Sejarah peradaban manusia mencatat sejumlah pandemi yang merenggut jutaan korban. Tak terbayang kalau kita juga akan mengalaminya. Sampai hari ini (Rabu, 14 April 2021), sudah 2.972.039 jiwa di seluruh dunia melayang akibat Covid-19.
Saat pandemi awal menyebar, ketakutan dan ketidakpastian membayangi siapapun. Banyak negara menerapkan lockdown secara ketat. Membatasi mobilitas orang menjadi strategi jitu untuk mencegah penularan virus SARS-COV-2. Virus ini tidak bisa jalan, tapi orang yang membawanya berpindah dari satu tempat ke tempat lain hingga akhirnya terjadi penularan.
Kita di Indonesia, khususnya Jakarta, juga sempat mengalami Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tahun lalu. Semua aktivitas dibatasi. Tidak terkecuali ibadah. Ramadan tahun lalu menjadi pengalaman pertama yang sungguh tidak biasa.
Masjid dan musala ditutup, tidak boleh ada salat berjamaah. Jamaah yang biasanya memadati rumah ibadah untuk salat tarawih, terpaksa untuk tetap di rumah saja.
Tak terasa, sekarang sudah bertemu lagi dengan ramadan. Meski pandemi belum mereda, suasana ramadan kali ini tampaknya berbeda. Rumah ibadah tetap dibuka, sepanjang menerapkan protokol kesehatan yang dianjurkan.
Belajar dari pengalaman tahun lalu, ramadan kali ini seharusnya bisa kita jalani dengan lebih baik. Ada beberapa tips nih buat Kompasianer, supaya ramadan kedua di tengah pandemi ini lebih berkualitas:
Pertama, tetaplah berpuasa sepanjang dalam kondisi sehat. Waspada terhadap paparan Covid-19 tidak sepatutnya dijadikan alasan untuk meninggalkan kewajiban puasa ramadan. Ada satu hadits Nabi Muhammad SAW yang saya jadikan pegangan untuk urusan ini, bahkan dari sebelum pandemi. Dalam sabdanya, Rasulullah berkata, "berpuasalah maka kamu akan sehat."
Saya meyakini betul hadits tersebut. Bukan tanpa sebab, justru sudah membuktikan sendiri. Saya memiliki riwayat penyakit lambung yang menahun, tapi alhamdulillah selama menjalankan puasa ramadan kondisinya justru relatif terkontrol. Walaupun, kita juga harus bisa mengukur kekuatan diri sendiri dan tidak memaksakan.
Kedua, disiplin protokol kesehatan atau tetap di rumah saja. Dibanding tahun lalu, ramadan kali ini kita memang lebih leluasa beraktivitas di luar rumah. Mulai dari yang sifatnya ibadah di masjid, sampai yang lebih cenderung ke gaya hidup seperti buka puasa bersama di mal, kafe atau restoran. Ini berpotensi jadi titik lengah yang menurunkan kewaspadaan kita.
Protokol kesehatan bisa kita jalankan dengan penuh kedisiplinan, tapi bagaimana dengan orang lain yang bareng sama kita? Belum tentu. Oleh karena itu, sepanjang kita bisa pastikan bahwa protokol kesehatan dijalankan dengan ketat, alangkah lebih baik kita menjalankan salat tarawih di masjid. Tapi jika tidak, rasanya lebih bijak untuk tetap beribadah di rumah saja. Apalagi kalau cuma sekadar urusan buka puasa bersama. Jangan sampai gara-gara ini kita jadi terpapar Covid-19 dan lantas jadi tidak bisa berpuasa.
Hikmah lain yang bisa kita petik dari ramadan di masa pandemi ini adalah memiliki lebih banyak waktu di rumah. Ini merupakan suatu kemewahan yang jarang kita dapati dalam situasi normal. Oleh karena itu, maksimalkan waktu di rumah untuk hal yang positif. Kita juga bisa mempererat ikatan emosional keluarga.
Tips ketiga, perbanyak sedekah. Dengan tidak banyak aktivitas di luar rumah, seharusnya kita bisa jadi lebih hemat. Pos pengeluaran rutin seperti ongkos ke kantor jelas akan berkurang bagi yang pola kerjanya masih menerapkan work from home. Pun begitu bagi anak-anak sekolah yang tidak perlu ongkos dan jajan. Bajet bukber di luar juga jelas tidak akan ada. Nah, sadari bahwa ini mungkin saatnya kita untuk lebih banyak berbagi untuk sesama. Bahwa ada hak orang lain pada rezeki kita yang dititipkan Allah.