Mohon tunggu...
Kak Shen
Kak Shen Mohon Tunggu... Konsultan - Pendiri dan Konselor Rumah Konseling Remaja Datatuwu Kota Gunungsitoli

Saya adalah seorang aktivis sosial yang bergerak secara mandiri untuk menolong anak-anak remaja (generasi muda) secara khusus di kepulauan Nias. Untuk memutuskan hal ini saya benar2 mendoakannya selama 10 tahun sampai akhirnya saya meyakini untuk pulang kampung kembali ke Nias (Des 2015) setelah sebelumnya saya lebih banyak berkarya di kota Pekanbaru dengan aktivitas yang sama yakni melayani remaja. Tahun 2016 saya mulai merintis rumah konseling remaja yang sudah banyak bekerjasama dengan berbagai dinas dan organisasi anak yang berhubungan dengan pendampingan anak. Berbagai kasus remaja bahkan wanita sudah saya tangani dengan tetap berkoordinasi dengan berbagai pihak yang berkomepten di dalamnya. Saya sendiri memiliki background studi S2 Konseling dan saat ini sedang menempuh studi Magister Profesi Psikologi Kekhususan Pendidikan USU. Visi terjauh saya adalah bagaimana Nias boleh maju dengan mempersiapkan anak muda (Ono Niha/Ono Sibohouebua) sehubungan dengan Bonus Demografi yang sedang terjadi di Indonesia. Saya tidak menyadari sebelumnya tapi luar biasa sepertinya semua sudah diatur oleh Sang Pencipta. Profil, aktivitas & tulisan saya boleh dilihat juga di https://goodkind.id/profil/Shen. Semoga tulisan saya juga bisa memberi warna bagi generasi muda Indonesia terutama bagi daerah2 terpencil seperti kepulauan Nias.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pejabat Halal

19 Juli 2023   15:00 Diperbarui: 10 Agustus 2024   10:17 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Refleksi Fight Like Ahok oleh : Senikariawati Laiya, S.Psi., M.A.

 

Pejabat Halal

 

Pertama kali saya mengenal nama Pak Ahok itu ketika namanya tiba-tiba viral karena akan bersanding dengan seorang figur bernama Pak Jokowi sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta. Naluri keingintahuan saya otomatis tumbuh dengan liar dalam benak. Siapa pria Tiong Hoa yang telah begitu berani dan berhasil merebut hati masyarakat sampai ke Senayan ini? Jujur… Pikiran suudzon auto nongol diam-diam dalam pikiran, “Yah, wajarlah orang Cina, duitnya kan tumpah-tumpah. Wajar kalau menang” sambil nyengir di otak.. Tapi pikiran itu terpatahkan dengan logika yang ngga mau kalah ikut menimpali, “Kalau aku jadi Ahok, ngapain habisin hidup untuk hal-hal yang ujung-ujungnya hanya seperti “jual-beli-jual” maksudnya lu jual suara, trus gua beli dan gua jual lagi deh dengan harga yang fantastis udah kayak judi aja. Resikonya kalau ngga hati-hati dan penuh siasat maksiat, pasti berakhir di bui. Ngapain hidup kayak gitu? Belum lagi mati di hantuin perasaan bersalah dan nasib keluarga jadi kocar-kacir (bercermin dari banyak kasus pejabat haram). Mending jadi pengusaha kayak Pak Jusuf Hamka. Kerja kerasnya sama tapi untungnya berkali-kali lipat dan ngga harus berhadapan dengan orang-orang kecil seperti Pak Ahok.”

Meskipun kedua ide hitam putih ini berperang dalam sanubari, tetap saja saya penasaran untuk cari tahu profilnya Pak Ahok ini. Yang bikin unik adalah metode kampanye dengan baju kotak-kotak yang bikin setiap orang auto merasa bangga sendiri karena bisa memakai baju dengan corak minimal mirip dengan aslinya. Aikonik sekali bukan…?!? Tapi karena saya hanya warga pulau yang masih berpikir sempit, pencarian itu berhenti dengan sendirinya. Alasannya so so simpel, “Itukan di Jakarta, manalah ada dampaknya ke kami di pulau-pulau kecil ini.” Sehingga saya pun memutuskan untuk tidak terlalu cari tahu lebih jauh. “Dunia politik jauhlah dari hidup saya. Yang penting saya masih bisa berbuat di masyarakat itu juga sudah mantap!” timpalku dalam hati membela diri.

