Jadi sebelumnya, di stasiun tersebut tangga jarang sekali digunakan untuk naik ke atas karena di sebelahnya persis ada eskalator.
Tapi situasinya berubah manakala tangga itu dimodifikasi sedemikian rupa sehingga setiap anak tangga diinjak akan keluar suara layaknya tuts piano. Setelah ada 'tangga piano' itu, sekitar 66% pengguna lebih memilih tangga alih-alih eskalator.
Balik lagi ke Jakarta. Penghilangan atap JPO di Sudirman ini tidak bisa kita lihat sebagai satu fenomena yang berdiri sendiri. Kita harus melihatnya sebagai rangkaian dari upaya Pemprov DKI Jakarta melakukan pengarusutamaan jalan kaki, yang sudah pasti satu paket dengan beralihnya warga ke transportasi publik.
Kebijakan ini sekalipun diprotes Koalisi Pejalan Kaki, namun di sisi lain justru berpotensi menambah pejalan kaki baru. Tawaran bisa berswafoto dengan pemandangan lansekap kota yang keren adalah pancingan saja.
Setelah mencoba JPO dan trotoar yang juga makin kece, diharapkan pedestrian newbie (baca: pejalan kaki baru) ini 'hijrah' selamanya. Meninggalkan kebiasaan bawa kendaraan pribadi, beralih ke transportasi publik.
Kongkretnya bagaimana?
Begini nih misalnya, daripada kamu berswafoto lebih baik minta tolong orang lain yang kebetulan juga sedang lewat. Hasil gambarnya pasti lebih oke. Risiko ponselmu jatuh juga lebih kecil. Dan yang terpenting, ini membuat sesama warga saling berinteraksi.
So, kapan mau coba menyeberang dan swafoto di JPO Sudirman? Sekalian ya cobain berbagai fasilitas lain buat kamu warga Jakarta. Semoga makin bahagia yaa..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H