Mohon tunggu...
Septi Diah Prameswari
Septi Diah Prameswari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saya adalah sesosok insan yang berjuang hidup mencari sepercik cahaya ilmu di tempat yng jauh dari kota kelahiran saya. Perjuangan tak kan berhenti sebelum kuhembus nafas terakhir.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Social Network for Your Life (Part-1)

7 November 2011   06:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:58 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jejaring sosial merupakan wadah kita berinteraksi pada sesama tanpa perlu kontak fisik karena dilakukan melalui media internet. Di Indonesia sendiri jejaring sosial menjadi fenomena yang cukup unik. Tiap hari selain penggunanya bertambah, jenis situs jejaring sosialnya pun semakin banyak, tetapi sampai saat ini yang menduduki rangking teratas adalah facebook dan twitter.Situs facebook dirilis pada tahun 2006 oleh seorang mahasiswa Harvard University bernama Mark Zuckerberg dengan tujuan awal yaitu memungkinkan mahasiswa dari kelas yang sama dapat melihat daftar nama mahasiswa sekelasnya. Sedangkan twitter sendiri dirilis di tahun yang sama oleh tiga orang pemuda yaitu Jack Dorsey, Biz Stone, dan Evan Williams. Jejaring sosial mempermudah manusia dalam berkomunikasi. Perbedaan tempat dan waktu tidak menjadi kendala komunikasi setelah adanya jejaring sosial tersebut. Kemudahan yang ditawarkan internet, membuat situs-situs di internet termasuk jejaring sosial ini menarik minat banyak kalangan, dari mulai anak-anak SD hingga kakek-nenek. Dalam keadaan seperti apa pun jejaring sosial itu dapat di akses, bahkan saat baru bangun tidur dengan duduk di atas tempat tidur sambil mengerjakan apapun situs itu dapat di akses. Namun, selain membawa keuntungan, setelah dicermati dengan seksama jejaring sosial itu pun membawa dampak negatif dalam interaksi khususnya komunikasi antar persona manusia (KAP). Sesuai pengamatan penulis, orang lebih suka berinteraksi di jejaring sosial daripada harus melakukan komunikasi tatap muka. Terbukti bahwa 99% mahasiswa di kampus penulis mempunyai akun di jejaring sosial tersebut dan menjadi pengguna aktif dengan selalu berkomentar di status orang lain atau meng-update status. Padahal, saat bertatap muka langsung, jarang sekali ada yang bertegur sapa atau "berkicau" sekehendak hati. Apakah benar, kualitas komunikasi antar persona dan interaksi kita pada sesama menurun karena pengaruh jejaring sosial? Ataukah justru dengan jejaring sosial dapat memperbaiki kualitas hubungan kita dengan individu atau pun kelompok lain? Apakah kemajuan teknologi yang memfasilitasi interaksi sosial melumpuhkan kehidupan sosial kita? Apakah benar jejaring sosial meningkatkan sifat individualisme manusia? *belajar nulis dengan gaya agak serius ^_^

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun