Saat cerita ini ditulis, aku adalah seorang guru sekolah dasar negeri. Seorang pegawai negeri sipil yang tak lama lagi akan berganti nama menjadi aparatur sipil negara. Nama yang lucu, tapi kembali ke posisiku saat ini, sebagai guru, aku tidak mau seperti kamu Abdul Hadi.
Aku berproses menjadi guru yang meneladani sosok Soekarno. Sosok Romo Mangun Wijaya. Sosok HOS Cokro Aminoto. Meneladani sosok Hasyim Asy’ari. Beliau-beliau itu tidak seperti kamu, Abdul Hadi. Beliau-beliau meneladani Nabi. Walaupun tidak seperti beliau-beliau dengan konsep pendidikan Among-nya, paling tidak sedikit aku bisa mendekati langkah dan perilaku beliau dalam mendidik bukan mengajar apalagi menghajar. Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.
Akhirnya selesai juga bercerita mengenai angka. Sekedar tambahan penutup cerita ini, walaupun aku sangat muak dan benci dengan angka 5, tapi aku tidak benci Pancasila. Aku tidak benci rukun Islam. Aku hanya benci angka 5 yang ada di ijazahku yang dibuat Abdul Hadi itu. Titik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H