Akan tetapi, setelah Basuki berkuasa, janji manis tersebut seolah terlupakan. Warga di Kampung Pulo, Pasar Ikan, Pluit, tergusur dari kampung kota yang selama ini mereka huni. Basuki mungkin akan mengklaim bahwa pemerintah daerah sudah menyediakan rumah susun sebagai gantinya. Tapi, apa jumlah unit rusun tersebut sebanding dengan keluarga yang digusur? Sebaiknya Anda cari sendiri ya datanya.
Bagi kelas menengah, pindah ke hunian vertikal (rusun, apartemen, atau apapun nama lainnya) mungkin tidak menjadi persoalan. Tapi bagaimana dengan kaum miskin kota yang mata pencahariannya adalah pedagang kaki lima, nelayan, buruh cuci baju, dan lain-lain. Mereka tercerabut dari rumah yang bukan sekadar tempat tinggal melainkan faktor produksi. Kekecewaan kaum miskin kota bisa menjadi batu sandungan untuk petahana.
Isu lain yang juga akan menjegal Basuki tentunya SARA. Mungkin Agus-Sylvi dan Anies-Sandi secara personal tidak akan menggunakan isu SARA sebagai senjata. Mereka adalah figur-figur cerdas dan berpendidikan. Akan tetapi, di akar rumput wacana mengenai sosok pemimpin non-muslim tetap menjadi isu sensitif. Ketika saat ini muncul figur alternatif seperti Anies dan Agus, apa iya counter wacana “lebih baik pemimpin non-muslim asalkan bersih” masih bisa digunakan?
Apabila dukungan dari pemilihnya di pilkada 2012 lalu tidak berkurang signifikan dikurangi pemilih yang membelot –baik karena alasan kecewa maupun agama—maka kans Basuki tetap besar. Oleh karena itu, tugas tim pemenangan Basuki-Djarot saat ini bukan hanya merancang bahan kampanye untuk pasangan ini tetapi sekaligus juga merancang strategi agar suara pemilih pendukung Basuki yang membelot terbelah ke dua pasangan kandidat lain. Apabila tidak berhasil meraih lebih dari 50% suara dan artinya harus ada putaran kedua, maka perjuangan Basuki akan lebih berat. Hal ini disebabkan suara dari penolak petahana akan utuh ke satu penantang tersisa.
-bersambung-
Wallahu ‘alam bishawab
Meruya Selatan, 24 September 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H