Tepat pada menit ke tujuh, terdengar suara mik menyala mendenging.

“Sudara-Sudara, sebagai akhir dari kebuntuan langkah kita, maka tepat malam ini, saya umumkan bahwa saya telah memiliki data akurat mengenai siapa-siapa yang paling bertanggung jawab atas tidak amannya kampung Indonesia ini.; tidak amannya nyawa rakyat kampung Indonesia ini; tidak amannya martabat bangsa kampung Indonesia ini; dan tidak amannya harta rakyat kampung Indonesia ini. Dengan ini pula saya sampaikan kepada Sudara-Sudara bahwa malam ini pula telah hadir bersama kita para dukun sakti dari seluruh pelosok kampung Indonesia dan beberapa impor dari pedalaman negara-negara di dunia. Malam ini, Selasa Kliwon, kita akan memberikan kepercayaan kepada para dukun sakti tersebut untuk menyantet secara massal nama-nama yang ada pada lembaran yang saya pegang ini. Setuju?”

“Setuju!!!”

Byuuur! Badrul terbangun terkaget-kaget. Keringatnya yang panas bercampur dengan siraman seember air hadiah dari isterinya. Badrul tidak protes dengan nasib dirinya. Dia hanya diam. Kesadarannya belum pulih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun