Penelitian dari Nasdaq (Stock Market dari Amerika) memprediksi bahwa pembelian di seluruh dunia pada tahun 2040 akan berlangsung secara online melalui e-commerce. Dapat terlihat dalam kehidupan sehari-hari yang terjadi saat ini, seperti penjual sayur yang biasanya berjualan keliling/membuka kios mulai beralih menjual sayur melalui e-commerce. Peralihan tersebut menjadi tantangan logistik untuk beradaptasi sedemikian rupa menggunakan teknologi digital untuk dapat mengimbangi e-commerce sebagai platfon jual beli di masa mendatang.
Tanpa penggunaan teknologi pada logistiknya, maka barang tidak akan sampai ke konsumen dengan cepat, dan instan, membuat e-commerce kehilangan suatu kemudahan yang identik dengannya. Salah satu teknologi logistik digital yang berperan besar dalam kemajuan e-commerce adalah TMS (Transportation Management System). TMS memiliki berbagai fungsi seperti berperan menjadwalkan dan melacak barang secara realtime pada saat dikirimkan, menentukan rute terbaik, meningkatkan kemampuan dan kualitas pengiriman, mendeteksi dan menangani kesalahan tepat waktu, serta membantu pelaku bisnis mengetahui kekurangan dan mengevaluasinya untuk peningkatan layanan mereka.
Kesimpulan
Digitalisasi logistik jika tidak dimanfaatkan secara tepat dalam penunjang suatu model bisnis, hanya akan menjadi suatu waste yakni pengeluaran berlebih yang tidak membuahkan suatu kemajuan berarti. Oleh karena itu, penting untuk mengatur dan menentukan secara tepat dan akurat di mana serta bagaimana pengimplementasian digitalisasi logistik yang dapat berdampak positif sebagai penunjang peluang usaha, bisnis serta perekonomian yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H