Mohon tunggu...
Shera AmaliaGhaitsa
Shera AmaliaGhaitsa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Saya adalah mahasiswa Jurnalistik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hobi saya membaca, menulis, bernyanyi, dan menari.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Maraknya Penggunaan ChatGPT Oleh Mahasiswa, Apa Dampaknya?

8 Januari 2024   22:17 Diperbarui: 8 Januari 2024   22:38 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber foto: website resmi ChatGPT)

Teknologi Artificial Intelligence (AI) belakangan ini mulai ramai digunakan, terutama oleh kalangan mahasiswa yang menggunakan teknologi ini untuk mengerjakan tugas kuliah. 

Kemampuan dari AI adalah untuk menirukan kecerdasan manusia berdasarkan data dan informasi yang diprogramkan.

Sebenarnya, penemuan konsep AI sudah ada di tahun 1956, hanya saja saat itu belum banyak berkembang karena keterbatasan teknologi. Komputer saat itu masih menjadi barang tersier dan perangkatnya yang belum secanggih saat ini. Namun lambat laun, seiring berjalannya waktu teknologi komputer dan kecepatan internet AI juga semakin berkembang.

Dari sekian banyaknya teknologi AI yang tersedia saat ini, terdapat salah satu AI yang dikenal di kalangan mahasiswa, yaitu ChatGPT yang diketahui rilis perdana pada 30 November 2022 lalu. ChatGPT merupakan AI berjenis chat bot yang dimiliki oleh perusahaan bernama OpenAi. ChatGPT membantu untuk menjawab segala pertanyaan yang diajukan oleh pengguna. 

Namun bukan hanya menjawab pertanyaan, ChatGPT juga dapat digunakan untuk memberikan saran, menghasilkan teks yang kreatif, interaksi dalam bentuk percakapan, dapat menjawab dengan segala bentuk bahasa yang diberikan, serta respon yang cepat dalam pengambilan keputusan. 

Berdasarkan penjelasan singkat dari Nenny, dosen jurusan Sistem Informasi (SI) Universitas Pembangunan Nasional (UPN) "Veteran" Jakarta bahwa dibalik AI ChatGPT terdapat algoritma yang menggali informasi dari internet. Algoritma tersebut mencari jawaban yang berasal dari kata kunci yang dimasukkan oleh pengguna, kemudian kecerdasan buatan ini akan mempelajari jawaban yang sering dicari oleh pengguna dan memahaminya.

Maka dari itu ChatGPT lebih sering digunakan para mahasiswa untuk mengerjakan tugas kuliahnya. Dengan kecepatan dan ketepatan dari kecerdasan buatan ini membuat tugas mereka lebih cepat selesai tanpa harus kesulitan mencari materi dari buku atau sumber lainnya. 

Kehadiran AI ChatGPT memiliki dampak positif dan negatif yang ditimbulkan kepada mahasiswa atau pelajar yang sering menggunakannya.

Sebagai dosen, Nenny juga memberikan tanggapannya tentang mahasiswa yang sering memakai ChatGPT.

Nenny beranggapan bahwa ia secara pribadi tidak melarang mahasiswa untuk menggunakan AI saat mengerjakan tugas. Karena dampak positif penggunaan AI ChatGPT, dapat membantu mahasiswa untuk mengerjakan tugas secara lebih cepat dan hasilnya juga lebih baik. Namun sisi negatifnya, mahasiswa jadi kurang berkreativitas.

"Saya tidak melarang mahasiswa saya untuk menggunakan ChatGPT, tapi sebagai dosen saya harus lebih kreatif supaya mahasiswa mengerjakan tugas yang jawabannya tidak ada 100% di ChatGPT," ujar Nenny, saat ditemui di gedung Fakultas Ilmu Komputer (FIK) UPN "Veteran" Jakarta, Selasa (19/12/2023).

Sebagai dosen yang juga menggeluti bidang Information Technology (IT), Nenny memiliki solusi untuk memberikan soal yang sekiranya jawaban soal itu tidak sepenuhnya ada di ChatGPT, sehingga mahasiswa bisa merombak, mengubah, dan menambahkan jawaban dari buku, jurnal, atau sumber yang lain. 

Nenny menambahkan bahwa di zaman sekarang kita tidak bisa melawan kencangnya arus perkembangan teknologi. Justru dosen juga harus berpikir bagaimana caranya untuk memanfaatkan ChatGPT tanpa menghilangkan kreativitas dan daya pikir mahasiswa.

Sementara itu, pendapat seorang mahasiswa yang pernah menggunakan ChatGPT dari Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta menyatakan bahwa ChatGPT memberi manfaat untuk menjadi bahan referensi dalam mengerjakan tugas dari dosen yang tidak ada di materi.

"Karena kan (ChatGPT) to the point ya, kalau kita cari dari jurnal harus baca dulu. Kadang kita bingung, isinya (jurnal) apa," ujar Khanisa Syifa, mahasiswa UAD Yogyakarta saat diwawancarai melalui via aplikasi Google Meeting, Minggu (31/12/2023). 

Syifa sendiri mengaku bahwa dia tidak begitu sering menggunakan ChatGPT, kecuali jika ada soal yang jawabannya tidak ada di buku atau di jurnal.

"(Karena) tahu sendiri, kadang jawabannya (ChatGPT) suka diluar (tidak sesuai) dari pertanyaan," tambah Syifa.

Selain itu, Syifa merasakan dampak negatif dari penggunaan ChatGPT, dia merasa lebih malas untuk membaca buku. Maka untuk solusinya, Syifa lebih memilih untuk membatasi dirinya dari menggunakan ChatGPT secara berlebihan.

Syifa akan berusaha terlebih dahulu untuk mencari materi di buku atau jurnal sebelum akhirnya mencari jawabannya di ChatGPT.

Sebagai manusia, tentu tidak boleh kalah cerdas dari teknologi. Justru manusia yang seharusnya mengendalikan teknologi, bukan malah sebaliknya. 

"Komputer (teknologi) itu kan yang membuat manusia, makanya manusianya juga harus lebih kreatif daripada komputernya," tambah Nenny.

Di tengah maraknya perkembangan teknologi AI ini, dosen dan mahasiswa juga harus bekerjasama agar bisa menghindari dampak negatif dari penggunaan ChatGPT namun masih bisa merasakan manfaat dari teknologi AI ChatGPT. 

Kesimpulannya, menggunakan AI ChatGPT mempermudah mahasiswa untuk mengerjakan tugas, mencari referensi, dan membuat tugas menjadi lebih baik. Namun, teknologi jika tidak digunakan dengan baik justru akan menimbulkan dampak buruk seperti kurangnya kreativitas daya berpikir, rasa malas, serta jawaban yang terkadang kurang relevan dengan pertanyaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun