Buku yang sedang saya tulis tentang kota-kota di Indonesia dan hubungannya dengan alam sebenarnya telah dmulai 7 tahun lalu, tapi sempat tertunda selama lebih dari dua tahun sejak 2016 ketika saya dan beberapa kawan terpanggil untuk masuk ke dalam politik praktis demi menghentikan penggusuran paksa dan reklamasi yang mencapai puncak brutalnya pada tahun 2016.
Demikian penjelasan lengkap dari yang bersangkutan, dijamin informasi ini bukan hoaks. Semoga menuntaskan rasa penasaran warganet sekalian.
Saya sendiri sekarang justru penasaran sama buku yang akan ditulis Marco. Semoga bisa lekas rampung dan diterbitkan.
Saya pertama kali kenal Marco Kusumawijaya lewat tulisan-tulisannya pada buku bunga rampai "Jakarta: Metropolis Tunggang-langgang", terbitan Gagas Media tahun 2004.
Beberapa tahun berselang kami sudah jadi teman di ruang virtual Facebook. Dari mulanya berinteraksi secara maya, dalam satu kesempatan akhirnya saya bisa bertemu langsung dengan beliau. Meski profilnya cukup mentereng -selain dikenal sebagai urbanis dan arsitek senior, Ia juga mantan Ketua Dewan Kesenian Jakarta--saya mendapati kesan beliau orang yang humble.
Bahkan saat saya berkesempatan menjalani Tugas Belajar dari Pemprov DKI Jakarta, saya sering sekali numpang belajar di perpustakaan sekaligus kantor Rujak Center for Urban Studies, lembaga kajian yang didirikan Marco bersama beberapa rekan. Tidak jarang juga kami berdiskusi di sana.
Keakraban saya dan Marco saat itu cukup unik, lantaran posisi Marco yang kerap berseberangan dengan bos saya di Pemprov DKI Jakarta, mantan gubernur Basuki Tjahaja Purnama.
Menyusul perseteruannya dengan Basuki, Marco sempat menyatakan akan maju bertarung di Pilkada 2017. Kabar ini sempat saya wartakan di sini. Seiring berjalannya waktu, rencana Marco ikut bersaing di pilkada tidak terwujud. Beliau akhirnya menjadi tim pakar salah satu kandidat, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.
Tidak mengejutkan kalau kemudian Marco bergabung dengan TGUPP. Namun, sejak beliau bergabung ke Balai Kota, saya justru sangat jarang bertemu dan diskusi. Kalau tidak salah ingat, hanya dua kali, itu pun satu di antaranya tidak sengaja karena kebetulan bertemu saat makan siang di kantin.
Kini, Marco sudah tidak lagi menjadi bagian dari Pemprov DKI Jakarta. Tapi, saya percaya beliau masih akan terus mendukung dan memberikan masukan berharga bagi Jakarta.Â