Diabetes Melitus (DM) atau yang sering kali disebut penyakit kencing manis ini ternyata sangat membahayakan bagi tubuh. Hal ini dapat terjadi jika seseorang kurang “aware” dalam menjaga gaya hidupnya sehingga memicu adanya komplikasi yang makin parah.
Mengenal Diabetes Melitus
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia atau PERKENI (2021) menyatakan bahwa DM adalah penyakit metabolik karena terdapat kelainan kerja insulin maupun sekresi insulin sehingga menyebabkan hiperglikemia. Hiperglikemia adalah suatu kondisi meningkatnya kadar glukosa di dalam darah hingga melebihi batas normal. PERKENI menyebutkan kisaran normal kadar glukosa darah (KGD) adalah >126 mg/dL (pengecekan KGD puasa) dan >200 mg/dL (pengecekan 2 jam setelah minum larutan gula). DM yang tidak terkontrol dapat meningkatkan progresivitas berbagai komplikasi kronik seperti mikrovaskular maupun makrovaskular.
Menurut International Diabetes Federation, DM terbagi menjadi 4 jenis yaitu DM tipe I, DM tipe II, DM Gestational, dan DM tipe lain. Secara umum dan paling banyak dijumpai di dunia adalah DM tipe II. DM tipe II terjadi pada penderita yang sebenarnnya tidak mengalami kekurangan insulin melainkan insulin yang ada tidak dapat diserap dan digunakan oleh tubuh.
Gejala Diabetes Melitus
- Poliuria, kondisi dimana seseorang mudah merasa ingin buang air kecil.
- Glukosuria, kondisi dimana terdapat gula pada air kencing (terjadi karena melewati ambang batas ginjal dalam menyerap suatu zat).
- Polidipsia, kondisi dimana seseorang mudah merasa haus (akibat dari sering buang air kecil).
- Polifagi, kondisi dimana seseorang mudah lapar karena makanan yang dikonsumsi tidak diserap sepenuhnya oleh sel-sel jaringan tubuh sehingga akan kekurangan energi, mudah lelah, dan penurunan berat badan.
Komplikasi Diabetes Melitus
- Komplikasi mikrovaskular dapat terjadi pada penderita DM teruatam DM tipe I. Kondisi hiperglikemia yang persisten dan protein yang terglikasi dapat menyebabkan dinding pembuluh darah semakin lemah dan rapuh sehingga memicu penyumbatan pada pembuluh darah yang kecil. Penyumbatan inilah yang dapat meningkatkan risiko timbulnya komplikasi mikrovaskuler seperti retinopati, nefropati, dan neuropati.
- Komplikasi makrovaskuler berkaitan dengan pembuluh darah arteri yang lebih besar, sehingga menyebabkan aterosklerosis. Atherosklerosis menyebabkan terjadinya penyakit lain seperti jantung koroner, hipertensi, kolesterol tinggi, dan stroke. Komplikasi makrovaskular yang umum terjadi pada penderita DM adalah jantung koroner, pembuluh darah otak, dan pembuluh darah perifer. Komplikasi makrovaskular sering terjadi pada penderita DM tipe II dengan riwayat hipertensi, dislipidemia serta obesitas.
Terapi Diabetes Melitus
- Terapi nutrisi, dapat dilakukan dengan cara membatasi asupan kalori yang masuk ke dalam tubuh dan membatasi makanan yang berpotensi memicu kenaikan kadar glukosa darah. Tidak mengkonsumsi makanan/minuman dengan pemanis buatan maupun makanan/minuman yang terlalu manis, kemudian memperhatikan jumlah gizi pada makanan.
- Latihan jasmani, dapat dilakukan dengan berolahraga ringan seperti jalan kali waktu pagi/sore hari secara rutin.
- Terapi farmakologis, dapat dilakukan dengan mengkonsumsi obat maupun injeksi insulin. Obat oral yang dapat digunakan adalah golongan glipizid, gliburid, tolbutamid, dan klorpropamid sedangkan injuksi insulin dapat dilakukan dengan menyutikkan insulin pada tubuh secara langsung atas petunjuk dokter.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H