Internet dan kehidupan manusia adalah dua hal yang semakin tak bisa terpisahkan. School (2016) menyatakan bahwa dua tren yang sangat khas dari abad 21 adalah urbanisasi dan Internet of Things (IoT).
Seiring dengan tren global, penetrasi internet di Indonesia terus meningkat dan sudah menyentuh angka 34,9% dari jumlah populasi atau sebesar 88,1 juta (APJII, 2015). Dari tahun ke tahun penetrasi internet dan proporsinya terhadap jumlah penduduk terus meningkat (lihat gambar 1). Adapun pengguna telepon seluler di Indonesia mencapai 326,3 juta atau 126% dari total populasi (We Are Social, 2016).
Pelaku usaha SOHO juga tidak hanya terbatas pada yang menghasilkan produk berupa barang melainkan juga jasa. Industri kreatif yang semakin naik daun juga masuk dalam kategori usaha yang membutuhkan koneksi internet. Contoh paling keren adalah apa yang dilakukan pemuda-pemuda di Magelang yang biasa menjuarai dan mendapatkan pesanan desain dari berbagai negara. Tentu saja itu hanya bisa terjadi berkat jaringan internet yang memadai.
Masalahnya, koneksi internet di Indonesia belum bisa dibilang bagus, kalau tak ingin dibilang jelek. Keluhan sinyal lemah, lola alias ‘loading lama’, adalah hal lumrah yang biasa kita dengar dari para pengguna berbagai macam provider internet di Indonesia. Riset APJII (2014) menemukan dua faktor utama bagi pengguna dalam memilih provider internet di Indonesia adalah biaya akses (94,5%) dan kecepatan akses (91,8%). Faktor penting lain adalah jangkauan jaringan, koneksi tidak sering putus saat digunakan, bisa digunakan di mana-mana, dan lain-lain (lihat gambar 6).
Yan Arli, Manager Small & Medium Enterprise Oxygen.id menyampaikan ada beberapa sektor yang berpeluang memaksimalkan peluang dengan internet. "Advertising, business solution, messaging & communication, user generated content, online shop, education, dan small enterprise (UKM). Itu semua bisa memaksimalkan peluangnya dengan internet. Bisnis selalu berubah, bergerak sangat dinamis dan adaptif," ujar Yan kepada Kompasianer.
Lebih lanjut, Yan menjelaskan bagaimana perusahaan Internet Service Provider (ISP) membuka potensi bisnis, yang meliputi tiga aspek utama : feature, advantage dan benefit. ISP yang baik haruslah menjamin penggunanya mendapat pelayanan terbaik. "Benar nggak perusahaan ISP punya jaringan sendiri? Apakah menggunakan third party lagi? Kalau kita punya backbone sendiri. Ketika ada gangguan, nggak perlu nunggu third party untuk bisa segera mengatasi persoalan," ungkapnya.
Awalnya, saya mengira tagline "Internet Kantor speed up to 1 Gbps" hanya gimmick marketing saja. "Kami bisa menawarkan koneksi hingga 1Gbps karena menggunakan teknologi baru yaitu FTTH," Yan menjelaskan. Saat ini layanan Oxygen sudah hadir di Jakarta, Bogor, Bandung, dan bertahap akan ke Surabaya dan Medan.
"Moratelindo ditunjuk sebagai pengelola jaringan kabel Palapa Ring Barat, dari Batam, Natuna, ke Singkawang dan Pontianak. Saat ini sedang berlangsung tender untuk jaringan fiber optic wilayah Indonesia Timur. Kami berharap juga dapat berkontribusi dalam pengembangan jaringan, tidak hanya di barat tapi juga di timur, agar Oxygen yang kita rasakan di Jakarta, Bogor dan Bandung bisa dirasakan daerah lain," kata Rizky Taufiqurrahman, General Manager Corporate Sales Moratelindo.
Setelah mendengarkan pemaparan narasumber dari Oxygen.id, saya jadi penasaran sebetulnya berapa sih kecepatan rata-rata internet di Indonesia. Hasil penelusuran saya di sini, mendapati bahwa berdasarkan data yang dirilis Akamai, kecepatan koneksi internet di Indonesia adalah 3,9 Mbps pada kuartal terakhir 2015.
Dalam berita tersebut, Kompas.com memilih angle pada sisi peningkatan kecepatan koneksi. Jika dikomparasikan dengan kecepatan rata-rata pada tahun sebelumnya memang tercatat angka yang fantastis, yaitu 109%. Media lain ada juga yang memilih angle dari segi kecepatan maksimal yang mencapai 79,8 Mbps, sehingga mengantarkan Indonesia berada di posisi keenam untuk kawasan Asia Pasifik.
Padahal, kecepatan 3,9 Mbps itu sendiri masih di bawah rerata global yang berada di angka 5,6 Mbps. Di kawasan Asia Tenggara saja kecepatan koneksi rata-rata internet di Indonesia masih kalah dari Singapura (13,9 Mbps), Thailand (9,3 Mbps) dan Malaysia (5,2 Mbps). Bahkan, kecepatan rata-rata di sini juga lebih rendah dibandingkan Sri Lanka. Sedangkan di level global, Indonesia berada di ranking 88 (selengkapnya lihat gambar 7).
Dengan speed up to 1Gbps yang ditawarkan, Oxygen.id jauh meninggalkan kecepatan rata-rata seperti disebutkan Akamai. Bahkan, paket paling dasar yang ditawarkan Oxygen.id masih lebih cepat dari rata-rata tersebut, yaitu 25Mbps. Ingin maksimalkan peluang bisnis? Segera gunakan Oxygen.id untuk bisnis Anda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H