Mohon tunggu...
Shendy Adam
Shendy Adam Mohon Tunggu... Dosen - ASN Pemprov DKI Jakarta

seorang pelayan publik di ibu kota yang akan selalu Berpikir, Bersikap, Bersuara MERDEKA

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Menggagas Pekalongan sebagai Kota Cerdas

4 Mei 2015   11:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:24 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

14307130961403152802
14307130961403152802


3.Batik Masuk Kurikulum

Untuk mengilmiahkan batik supaya berkembang secara profesional bukan hanya secara turun temurun, maka dibukalah program studi Ilmu Batik (di sejumlah universitas dan politeknik), SMK Batik, dan menempatkan batik sebagai muatan lokal pendidikan mulai dari SD sampai SMA.

4.Penyelenggaraan Pekan Batik Internasional dan Pekan Batik Nusantara

Untuk membumikan batik di seantero nusantara dan dunia, Pemkot Pekalongan bekerjasama dengan Asosiasi Pengusaha Batik menyelenggarakan agenda tahunan yaitu Pekan Batik Nasional di tahun genap dan Pekan Batik Internasional di tahun ganjil. Event ini diselenggarakan untuk mengapresiasi batik sebagai produk budaya yang adiluhung yang perlu dilestarikan sepanjang masa.

Kesehatan Menjadi Prioritas

Sebagai seorang dokter, Basyir Ahmad paham betul soal isu kesehatan. Saat baru dilantik menjadi Wali Kota ia merasa miris karena kotanya tidak memiliki Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) sendiri. Ia pun bergegas membangun RSUD Bendan yang akhirnya diresmikan pada 2009. Dari awalnya berstatus RSUD tipe D, kini sedang dalam tahap menuju tipe B dengan berbagai fasilitas unggulan.

Kalau hanya mengandalkan satu RSUD, bisa dipastikan pelayanan kesehatan tidak sebanding dengan jumlah warga. Oleh karena itu, dilakukan pula revitalisasi Puskesmas. Seluruh Puskesmas da di Pekalongan merupakan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), yang berada di bawah satu holding. Dengan begitu, Puskesmas bisa mandiri alias self sustain dalam hal pembiayaan.

Tidak ada cerita Puskesmas di awal tahun kehabisan obat karena anggaran belum cair. Bahkan, tenaga kesehatan non-PNS jumlahnya lebih banyak daripada petugas PNS. Tentu saja gaji mereka tidak dibiayai dari APBD. Pengelolaan yang akuntabel membuat sektor kesehatan menjadi potensi dalam keuangan daerah. Percaya tidak percaya, kontribusi RSUD Bendan dan BLUD Puskesmas saat ini paling besar dibanding potensi dari sektor lain.

Satu hal lagi yang membuat kita pantas ‘angkat topi’ untuk Wali Kota adalah keputusannya melarang reklame rokok di Pekalongan. Jangan harap ada satu pun iklan rokok terpampang di billboard di sana. “Saya hanya ingin melindungi generasi muda. Kemarin petinggi PT. ******** (sensor) sempat telepon saya protes, dalam hati saya bilang emang gue pikirin,” ucap dr. Basyir serius.

Memberdayakan Masyarakat Bukan Memperdaya

Sumber daya manusia sesungguhnya adalah aset terbesar yang dimiliki sebuah kota. Aspek ini sering dilupakan karena terbuai dengan kekayaan fisik (alam) maupun teknologi. Oleh karena itu, kota cerdas adalah kota yang memberi tempat layak bagi partisipasi publik untuk bersama-sama mewujudkan kualitas hidup yang lebih baik.

Kota Pekalongan sangat memahami hal tersebut. Salah satu program unggulan mereka adalah Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK). Bentuk kegiatannya adalah dengan memberikan hibah kepada masyarakat. Uangnya digunakan untuk merevitalisasi kawasan permukiman sesuai kebutuhan warga setempat.

