Mohon tunggu...
Shendy Adam
Shendy Adam Mohon Tunggu... Dosen - ASN Pemprov DKI Jakarta

seorang pelayan publik di ibu kota yang akan selalu Berpikir, Bersikap, Bersuara MERDEKA

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Tidak Semua "Batik" adalah Batik

2 Oktober 2020   20:08 Diperbarui: 2 Oktober 2020   20:29 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis menggunaan batik betawi (dokpri)

Saya sendiri pernah kecele. Beli "batik" di kota batik Pekalongan, ternyata yang didapat bukan batik melainkan tekstil bermotif batik. Bingung ya? Jadi baju yang saya beli itu ternyata adalah tekstil bermotif batik. Biasanya diproduksi dengan teknik printing secara massal.

Harga tekstil bermotif batik sudah barang tentu lebih murah. Karena diproduksi massal, skala ekonominya membuat bahan baku dan kebutuhan lain lebih efisien. Sialnya lagi, tekstil bermotif batik ini banyak yang bukan produksi dalam negeri alias impor dari Tiongkok (yang terkenal sangat jago dalam mengefisienkan produksi massal).

Walhasil, kendati dewasa ini kita lebih mudah menjumpai orang berbaju batik, sebetulnya itu belum tentu benar-benar batik. Saya sendiri sekarang lebih teliti sebelum membeli. Kalau membeli kemeja, biasanya saya balik dulu, dilihat bagian dalamnya. Terlihat beda antara hasil cetak mesin (printing) dengan batik cap atau tulis.

Semoga pemahaman yang sama juga dimiliki teman-teman. Jadi kita tidak sekadar melestarikan motif-motif dan corak batik, tapi ekosistem bisnis batik yang sebenarnya. Kasihan para perajin batik yang semakin kesulitan melawan serbuan tekstil dari Tiongkok.

Selamat Hari Batik Nasional, Kompasianer!


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun