Mohon tunggu...
Sheren
Sheren Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Artikel Populer

Siswa biasa yang ingin belajar menulis | Fakta-fakta menarik tentang alam dan sosbud | Menuangkan Opini dan Gagasan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pamali yang Masih Dipercaya Gen Z: Warisan atau Sekadar Takut Kualat?

1 Februari 2025   19:40 Diperbarui: 1 Februari 2025   19:44 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jaman sekarang, semuanya serba internet, serba digital. Mau lihat informasi terbaru, berita terkini, tinggal buka hp dan berselancar di internet. Tapi anehnya, di era internet ini masih ada aja pamali yang bikin kita mendadak mikir dua kali. Pernah nggak sih nyapu kaki terus tiba-tiba kepikiran, "Duh, nanti jodohku jauh!" atau lagi enak duduk di depan pintu, terus langsung disuruh pindah sama emak karena katanya bisa bikin rezeki seret?

Di satu sisi, kita suka ngaku skeptis dan logis, tapi di sisi lain, pamali kayaknya masih aja relevan di hidup kita. Ini sugesti, warisan budaya, atau emang ada benarnya? Yuk, kita bahas!

Pamali Populer yang Masih Dipercaya Gen Z

1. "Jangan Duduk di Depan Pintu, Nanti Jodohnya Jauh".

Mitos: Katanya, kalau sering duduk di depan pintu, jodohnya jadi susah datang. 

Fakta: Ini lebih ke etika rumah. Kalau duduk di depan pintu, ya ganggu orang keluar-masuk. Plus, bisa bikin energi di rumah terasa sumpek.

2. "Kalau Nyapu yang Bersih, Kalo Ngga Bersih Nanti Jodohnya Brewokan".

Mitos: Kalau nyapu ga bersih, nanti dapat pasangan yang berjenggot lebat.

Fakta: Kayaknya ini strategi orang tua biar anak-anak nyapu dengan benar dan nggak bikin rumah kotor lagi setelah disapu.

3. "Jangan Makan Langsung dari Panci, Nanti Dapat Pasangan Pemalas".

Mitos: Orang yang makan dari panci dianggap bakal dapat pasangan yang nggak mau kerja keras.

Fakta: Ini soal kebiasaan makan yang sopan. Makan dari panci bisa bikin makanan cepat basi dan dianggap nggak higienis.

4. "Jangan Potong Kuku Malam-Malam, Nanti Kena Sial".

Mitos: Potong kuku malam bisa mendatangkan nasib buruk atau ngundang setan.

Fakta: Zaman dulu, listrik belum ada, jadi potong kuku malam berisiko melukai diri sendiri. Makanya, dilarang.

5. "Jangan Bersiul di Malam Hari, Nanti Didatengin Hantu".

Mitos: Siul di malam hari bisa mengundang makhluk halus.

Fakta: Mungkin ini strategi biar orang nggak berisik di malam hari, terutama kalau ada bayi tidur atau tetangga butuh ketenangan.

Kenapa Pamali Masih Dipercaya Gen Z?

Padahal kita udah hidup di zaman serba digital, tapi pamali masih eksis dan akrab dalam segala aktivitas kita sehari-hari. Kenapa bisa gitu? Ini beberapa alasannya:

1. Efek Sugesti dan Takut Kualat.

Pikiran kita gampang terpengaruh sama sesuatu yang sering didengar. Kalau dari kecil dikasih tahu "Kalau nyapu kaki bakal susah jodoh," otak kita langsung ngeproses itu sebagai sesuatu yang mungkin benar. Jadi, meskipun tahu itu mitos, kita tetap nggak mau ambil risiko.

2. Nilai Budaya dan Warisan Orang Tua.

Banyak pamali sebenarnya bagian dari budaya dan cara mendidik anak. Daripada ngejelasin panjang lebar soal etika atau bahaya tertentu, orang tua pakai pamali biar anak langsung nurut.

3. Ada Logika di Baliknya.

Nggak semua pamali itu ngawur. Beberapa justru ada hubungannya dengan kesehatan, keselamatan, atau etika sosial. Misalnya, larangan potong kuku malam ada hubungannya dengan pencahayaan yang dulu buruk, sementara larangan makan dari panci lebih ke soal kebersihan.

4. Faktor Sosial: "Takut Dibilang Nggak Nurut"

Kadang kita nurut pamali bukan karena percaya, tapi karena nggak mau ribet berdebat sama orang tua. Lagipula, kalau bisa dihindari tanpa efek samping, kenapa nggak?

Pamali: Warisan atau Cuma Sugesti?

Kalau ditanya, "Pamali ini masih perlu dipercaya nggak?" Jawabannya tergantung. Beberapa pamali punya nilai positif, seperti ngajarin etika atau kebersihan. Tapi kalau udah sampai bikin hidup jadi penuh ketakutan tanpa alasan yang jelas, mungkin saatnya kita mulai lebih kritis.

Pamali bisa dilihat dari dua sisi:

  • Sebagai warisan budaya Banyak pamali yang sebenarnya ngajarin kita etika, kebersihan, dan cara hidup yang lebih baik.
  • Sebagai sugesti psikologis Ada juga pamali yang sebenarnya cuma sugesti, dan nggak ada pengaruh nyata selain bikin kita jadi overthinking.

Percaya atau Nggak, yang Penting Logis!

Pamali itu bagian dari budaya kita, tapi bukan berarti harus ditelan mentah-mentah. Kalau ada logikanya dan bikin hidup lebih baik, nggak ada salahnya buat diikutin. Tapi kalau cuma bikin takut tanpa alasan yang jelas, mungkin kita perlu berpikir lebih kritis.

Jadi, next time kalau ada yang bilang, "Jangan duduk di depan pintu, nanti susah dapet jodoh," coba pikir lagi: beneran mitos, atau memang ada alasan masuk akalnya?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun