Oleh karena itu, saya benar-benar tidak habis pikir kalau kemampuan fisik lebih dikedepankan dibanding kompetensi oleh panitia seleksi. Saya paham kalau lurah memang harus mampu bekerja di luar waktu normal, rajin blusukan ke wilayah, dan tugas-tugas lain yang hanya bisa dijalankan dengan kondisi jasmani prima. Tetapi, apa iya harus melalui tes kesamaptaan? Apa tidak cukup dengan tes kesehatan (medical check up)?
Ingat, lurah sekarang bukan lagi kepala wilayah yang harus ‘mengamankan’ kepentingan pemerintah pusat sehingga posisinya penting dalam komando teritorial. Tuntutan untuk lurah zaman sekarang adalah yang mampu melayani warga sebaik mungkin, responsif, cerdas mencari solusi, dan bukan lurah yang sekadar gagah, berwibawa dan disegani (baca: ditakuti).
Saya menyangsikan proses seleksi yang sedang berlangsung bisa menjaring calon lurah potensial sebagai estate manager seperti diharapkan Pak Ahok. Kecuali kalau memang Pak Ahok sedang mencari lurah yang sekaligus siap menjadi algojo.
---
Salemba
20.11.2015
Ilustrasi : shutterstock
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H