“Kalau uang Rp.100 juta kami kasih ke masyarakat, di lapangan bisa jadi Rp.120 juta karena uang tersebut menjadi stimulan bagi warga untuk terlibat aktif. Sedangkan kalau anggaran itu kami serahkan kepada pihak ketiga (baca: kontraktor swasta) untuk mengerjakannya, paling-paling hanya Rp. 60 juta yang digunakan untuk kegiatan tersebut,” ungkap Pak Wali Kota.

1430713359905025570
1430713359905025570

Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan, lokasi-lokasi PLPBK memang relatif tertata baik. “Karena memang mereka sendiri yang paling tahu apa kebutuhannya,” dr. Basyir menambahkan. Masyarakat juga relatif memiliki perasaan memiliki (sense of belonging) yang lebih tinggi terhadap lingkungan, sehingga dengan sukarela merawatnya.

Salah satu contoh sukses pembangunan kawasan berbasis masyarakat adalah Binatur River Walk. Area sempadan sungai yang sebelumnya kumuh ‘disulap’ menjadi bersih dan indah. Kesadaran masyarakat terbangun karena kini kali tersebut bukan lagi halaman belakang mereka tetapi menjadi beranda depan.

Pemikiran yang nyaris sama juga diterapkan dalam hal penanggulangan kemiskinan. “Yang bisa menyelesaikan masalah kemiskinan ya orang miskin itu sendiri dibantu oleh warga di lingkungannya,” sebut Wali Kota keturunan Arab ini. Landasan hukum pun disiapkan melalui Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008 tentang Percepatan Pembangunan Keluarga Sejahtera Berbasis Masyarakat. Intinya, program ini difokuskan pada lima sasaran yaitu pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, infrastruktur lingkungan dan kapasitas kelembagaan masyarakat.

Poin penting dari berbagai kebijakan terkait pemberdayaan ada dua. Pertama, pengembangan kapasitas masyarakat (to give people ability). Kedua, pendelegasian kewenangan kepada masyarakat (to give people authority). Dengan dua prinsip dasar itu, pemberdayaan masyarakat benar-benar membuat masyarakat menjadi berdaya bukan justru memperdayakan.

[caption id="attachment_381728" align="aligncenter" width="560" caption="sumber : Bappeda Kota Pekalongan"]

143071344874233722
143071344874233722
[/caption]

Demikianlah sejumlah aspek yang layak dikedepankan manakala kita berbicara tentang  Pekalongan sebagai salah satu kandidat kota cerdas. Mengacu pada parameter yang dibuat Kompas, ITB dan PGN, level kematangan kota cerdas dibagi ke dalam lima tingkatan. Pertama, Ad Hoc, yaitu jika belum ada inisiatif kota untuk berkembang lebih baik. Kedua, initiative, yaitu kota mulai memiliki inisiasi melalui inovasi smart city meskipun parsial. Ketiga, Scattered, di mana kota mulai intensif menerapkan smart city. Keempat, integrative, pada saat komponen smart city mulai terintegrasi. Dan kelima, Smart, terintegrasi secara ekosistem dan ubiquitous.

Pengukuran yang valid dibutuhkan untuk dapat menetapkan ada di level mana Kota Pekalongan. Dan tugas tersebut akan dilakukan oleh tim IKCI 2015. Tulisan ini --sebagaimana judulnya-- dimaksudkan untuk memberi gambaran bagaimana Pekalongan sedang bertranformasi menuju kota cerdas. Apresiasi layak diberikan kepada dr. H. Basyir Ahmad, Wali Kota Pekalongan yang selama dua periode kepemimpinannya (2005-2015) mampu menggagas sejumlah inovasi. Langkah awal yang ia lakukan akan menjadi pondasi cukup penting bagi penerusnya kelak untuk melanjutkan pembangunan kota Pekalongan.

Referensi :

Foto dan grafis dari buku " Best Practice Kota Pekalongan Inspirasi Kemajuan Pembangunan Indonesia", cetakan tahun 2014

Wawancara langsung dilakukan dengan Wali Kota Pekalongan, dr. H. Basyir Ahmad pada hari Senin (13/4) dan Selasa (13/4) di ruang kerja beliau.

14307147941729951778
14307147941729951778

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun