Mohon tunggu...
Shendy Adam
Shendy Adam Mohon Tunggu... Dosen - ASN Pemprov DKI Jakarta

seorang pelayan publik di ibu kota yang akan selalu Berpikir, Bersikap, Bersuara MERDEKA

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Menyingkap Makna di Balik Bunga untuk Ahok

27 April 2017   10:18 Diperbarui: 28 April 2017   03:00 12661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rangkaian bunga terus berdatangan memadati kawasan Balai Kota. Kemarin sore saat pulang kantor deretan bunga sudah mengambil tempat di lajur sebelah selatan Jalan Merdeka Selatan. Pagi ini sisi sebelah utara tersebut juga sudah terisi banyak sekali karangan bunga. Isi pesannya beragam, banyak juga yang lucu-lucu membuat saya tersenyum sendiri membacanya. 

Sudah dari kemarin media sosial diramaikan soal ini. Kubu kontra Ahok nyinyir mengatakan bahwa ‘banjir’ bunga di Balai Kota itu settingan. Tentu saja tudingan ini ditampik oleh para pendukung pasangan petahana. Mereka yakin semua bunga yang dikirim itu merupakan bentuk dukungan moril kepada Basuki-Djarot. 

Seperti biasa, saya tidak mau terjebak dalam perdebatan nggak berguna itu. Kalaupun ada rangkaian bunga yang dipesan oleh satu atau beberapa orang yang sama, saya yakin itu tidak semua. Banyak juga dari ratusan bunga itu yang benar-benar dikirim oleh fans Pak Ahok dengan tulus. 

Bagaimanapun juga ada 2.351.245 warga Jakarta yang memilih pasangan Basuki-Djarot di pilkada putaran kedua kemarin. Kekalahan Ahok tentu menyesakkan bagi mereka. Wajar saja kalau masih ada yang belum bisa move on. Mengirimkan karangan bunga rasanya bukan bentuk ekspresi yang buruk. 

Ada makna mendalam dari karangan bunga yang bejibun di halaman kantor saya itu. Saya melihat Pak Ahok berhasil mendapatkan kepercayaan (trust) publik Ibu Kota terhadap pemerintahnya. Dulu, warga banyak yang apatis bahkan sinis terhadap Pemprov DKI Jakarta. 

Kepercayaan publik ini modal penting dalam konteks good governance, yang tidak lagi menempatkan pemerintah sebagai aktor tunggal. Saya berharap gubernur baru, yang baru akan bekerja mulai Oktober nanti, bisa memelihara trust warga Jakarta. Tantangannya tidak mudah karena kohesi sosial warga Jakarta kadung rusak pascapilkada. 

Padahal, Pak Ahok dan Pak Anies sudah memberikan teladan yang baik. Sebagai pemenang pilkada, Pak Anies sudah berjanji dia akan menjadi gubernur bagi seluruh warga Jakarta bukan untuk para pendukungnya saja. Sementara Pak Ahok juga berjiwa besar menerima kekalahan, berkomitmen menyelesaikan pekerjaan sembari mempersilakan Pak Anies menyiapkan transisi. 

“Terima kasih untuk semua bunga ucapan penyemangat yang dikirim ke Balai Kota. Membaca pesan-pesannya yang kreatif membuat saya optimis Jakarta akan semakin maju. Mari tatap masa depan dan doakan segala kebaikan untuk Jakarta dan Indonesia,” begitu tulis Pak Ahok di akun media sosialnya. 

So, ayo move on. Siapapun pilihan Anda di pilkada kemarin, tidak perlu diungkit lagi. Semua warga Jakarta harus mendukung dan memberi kepercayaan untuk gubernur terpilih melanjutkan estafet kepemimpinan. Langkah paling mudah yang bisa Anda lakukan adalah stop saling nyinyir.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun