Mengatasi Tekanan
CIle sebetulnya dalam posisi yang lebih nyaman dibanding Argentina. Tekanan terhadap mereka tidak sebesar yang diberikan kepada Messi cs. Walaupun berstatus sebagai juara bertahan, mereka tetap berstatus underdog di turnamen kali ini. Sebaliknya, hasrat menggebu para pemain Argentina ditambah dengan ekspektasi publik, justru bisa menjadi bumerang bagi mereka sendiri.
Menjelang laga final, tak ada tekanan berlebihan yang dirasakan para pemain Chile. "Para pemain berlatih seperti biasa. Taktik kami juga tetap sama. Kami hanya perlu mengingat bahwa kami adalah tim yang bisa mengalahkan Argentina, karena kami adalah tim yang percaya diri, bukan hanya pada kemampuan individu tetapi juga secara kolektif," umbar gelandang Marcelo Diaz.
Sebaliknya, tekanan lebih besar dirasakan Argentina, terutama pada sosok Lionel Messi. Keberadaan Messi di tim Argentina diibaratkan berkah sekaligus musibah. Dengan skill mumpuni yang dimiliki, Messi menjadi tumpuan Albiceleste dalam membongkar pertahanan lawan. Namun, Messi juga terus dirongrong untuk bisa memberikan prestasi nyata bagi negaranya sebagaimana ia lakukan di Barcelona. Secara psikologis, Messi membawa beban yang berat ketika tampil di turnamen besar seperti ini. "Saya tidak tahu apakah ini akan jadi kesempatan terakhir bagi saya meraih gelar bersama Argentina. Tapi Anda tak boleh melewatkannya dan sebisa mungkin mendapatkan piala," ujar Messi.
Sepanjang sejarah, dari 88 kali pertemuan, Chile baru tujuh kali bisa mengatasi Argentina. Kemenangan Chile di final tahun lalu pun 'cuma' diraih melalui adu penalti. Meski secara teknis Chile kalah kelas dari lawannya, kekuatan mental akan sangat menentukan dalam pertandingan final. Siapa yang lebih kuat mengatasi tekanan mental, dia yang lebih berpeluang.
Kolektivitas
Cile berpeluang untuk mempertahankan supremasi mereka di Amerika Selatan. Secara teknis, mereka tidak jauh di bawah Argentina. Jika dilihat satu per satu pemain, Argentina jelas lebih unggul. Mereka punya pemain-pemain terbaik di setiap lini mulai dari Javier Mascherano, Ever Banega, dan Angel Di Maria. Bahkan, di posisi striker, Martino punya pilihan bejibun mulai dari Messi, Sergio Aguero, Gonzalo Higuain, Ezequiel Lavezzi, sampai Erik Lamela.
Timnas Cile sekarang berbeda dengan 15 tahun lalu yang cuma mengandalkan Ivan Zamorano dan Marcelo Salas. Sekarang para pemain Cile juga sudah semakin populer. Skuat Cile saat ini terdiri dari 13 pemain yang berkelana di kompetisi Eropa. Meski begitu, kekuatan Cile justru bukan terletak pada satu atau dua pemain, melainkan pada kolektivitas tim. Cile membuktikannya di semifinal, ketika mereka bisa mengalahkan Kolombia meski tidak diperkuat salah satu penggawanya, Vidal karena akumulasi kartu kuning. "Semua orang tahu Vidal adalah pemain hebat. Tapi kami memilikilineupyang baik dan banyak pemain yang siap untuk mengambil kesempatan, kata Charles Aranguiz mengomentari absennya Vidal di semifinal.
Kolektivitas ini yang berpotensi membuyarkan impian Argentina (lagi). Ulangan final tahun kemarin bisa saja terjadi. Meminjam lawakan jadul ala Srimulat, kemungkinan Chile mengulangi prestasi tahun lalu bukanlah 'hil yang mustahal'.
Saksikan partai puncak Copa America Centenario 2016, yang disiarkan langsung dari Stadion MetLife, New Jersey, Senin (27/6) pukul 06.30 WIB hanya di Kompas TV.
PERKIRAAN FORMASI