Eh ternyata… Sepak terjang beliau kembali mengusik hati terutama setelah mendengar bagaimana Beliau benar-benar berkarya secara BTP (Berani - Tranparan - Profesional) sepanjang dia menjalankan amanat yang diemban. Bagaimana tidak? Saya lihat sendiri di YouTube, Beliau di tengah-tengah kesibukannya masih menyempatkan diri mendengarkan keluhan warganya yang datang dengan air mata memohon pertolongan untuk bantuan kesehatan (Tiba di Balai Kota DKI, Ahok Langsung Minta Maaf ke Ibu Ini - YouTube). Ngga pakai lama, Beliau langsung mencari tahu dan menyuruh pihak terkait mengurus proses pengobatan warganya tersebut. Sekalipun demikian, ia juga dengan tegas menolak upaya-upaya administrasi yang curang sekalipun itu dari warganya sendiri. Dalam bayangan saya, kehadirannya di Balaikota Jakarta seperti Pendekar yang benar-benar hanya fokus memperhatikan sinergisitas antara peran pemerintah dan kebutuhan rakyatnya.

Yang paling bikin seru adalah ketika Beliau menetapkan PerGub yang wajibkan Video Rapat Ditayangkan untuk Publik (Ternyata Ahok Buat Pergub yang Wajibkan Video Rapat Ditayangkan untuk Publik (kompas.com). Hal ini sama sekali tidak merubah siapa jati dirinya. Ia tetap memimpin dan berdiskusi secara BTP dengan para pemangku jabatan ketika itu. Sumpah serapah yang keluar dari mulutnya sempat menjadi senjata bagi semua pembencinya untuk menjatuhkan kredibilitasnya. Tetapi saya yakin, di lubuk hati paling dalam itulah kemarahan yang benar-benar sudah tidak bisa lagi terbendung. Kekecewaan yang terwujud dalam emosi yang meledak karena kinerja pemangku jabatan yang menyakiti rakyat.

Sejak saat itu, saya sering mendengar banyak pegawai pemerintahan di DKI Jakarta kucar-kacir setiap kali mereka mendengar nama Ahok atau ada isu sidak. Benar-benar Revolusi Mental banget ya… Dan tanpa saya sadari, ternyata gerakan Revolusi Mental ini menyentuh daerah-daerah kecil termasuk tempat saya saat ini mencalonkan diri menjadi BaCaLeg. Namanya sering disebut-sebut oleh para PNS yang bertugas di kota saya sebagai sosok figur yang sangat mempengaruhi kinerja mereka. Mengapa? Karena pemerintah setempat mau tidak mau menerapkan pola bekerja Beliau yang dirasa sangat efektif dan berpihak kepada masyarakat tetapi “menekan” para PNS untuk bekerja lebih maksimal.

Sampai akhirnya drama penistaan agama menuntutnya menjadi “penjahat agama” dan harus menerima hukuman selama 2 tahun dan denda biaya perkara sebesar Rp. 5.000,-Beliau sudah berusaha membela diri karena memang dia sama sekali tidak bermaksud demikian. Tetapi itupun tidak bisa membungkam kaum kadrun yang beria-ria dengan tuntutan hukuman yang diberikan. Luar biasanya, Pak Ahok bebas murni setelah 1 tahun 8 bulan 15 hari dipenjara dipotong beberapa remisi. Ia bahkan sama sekali tidak menggunakan apa yang menjadi haknya sebagai narapidana (Ahok Bebas 24 Januari, Total Hukuman Penjara 1 Tahun 8 Bulan 15 Hari (detik.com)).

