Mohon tunggu...
Shelyn Sihotang
Shelyn Sihotang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai, Saya Sri Shelyn Selfia Sihotang, saya Mahasiswa Universitas Komputer Indonesia Jurusan Ilmu Komunikasi. Disini saya akan menulis hal-hal yang saya suka dan memberikan inspirasi yang menarik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menghadapi Pungli, Kisah Pedagang Kecil di Tengah Krisis Ekonomi

7 November 2024   00:42 Diperbarui: 7 November 2024   00:46 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

     Setiap Pagi, aroma nasi yang harum menyebar, tetapi di balik kelezatan itu, seorang pedagang kecil berjuang melawan bayang-bayang pungutan liar yang mengancam kelangsungan hidupnya. Dalam wawancara ini, mengungkapkan pengalaman pahitnya terkait pungutan liar (pungli) yang sering dia hadapi, terutama dalam kondisi ekonomi yang sulit saat ini. Dengan semangat, dia menceritakan bagaimana dia memulai usaha ini beberapa tahun yang lalu, bermodalkan resep turun temurun dari keluarganya. Setiap pagi, dia bangun lebih awal untuk memasak nasi kuning yang harum dan menggugah selera, berharap bisa menjualnya sebelum siang. Namun, di balik senyumnya yang ramah, tersimpan cerita pahit tentang pungutan liar yang sering beliau hadapi. 

"Saya sering kali diminta uang tambahan oleh oknum tertentu di pasar," ungkapnya. "Jumlahnya bervariasi, biasanya antara 5 ribu hingga 20 ribu rupiah." Dia menjelaskan bahwa pungli ini biasanya dilakukan oleh petugas keamanan pasar atau pihak-pihak yang mengklaim sebagai pengawas pasar. Pungli yang dialami beliau tidak hanya menguras kantongnya, tetapi juga mempengaruhi usahanya secara keseluruhan. "Uang yang seharusnya bisa saya gunakan untuk buat modal malah harus saya berikan kepada mereka," keluhnya. 

Dia menyoroti bahwa pungli ini terjadi di saat-saat sulit seperti sekarang, di mana banyak orang kehilangan pekerjaan akibat dampak ekonomi sekarang. "Kami pedagang kecil sangat bergantung pada setiap rupiah yang kami dapatkan," katanya. Meskipun merasa tertekan dengan situasi ini, dia tetap optimis. Beliau berharap ada tindakan tegas dari pemerintah untuk memberantas pungli di pasar-pasar tradisional. "Saya ingin pemerintah mendengar suara kami dan mengambil langkah nyata agar kami bisa berdagang dengan tenang," ujarnya. "Kita harus saling mendukung dan melaporkan jika ada oknum yang meminta pungutan liar," tambahnya.

     Wawancara ini memberikan gambaran nyata tentang perjuangan pedagang kecil di Indonesia, terutama dalam menghadapi praktik pungli yang merugikan mereka. Kisahnya adalah pengingat bagi kita semua untuk lebih peka terhadap nasib para pedagang kecil dan mendukung upaya pemberantasan pungli demi menciptakan lingkungan usaha yang lebih baik dan adil. Dengan harapan bahwa suatu hari nanti, mereka dapat berdagang tanpa rasa takut akan pungutan liar, kisah pedagang nasi kuning ini menjadi cerminan dari ribuan suara lain yang mungkin tidak terdengar, namun memiliki makna yang sama dalam perjuangan sehari-hari mereka di pasar tradisional. Akhirnya, kisah pedagang nasi kuning ini adalah pengingat bahwa di balik setiap piring nasi kuning yang disajikan, terdapat perjuangan dan harapan seorang manusia. 

     Mari kita bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi mereka, sehingga suatu hari nanti, mereka dapat berdagang tanpa rasa takut akan pungutan liar, dan bisa fokus pada apa yang mereka cintai - menyajikan makanan lezat bagi masyarakat sambil membangun masa depan yang lebih cerah untuk keluarga mereka. Pungutan liar bukan hanya menggerogoti pendapatan mereka, tetapi juga mengikis semangat dan kepercayaan diri untuk terus berusaha. 

Dalam situasi seperti ini, penting bagi kita semua untuk mendengarkan suara mereka dan memahami betapa beratnya beban yang mereka pikul setiap hari. Dengan demikian, mari kita dukung para pedagang kecil dalam perjuangan sehari-hari mereka, karena keberhasilan mereka adalah keberhasilan kita semua sebagai bagian dari masyarakat yang saling mendukung dan peduli satu sama lain dan Dengan adanya perlindungan hukum dan upaya pelaporan yang jelas, diharapkan para pedagang dapat lebih berdaya dalam melawan pungli dan menjaga keberlangsungan usaha mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun