Mohon tunggu...
Shendy Adam
Shendy Adam Mohon Tunggu... Dosen - ASN Pemprov DKI Jakarta

seorang pelayan publik di ibu kota yang akan selalu Berpikir, Bersikap, Bersuara MERDEKA

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Malakama untuk Ahok

29 Februari 2016   10:23 Diperbarui: 29 Februari 2016   10:37 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa hari terakhir gubernur Basuki Tjahaja Purnama sedang galau. Dia dihadapkan pada pilihan sulit. Apakah memilih maju pilkada melalui jalur independen, seperti yang selama ini didengungkan, atau justru melalui partai politik?

[caption caption="Infografis jumlah partai pro dan kontra terhadap Ahok"][/caption]

Ahok sudah sejak lama sadar dirinya tidak akan mudah mendapatkan 'tiket' dari partai politik. Rekam jejaknya bersama parpol memang kurang baik. Ia sempat dicap 'kutu loncat' saat menyeberang dari Partai Golkar ke Partai Gerindra demi mendapat kursi wakil gubernur di pilkada 2017. Situasi memburuk saat eks Bupati Belitung Timur itu mundur dari Partai Gerindra, menyusul perbedaan sikap soal pilkada ketika RUU Pilkada dibahas. Ahok yang mendukung pilkada langsung dipertahankan, berseberangan dengan pandangan Gerindra yang ingin agar pimpinan eksekutif dipilih oleh legislatif (baca: DPRD).

Maka, terhitung sejak September 2014 Ahok menjadi 'orang bebas' alias tidak terikat partai politik manapun. Pada saat yang sama, posisi Ahok untuk pilkada 2017 mulai dispekulasikan. Kalau bukan Gerindra, siapa yang mau mencalonkan dia? Sementara tidak sedikit warga Jakarta yang kadung simpati dengan suami dari Veronica Tan ini. Kemudian muncullah gerakan Teman Ahok, relawan yang berusaha mengumpulkan KTP agar idolanya itu bisa melaju di pilkada 2017 melalui jalur independen. Ahok sendiri menyiratkan akan maju tanpa melalui partai politik.

Perjuangan Teman Ahok pantas diacungi jempol. Sampai tulisan ini dibuat, di situs resmi mereka tercatat sudah terkumpul 745.716 KTP. Sebetulnya angka itu sudah cukup buat syarat pendaftaran ke KPUD DKI Jakarta. Hanya saja, mereka memasang target 1 juta KTP agar benar-benar aman manakala ada duplikasi KTP. Di saat Teman Ahok masih terus bergerilya, tetiba Partai Nasdem menyatakan dukungan kepada Ahok pertengahan bulan ini. Konon, mereka memberikan dukungan tanpa syarat. Artinya, Partai Nasdem tetap akan mendukung Ahok sekalipun Sang Petahana tetap memilih jalur independen. Dalam tulisan sebelumnya, saya sudah memprediksi bahwa bukan tidak mungkin langkah Nasdem akan diikuti partai-partai lain.

Perkiraan ini bukan isapan jempol belaka. Satu per satu partai mulai 'pedekate' ke Ahok. Partai Demokrat sudah menunjukkan isyarat tersebut. PAN juga mau dukung Ahok asalkan mereka dapat kursi wagub. Partai Hanura masih bimbang antara mendukung Ahok atau memajukan partai lain. Bahkan Golkar saja membuka kemungkinan untuk ikutan di belakang Ahok.

Bagaimana dengan PDIP? Sejauh ini memang belum ada keputusan resmi. Meski demikian, kans Basuki untuk didukung 'Si Moncong Putih' masih terbuka lebar. Apalagi Ahok sendiri sedikit 'menggoda' dengan mengatakan tetap ingin berduet bersama Djarot Saiful Hidayat yang merupakan kader PDIP.

Walaupun banyak partai yang akan mendukung Ahok, dan jelas sudah memenuhi syarat jumlah kursi di DPRD untuk mengajukan calon, persoalannya tidak sesederhana itu. Tidak mudah baginya untuk mengabaikan kerja keras Teman Ahok, yang katanya berbasis kesukarelawanan tanpa dukungan finansial dari manapun.

Teman Ahok memang tidak punya bargaining position untuk meminta Ahok tetap maju tanpa partai. Mereka hanya berharap Ahok maupun partai politik mampu meyakinkan bahwa amanat para pemberi KTP tidak dikhianati. "Kami sih nothing to loose ya. Kalau memang PDIP maupun partai lain ingin mengusung Ahok ya silakan yakinkan 730 ribu lebih orang yang sudah mengumpulkan KTP, kenapa maju melalui jalur partai lebih baik bagi Ahok dan bagi kami”  kata Amalia Ayuningtyas, juru bicara Teman Ahok di laman mereka.

Tetapi, mengabaikan dukungan parpol dan memilih jalur independen juga bisa mendatangkan kerugian bagi Ahok. Dengan membuat koalisi gemuk (jika akhirnya banyak parpol yang merapat), Ahok akan mengeliminir jumlah penantangnya nanti di pilkada. Dengan asumsi saat ini ada dukungan dari Partai Nasdem, Hanura, PAN, Golkar, Demokrat dan PDIP, maka sudah 64 kursi di DPRD yang dikuasai Ahok. Dengan hanya sisa 42 kursi, maka partai lain hanya bisa mencalonkan satu pasang calon lagi karena syarat minimalnya adalah 22 kursi (20% dari 106).

Jadi, pilihan untuk konsisten maju dari jalur independen didukung parpol memang sulit bagi Ahok. Ini ibarat Si Malakama yang harus dihadapi Ahok, dimakan bapak mati, tidak dimakan ibu mati.

 

 

Petamburan, 29 Februari 2016

Shendy Adam (adamugm@gmail.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun