Mohon tunggu...
Shendy Adam
Shendy Adam Mohon Tunggu... Dosen - ASN Pemprov DKI Jakarta

seorang pelayan publik di ibu kota yang akan selalu Berpikir, Bersikap, Bersuara MERDEKA

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Kaesang dan Paradoks PSI

26 September 2023   14:39 Diperbarui: 28 September 2023   05:06 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebab dengan mekanisme rekrutmen politik, partai politik dapat menjaring kader-kader baru untuk membangun dan menjalankan partai politik. Selain itu, proses rekrutmen politik juga bertujuan untuk menjaring dan melatih calon-calon pemimpin yang akan ditawarkan kepada masyarakat.

Selektifnya proses rekrutmen akan berdampak terhadap kemajuan organisasi partai politik karena tersedianya para aktivis partai politik yang berkualitas. Tersedianya orang-orang yang mempunyai integritas dan kompetensi mumpuni dalam menggerakkan roda organisasi adalah suatu keniscayaan. 

Salah satu hal yang harus diperhatikan untuk menghasilkan kader partai politik seperti yang diharapkan tersebut adalah dengan mengembangkan sistem rekrutmen dan kaderisasi politik. (Labolo dan Ilham, 2015).

Menjadi paradoks bagi satu partai yang sering menggaungkan gagasan meritokratis, tetapi tidak menerapkan hal tersebut dalam urusan dapurnya sendiri. Ini bukannya kebijakan paradoksial pertama yang diambil PSI. Berulang kali partai ini bersikap inkonsisten dan menerapkan standar ganda.

Pada akhirnya, hasil pemilihan umum nanti yang membuktikan. Kalau PSI benar bisa mengambil hati anak muda, kans mereka untuk mendapatkan suara cukup besar terbuka. 

Dalam pemilu 2024 nanti, gabungan pemilih milenial dan gen z akan mencapai 113 juta orang dari total Daftar Pemilih Tetap sebanyak 204 juta orang. Apakah Bro Kaesang memiliki efek ekor jas (coat tail effect) juga untuk partainya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun