Hitung mundur Asian Games 2018 semakin dekat. Empat bulan lagi Indonesia akan menjadi tuan rumah multievent olahraga terbesar di dunia setelah Olimpiade. Ini adalah kali kedua bagi Indonesia mendapat kehormatan tersebut, setelah sebelumnya pada 1962. Kesuksesan penyelenggaraan menjadi sesuatu yang tidak bisa ditawar, apalagi sulit rasanya kalau mematok target sukses prestasi.
Berbagai persiapan terus dikebut, khususnya yang terkait dengan infrastruktur. Pembangunan dan renovasi berbagai venue yang tersebar di Jakarta, Palembang dan sebagian Jawa Barat sudah mulai rampung.Â
Sarana transportasi penunjang seperti Light Rail Transit (LRT), baik di Jakarta dan Palembang masih on progress. Semoga tidak ada keterlambatan sehingga semua dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Dari hasil evaluasi Test Event beberapa bulan lalu, problem kemacetan Jakarta jadi ancaman paling serius. Sesuai standar Komite Olimpiade Asia (OCA), waktu tempuh atlet dari penginapan menuju venue adalah 30 menit.Â
Untuk cabang olahraga yang dipertandingkan di area Jakarta International EXPO (JIEXPO) Kemayoran atau Ancol mungkin tidak terlalu repot. Tidak demikian halnya bagi cabang olahraga yang mengambil tempat di Senayan. Rasanya sulit menempuh perjalanan Kemayoran menuju Senayan dalam tempo setengah jam.
INASGOC sebagai panitia lokal membutuhkan dukungan Pemprov DKI Jakarta untuk menyiapkan kebijakan apapun agar masalah ini bisa teratasi. Bagi Pemprov DKI Jakarta sendiri ini sebuah pertaruhan apakah mampu menjadi host city yang baik. Salah satu opsi kebijakan yang akan diambil adalah meliburkan siswa sekolah di Jakarta, khususnya untuk jenjang SMP, SMA dan SMK. Secara kumulatif, ada sembilan hari aktivitas belajar mengajar di sekolah yang ditiadakan sepanjang pelaksanaan Asian Games.
Meski begitu, bukan berarti siswa-siswa tersebut bebas begitu saja menikmati libur di rumah. "Mereka tidak ke sekolah, tapi ada tugas yang kita berikan," kata Kepala Dinas Pendidikan, Sopan Adrianto, seperti dilansir beritajakarta.id.
Sementara Wakil Gubernur, Sandiaga Uno, berharap para siswa bisa memeriahkan Asian Games misalnya dengan membuat karya tulis. Seru nih kalau para siswa tersebut menuliskan karyanya melalui Kompasiana.
Selain itu, ada kemungkinan para siswa sekolah -khususnya yang dekat dengan venue--bisa diarahkan untuk menjadi penonton. Ini penting terutama bagi cabang olahraga yang sepi peminat. Jangan sampai ada kesan Asian Games sepi senyap dalam siaran televisi yang di-relay ke negara-negara peserta.
Menjadi tuan rumah Asian Games memang kesempatan langka. Belum tentu akan datang lagi dalam waktu singkat. Oleh karena itu, semua pihak yang terlibat harus memastikan langkah-langkah terbaik telah ditempuh. Walau kesannya tidak signifikan, 'pengorbanan' anak sekolah menjadi penting bagi suksesnya Asian Games.Â
Lalu, bagi kita yang sudah bukan siswa lagi apa yang bisa dilakukan? Minimal tinggalkan sejenak kendaraan pribadi Anda di rumah selama Asian Games, agar tidak menambah beban kemacetan Jakarta.