Banyak orang meramalkan bahwa kesempatan Ahok untuk melanjutkan amanat rakyat pupus sudah setelah menjadi seorang mantan narapidana. Maaf saja!!! Jeruji besi ternyata tidak menghentikan langkahnya menjadi “Pejabat Halal” (istilah red.) di negeri ini. Orang-orang yang sangat mengenal hatinya kembali mempercayakan tugas penting yakni sebagai Komisaris Utama PT. Pertamina (Ahok Dapat Jabatan Baru di Pertamina, Apa Itu? (kompas.com)). Peran yang tidak main-main karena dampak yang diberikan akan berimbas ke seluruh masyarakat Indonesia. Peran yang dampaknya lebih luas dari seorang Wakil Gubernur. Dia terus memberi diri untuk berkarya sepanjang ia dipercaya dan ia sangat menjaga kepercayaan itu dengan integritas yang tidak pernah luntur. Dia bisa saja dendam atau memilih untuk pindah kewarganegaraan ke negara seperti yang pernah ia ungkapkan mengingat peristiwa tersebut telah membuat anak-anaknya menjadi korban bully (Takut Anak-Anak Di-Bully, Ahok: Sempat Mau Pindah Warga Negara - Sonora.id) tapi sampai saya mengetik tulisan ini yang saya tahu dia masih wara-wiri bahkan sedang mempersiapkan semakin banyak warga yang BTP melalui program MPB01, termasuk saya. Kalau bahasa saya, “Ini orang batrainya ngga ada habis-habisnya bagi rakyat!”

Saya pikir, seorang Ahok tidak akan pernah merencanakan dalam hidupnya untuk menjadi pejabat yang pada akhirnya dipenjara karena tuduhan yang tidak benar. Itu jelas sangat konyol… Tetapi sekalipun demikian, kerikil tajam perpolitikan ini sama sekali tidak menyurutkan semangatnya untuk terus melayani masyarakat. Ini menjadi pertanyaan besar dalam benak saya. “MENGAPA???”. Seberapa banyak gaji yang dia terima sehingga ia rela mengalami ini semua? Sampai-sampai mengorbankan keharmonisan keluarganya yang sempat menjadi bumbu pedas dalam sepak terjangnya melayani masyarakat? Saya rasa, berapapun gaji yang diterima Beliau sedikitpun tidak akan sanggup membayar penderitaan yang harus ia alami. Saya yakin sekali, banyak orang akan memilih mundur (mungkin juga saya) jika akan mengalami hal yang sama. “MENGAPA???”

Pertanyaan ini terjawab setelah saya menonton film pendek berjudul Fight Like Ahok Seri 1-3, dimana visi yang kuat ini justru lahir dari kegeraman dan kekecewaan akan kinerja pemerintah di daerahnya yang pada waktu itu tidak berpihak kepada rakyat bahkan menyusahkan rakyat, termasuk dirinya. Dengan yakin ia menawarkan dirinya untuk menjadi corong bagi keluhan masyarakat di parlemen sebab ia menyadari betul inilah peran utama seorang wakil rakyat. Sekalipun ia seorang yang menyandang minoritas dan dianggap “haram” karena latar belakangnya seorang Nasrani, ia tetap dengan yakin menyatakan bahwa ia memastikan akan membawa suara rakyat ke parlemen. Statemen yang paling menyentuh hati saya adalah ketika dia mengatakan, “Seandainya saya tidak terpilih di daerah itu, tetapi pada akhirnya terpilih karena menang di daerah lain, ia akan tetap memperhatikan kesejahteraan dan membawa suara masyarakat di daerah yang tidak memilihnya.” Dan ia membuktikan hal tersebut dimana ia menjadi Bupati pertama di Indonesia yang membuat program universal coverage pertama kali di Indonesia? (Ditantang Program, Ahok: Elu Mau Tanding Ide Apa Sama Saya (suara.com) yang akhirnya menjadi program yang sangat insightful bagi peningkatan pelayanan kesehatan di Indonesia. Program yang bepihak sepenuhnya kepada rakyat. Benar-benar PEJABAT HALAL

Izinkan saya memberi judul tulisan ini dengan judul “Pejabat Halal” yang pada akhirnya sangat banyak menginspirasi saya untuk maju menjadi wakil rakyat di daerah saya yakni Dapil I Kota Gunungsitoli. Mengapa demikian? Bicara tentang Pejabat Halal kita akan berhadapan dengan dua kata penuh otoritas, yakni: Pejabat dan Halal. Pejabat berarti orang yang dipilih karena dipercaya untuk menjabat atau mengemban sesuatu tugas penting sedangkan Halal berarti sesuatu yang dibolehkan atau diizinkan. Bahkan ada pengertian tambahan mengenai halal ini sendiri ini yakni sesuatu yang tidak membahayakan dunia dan akhirat. Maka memilih pejabat halal di Pemilu 2024 adalah HALAL bagi siapapun sebab kehadirannya tidak membahayakan siapapun sebaliknya amanah rakyat akan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh sehingga mendatangkan kebaikan bagi dunia dan akhirat.

