Aplikasi Qlue sedang ramai dibicarakan. Penolakan dari RT/RW untuk menggunakan Qlue sebagai dasar penghitungan uang operasional mereka yang menjadi pemicunya. Kalau sejumlah ketua RT/RW berani terang-terangan menolak, bagaimana dengan pegawai di Pemprov DKI Jakarta sendiri? Dari sekian banyak birokrat Pemprov DKI Jakarta, pasti ada saja yang tidak sejalan pemikirannya dengan kebijakan gubernur. Tapi, tidak sedikit juga yang justru sangat antusias menggunakan aplikasi berbasis media sosial ini. Dalam kesempatan kali ini, saya ingin mengajak kompasianer berkenalan dengan salah satu lurah yang terbilang sangat eksis di Qlue. Dia adalah Gita Puspitasari, S.STP., M.Si., Lurah Pulo, Kecamatan Kebayoran Baru, Kota Administrasi Jakarta Selatan.
Sejak sekitar tiga bulan terakhir, saya memang menaruh perhatian lebih pada Qlue, yang saya pilih sebagai topik penelitian untuk tugas akhir saya di Program Pascasarjana Kajian Pengembangan Perkotaan Universitas Indonesia. Sepanjang periode tersebut, saya cukup sering melakukan "observasi virtual" alias mantengin aplikasi Qlue. Saya mengamati laporan-laporan warga, interaksi di antara sesama user, dan bagaimana respons dari pegawai Pemprov DKI Jakarta. Dari pengamatan tersebut, saya bisa menyatakan bahwa Bu Gita, adalah salah satu lurah yang aktif menanggapi berbagai pengaduan warganya. Hal tersebut terkonfirmasi dengan posisi rangking Kelurahan Pulo yang tidak pernah keluar dari urutan tiga teratas, bahkan cukup sering bertengger sebagai "pimpinan klasemen" di Qlue.
Bu Gita menceritakan pengalamannya tentang satu laporan yang ia sudah tindak lanjuti, namun kemudian dikomentari bahwa TL (tindak lanjutnya) abal-abal. Walaupun kesal, ia cukup bijak karena memahami itu bagian dari risiko pekerjaan. Lagi pula, mantan Wakil Lurah Tegal Parang ini memang sudah biasa dengan atmosfer di dunia maya. Selain di Qlue, Bu Gita juga aktif di Twitter. "Ya begitulah di media sosial. Kan ada yang bilang, 'haters gonna hate, lovers gonna love'. Jadi kalau ada orang udah negatif ke saya, ya biasanya nggak cuma ke saya, semua pasti di-komenin negatif, karena memang sukanya begitu. Ya saya sih cool aja," lanjut jebolan sekolah tinggi kedinasan bidang pemerintahan di Jatinangor itu.Â
Aktifnya Ibu Lurah di Qlue membuat anak buahnya tidak ketinggalan untuk eksis. Selain rajin memonitor laporan di Qlue, Bu Gita tetap melakukan pemantauan langsung ke lapangan setiap hari. Kelurahan Pulo sungguh beruntung dipimpin oleh seorang lurah yang tidak hanya "melek" IT, tetapi juga responsif dan punya pemahaman baik mengenai peran dan tanggung jawabnya sebagai estate manager sebagaimana diharapkan oleh Gubernur Basuki.
Joglo, 3 Juni 2016
NB :Â
- Tulisan ini juga dimuat di blog pribadi penulis.
- Opini pribadi saya mengenai polemik aplikasi Qlue bisa dibaca di sini.