"Ya, tinggal dibawa ke IGD," balas Fardan tanpa ada rasa takut dipukul oleh Meza lagi.
Benar, Meza memukul lengan cowok itu lagi. Kali ini jauh lebih keras sampai membuat Fardan mengerang kesakitan.
Hujan tak kunjung juga reda. Hawa semakin dingin menjelang pergantian waktu.
Kedua remaja itu masih setia menunggu di depan toko roti. Mereka duduk di salah satu bangku yang tersedia di samping toko tersebut.
"Za?"
Meza tak menjawab, ia hanya menaikkan sebelah alisnya sebagai isyarat kalau ia berkata "apa".
"Kamu pernah denger gak? Kalo di sekitar sini tuh ada cerita kalo hujan gak berhenti-henti menjelang pergantian waktu itu tandanya ada sesuatu." Fardan bercerita dengan ekspresi yang datar.
"Pergantian waktu? Ada sesuatu? Maksudnya?"
"Pergantian waktu tuh maksudnya perubahan waktu sore menjadi malam."
"Terus? Ada sesuatunya itu apa?"
"Kamu gak pernah denger? Bener mau denger?" Meza menggelengkan kepalanya lalu beralih menganggukkan kepalanya.