Belajar dari sepak terjang Ahok di dunia politik, saya pikir gelar ini patut melekat di dalam diri seorang Ahok yakni sebagai Pejabat Halal, sebab profil seorang pejabat halal benar-benar nyata dalam keseharian Ahok, Mulai dari keterbebanannya akan kondisi masyarakat miskin dan terzolimi, bukankah itu halal? Kemudian lanjut upaya-upayanya untuk memperkenalkan diri dengan cara-cara yang murni tidak main uang, bukankah itu halal? Dibuktikan dengan program-program yang berpihak kepada kepentingan masyarakat, bukankah itu juga halal? Hatinya yang tidak pandang bulu dalam mengemban amanah, bukankah itu halal? Tidak putus asa demi memenangkan hati rakyat sebab ia tahu apa tujuannya yakni menyuarakan keluhan rakyat, bukankah itu halal? Hidup berbaur sampai ke masyarakat kecil, bukankah juga halal?

Masyarakat mana yang tidak ingin dibantu oleh Pejabat Halal seperti Pak Ahok. Tidak ada yang dapat mematahkan hipotesa bahwa ada hubungan antara pejabat halal dengan antusias masyarakat dalam memilih wakil rakyat. Politik uang manapun pasti akan gugur dengan sendirinya bila masyarakat celik bahwa kehadiran pejabat halal akan memberikan keuntungan berkali-kali lipat dari sekedar serangan fajar semalam. Ingin membungkam ketidakadilan yang menyengsarakan rakyat, jadilah Pejabat Halal. Pejabat yang dipilih dan dipercaya oleh rakyat sebab ia tidak mendatangkan bahaya bagi orang-orang yang memilih dia. Pejabat yang mendatangkan kebaikan bagi rakyat sepenuhnya.

Masuk ke dunia politik sempat membuat saya ragu karena isu-isu santer yang saya dengar bahwa dunia politk itu jahat dan penuh dengan kelicikan. Belum lagi isu politik mengenai politik uang yang sudah jadi rahasaia umum. Dunia politik juga telah banyak menghancurkan kepercayaan masyarakat terhadap tokoh politik yang tadinya datang dengan “mengemis suara” tapi akhirnya menjadi penghianat rakyat itu sendiri dengan korupsi. Bahkan partai sebaik apapun pasti ada saja pejabat haram berkedok sogokan yang ikut bermain didalamnya. Tetapi pernyataan Ahok menyadarkan saya bahwa orang benar/orang baik harus memberi warna kalau ingin mengubah nasib rakyat (Blak-blakan Ahok Soal Kehidupan di Penjara - YouTube). Kalau bukan kita siapa lagi? Rakyat butuh Pejabat Halal seperti Ahok.

Menjadi pejabat halal seperti Ahok menjadi inspirasi tersendiri buat saya dalam mengajukan diri menjadi BaCaLeg di Pemilu 2024. Rakyat juga perlu dibantu untuk mengenal profil ini sehingga pada akhirnya memilih pejabat halal demi kemaslahatan bersama. Bagaimana caranya? Salah satu caranya adalah Fight Like Ahok. Kiranya tulisan saya tidak hanya menginspirasi para BaCaLeg untuk maju menjadi Pejabat Halal tetapi juga mencelikkan warga untuk Pilih yang Bener yakni pilih Pejabat Halal demi Indonesia yang lebih baik.

Road to Good Nation 2024

Salam,

Senikariawati Laiya, S.Psi., M.A. (Shen)

Kenali saya lebih jauh di: Profil Senikariawati Laiya, S.Psi., M.A. (goodkind.id) 

Jika berkenan di hati sudilah kiranya memberikan Like, Comment & Share tulisan saya di https://goodkind.id/tulisan/pejabat-halal-refleksi-fight-like-ahoki 

Terimakasih

Salam, Bersama orang Baik, Indonesia pasti lebih baik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun