Mohon tunggu...
SHELY CAHYA
SHELY CAHYA Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa dalam lingkar sastra dan linguistik

gemar belajar, membaca, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Book

Menelisik Makna Kehidupan Dalam Puisi Karya Penyair KO

20 Juni 2023   14:45 Diperbarui: 20 Juni 2023   16:48 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Nama Buku               : Judul Asli Pada Saat Merenung Hal-Hal yang Kuno. Judul Penerjemah Indonesia Ikan Adalah Pertama. 

Pengarang                  : Ko Hyeong Ryeol

Penerjemah                : Kim Young Soo & Nenden Lilis Aisyah

Penerbit                       : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), Kota Jakarta

Tahun Terbit             : 2023

Tebal                          : xxiii + 259 halaman

Ko Hyeong Ryeol (penyair KO) ialah seorang penyair asal negeri ginseng yang lahir pada tanggal 8 November 1954 di kota Sokcho Provinsi Gangwon. Penyair KO mulai terjun pada dunia kesusastraan melalui puisinya "Chuangtzu" dimajalah Hyundaemoonhak tahun 1979. Setelah itu, penyir KO banyak menerbitkan karya antologi puisinya seperti; Bagaimana Kabarnya Kota Seoul, Perkebunan Semangka Puncak Daechong, Bunga Embun Beku, dan antologi puisinya yang belum lama terbit, berjudul Pada Saat Merenung Hal-hal Kuno yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan judul Ikan Adalah Pertapa. 

Dalam perjalanan karirnya, penyair KO juga pernah tergabung kedalam Writers Association of Korea, CEO the Poet of Asia, dan mengedit sekitar 200 puisi dalam 20 tahun. Atas karya-karya dan pengalamannya, penyair KO juga banyak menoreh prestasi pada beberapa ajang penghargaan, seperti; penghargaan Hyundaemunhak, Penghargaan Kebudayaan dan Kesenian Republik Korea, dan Penghargaan Era Penulis Esai.

Buku Ikan Adalah Pertapa ini merupakan antologi puisi yang memiliki total 60 buah puisi yang dibagi kedalam 4 bagian sub-bab, yang mana masing-masing dari sub-bab tersebut terdapat 15 buah puisi. 

Secara keseluruhan tema dari buku antologi puisi Ikan Adalah Pertapa ini mengenai kontemplasi akan kehidupan. Menurut penerjemahnya, Nenden Lilis Aisyah puisi-puisi penyair KO bagai suatu lampu yang memancarkan cahaya ke berbagai arah, hal itu berarti bahwa setiap puisi tidak hanya memiliki satu maksud namun juga memiliki makna ke berbagai arah, saat puisinya dibaca selalu menimbulkan makna baru.

Pada sub-bab pertama, yang diberi judul "Bagai Kenangan Milik Cahaya yang Sangat Dekat" penyair KO menuliskan judul-judul puisi yang objeknya terdapat pada lingkungan yang begitu dengan kehidupan kita, seperti; ikan, rumput, ombak, awan, cahaya, bintang, dahan, kentang, kereta, kucing, dan bebek. Hal itu dapat pula dilatar belakangi oleh profesinya yang juga dikenal sebagai aktivis lingkungan. 

Lebih jauh, Penyair KO pernah menerbitkan puisi tentang ekologi lingkungan. Menariknya, dalam antologi puisi ini terdapat pula beberapa butir puisi yang bertemakan lingkungan alam. Seperti pada sub-bab 4, terdapat puisi dengan judul "Kesewenang-wenangaan Kepada Sang Surya" penggalannya sebagai berikut;

Bertahun-tahun, demikian

Memberikan banyak awan, hujan, dan sinar matahari

Tapi tak mendapat ucapan terima kasih 

("Kesewenang-wenangan Kepada Sang Surya", Ryeol, 2023)

Kapan umat manusia akan menjunjung tinggi sang surya lagi?

Kapanka mereka mendongak? 

("Kesewenang-wenangan Kepada Sang Surya", Ryeol, 2023)


Pada kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa kata sang surya didalam puisi tersebut ialah makna konotasi dari bumi. Penyair didalam puisi terlihat menuangkan segala keresehannya atas perilaku manusia terhadap bumi tempatnya berpijak (atau lingkungan sekitarnya). 

Puisi diatas mencoba untuk menyadarkan manusia akan menjaga lingkungan sekitar yang telah membuat manusia mampu bertahan hidup (dapat dilihat dari ...memberikan banyak awan, hujan, dan sinar matahari). Namun manusia abai akan menjaganya (dilihat dari ...tapi tak mendapat ucapan terima kasih) lebih jauh lagi perilaku negatif tersebut kembali ditegaskan oleh penyair pada kutipan ...kapan manusia akan menjunjung tinggi sang surya lagi? Kapan mereka mendongak lagi? Kutipan tersebut juga dapat dikatakan memiliki makna bahwa manusia harus menyadari akan lingkungan sekitarnya yang harus dijaga.

Kembali pada tema keseluruhan antologi puisi ini mengenai kontemplasi akan makna kehidupan, pada sub-bab pertama terdapat puisi dengan judul Menangkap Cahaya yang Tak Dapat Menyebrang, berikut penggalannya;

Demi sesuatu. Yang lebih uranium daripada uranium

Yang lebih karnon daripada karbon 

Yang lebih lurus daripada garis lurus 

("Menangkap Cahaya yang Tak Dapat Menyebrang", Ryeol, 2023)

Jelas sudah, seluruh waktu kita telah dikorbankan

Sesaat sebelum beberapa cahaya mekar kembali di depanmu

Berupaya membawakan napas Panjang dan puisi 

Namun, tak ada hal yang terlambat

("Menangkap Cahaya yang Tak Dapat Menyebrang", Ryeol, 2023)


Pada kutipan puisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kata cahaya yang ada pada puisi tersebut memiliki makna konotasi sebagai sebuah impian. Puisi diatas mempunyai makna dalam impian atau sesuatu yang kita inginkan, pastinya akan melewati proses yang panjang dan sebuah pengorbanan. 

Namun meski begitu harus tetap berusaha dalam mengejar impian tersebut, karena sejatinya tidak ada sebuah keterlambatan dalam mengejar impian. Sebagaimana yang dikataka oleh Nenden Lilis Aisyah bahwa puisi selalu merefleksikan diri akan keadaan yang sesungguhnya dan puisi hadir dari kepedulian akan relitas sosial. Puisi karya penyair KO diatas merupakan wujud konkret dari apa yang dikatakan Nenden Lilis Aisyah atau dapat dikatakan amat mencerminkan kehidupan.

Jika kita membahas mengenai kelemahan dan kelebihan buku ini, secara keseluruhan buku ini mempunyai mutu tinggi karena dapat menjadi bekal pembacanya dalam menjalani kehidupan yang lebih bijak, Adapun kelemahan dari buku ini ialah bahasanya yang terlalu tinggi, sehingga agak sulit dipahami untuk orang yang awam dalam dunia kesusastraan dan butuh fokus yang tinggi dalam memahaminya.

Shely Cahya Illyunda, 2000569 

Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia  

FPBS UPI, Bandung.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun