Mohon tunggu...
Shendy Adam
Shendy Adam Mohon Tunggu... Dosen - ASN Pemprov DKI Jakarta

seorang pelayan publik di ibu kota yang akan selalu Berpikir, Bersikap, Bersuara MERDEKA

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Prediksi Pilkada Jabar: Dua Putaran, Aher dan Oneng Bersaing Ketat

11 November 2012   01:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:38 6156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hingga batas waktu berakhir, Sabtu (10/11/12) malam, total ada lima pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat yang sudah mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum. Lima pasangan itu masing-masing Dikdik Mulyana Arief Mansur-Cecep Nana Suryana Toyib (independen), Rieke Diah Pitaloka-Teten Masduki (PDIP), Dede Yusuf-Lex Laksamana (Demokrat, PAN, PKB, Gerindra), Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar (PKS, PPP, Hanura, PBB), dan Irianto MS Syafiuddin-Tatang Farhanul Hakim (Golkar).

Mungkin terlalu dini untuk memprediksi siapa dari lima pasangan itu yang akan memimpin Jawa Barat lima tahun ke depan. Meski demikian, tetap menarik untuk menganalisis apakah pilkada Jawa Barat akan berlangsung satu putaran atau dua putaran. Kalaupun dua putaran, siapakah dua kandidat terkuat untuk bersaing?

Momentum pilkada Jabar yang tidak lama berselang setalah pilkada DKI Jakarta membuat banyak pihak yang coba mengaitkan dua peristiwa politik lokal ini. Kita memang bisa menarik pelajaran dari pilkada Jakarta. Namun, terlalu gegabah jika kemudian lantas coba menyamakan apa yang terjadi di ibukota dengan di Tatar Parahyangan.

Kondisi demografis, sosiologis serta psikologis masyarakat Jawa Barat jelas berbeda dengan Jakarta. Satu-satunya kesamaan adalah majunya gubernur petahana, Fauzi Bowo di Jakarta dan Ahmad Heryawan di Jawa Barat. Pilkada Jabar lebih seru lagi karena wakil gubernur petahana Dede Yusuf turut menjajal peruntungan dengan mencalonkan diri sebagai cagub.

Pelajaran penting yang kita dapat di Jakarta adalah Prediksi Pilkada Jabar

Bagaimana dengan di Jawa Barat? Kinerja duet Ahmad Heryawan-Dede Yusuf lima tahun ke belakang tidak bisa dibilang buruk. Boleh dikatakan masyarakat cukup puas dengan pencapaian selama ini. Ahmad Heryawan jelas diuntungkan dengan modal ini. Sementara Dede Yusuf mungkin tidak bisa terlalu memanfaatkan isu ini lantaran posisinya sekarang hanyalah orang nomor dua. Keputusan Dede ‘loncat pagar’ dari PAN ke Partai Demokrat justru bisa menurunkan popularitasnya.

[caption id="attachment_222536" align="aligncenter" width="620" caption="Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan/Admin (KOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO)"][/caption]

Keputusan Aher yang menggaet Dedy Mizwar juga layak diapresiasi. Aher tidak sekadar memilih figur seorang aktor untuk mendongkrak popularitas, namun juga telah menemukan pasangan yang memiliki reputasi integritas cukup baik. Sementara itu, Lex Laksamana sebagai pasangan Dede Yusuf mungkin tidak terlalu dikenal walaupun sebagai birokrat ia sudah mencapai puncak karir.

So, dari dua incumbent yang maju, sepertinya peluang Aher lebih besar dari Dede, setidaknya jika pilkada berlangsung dua putaran maka satu tempat sudah aman untuk mereka. Lalu bagaimana dengan penantang lain? Akankah “Jokowi Effect” menular ke Jabar?

Keputusan PDIP untuk mengusung Rieke Dyah Pitaloka dan Teten Masduki menunjukkan bahwa mereka mencoba menawarkan figur alternatif, selayaknya yang mereka lakukan di Jakarta. Bahkan, dengan gamblang strategi di Jakarta dicontek tatkala ‘Oneng’ dan Teten mengenakan baju kotak-kotak saat deklarasi.

[caption id="attachment_222537" align="aligncenter" width="620" caption="Rieke Diah Pitaloka - Teten Masduki saat mendaftar di kantor Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Barat, Sabtu (10/11/2012)./Admin (Kompas/Didit Putra Erlangga)"]

1352608613194263831
1352608613194263831
[/caption]

Padahal, kemenangan Jokowi di Jakarta bukan semata lantaran strategi baju kotak-kotak. Pasangan ini harus kerja lebih keras dan lebih cerdas jika ingin memenangkan pilkada Jabar. Berbeda dengan di Jakarta, publik Jabar relatif lebih puas dengan incumbent. Jumlah kelas menengah di provinsi ini pun tidak terlalu signifikan, jika sosok Teten yang ingin dikedepankan.

Sementara itu, Partai Golkar sepertinya memang tidak belajar dari kegagalan. Atau mungkin kepercayaan diri yang begitu besar yang dimiliki sosok Ketua Umum mereka menular kepada seluruh kader di daerah. Partai Golkar dengan pede mencalonkan Irianto MS Syafiuddin alias Kang Yance meski tidak mendapat dukungan partai besar lainnya.

Duet Kang Yance dan Kang Tatang diharapkan tidak sejeblok pencapaian Alex Noerdin-Nono Sampono di Jakarta. Bagi masyarakat pesisir pantai utara, Kang Yance memang sudah cukup populer. Akan tetapi lawan-lawan mereka jelas unggul dari sisi popularitas. Tanpa mengurangi rasa hormat, pasangan ini sepertinya memiliki peluang lebih kecil dibanding tiga pasangan yang diusung koalisi partai lainnya. Sedangkan duet dari calon independen, Dikdik Mulyana Arief Mansur-Cecep Nana Suryana Toyib tidak dapat berharap terlalu banyak.

Dengan berbagai pertimbangan di atas, menurut hemat saya pilkada Jawa Barat akan berlangsung dua putaran. Dua pasang kandidat yang maju adalah Aher-Dedy dan Rieke-Teten. Bagaimana dengan prediksi Anda? Siapa yang Anda jagokan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun