Pengertian likuefaksi menurut Das (1992) merupakan keadaan tanah yang mengalami deformasi dari keadaan solid menjadi likuid akibat menerima beban siklis yaitu berupa getaran yang diterima oleh tanah. Getaran yang dimaksud salah satunya dapat berasal dari gempa bumi. Ketika getaran tersebut diterima, sifat-sifat lapisan tanah terdeformasi menjadi likuid sehingga tanah tidak lagi dapat menopang beban bangunan yang berada di atasnya. Menurut Hutagalung dan Tarigan (2019), likuefaksi umumnya terjadi pada tanah yang jenuh air. Ketika mengalami getaran, air tersebut memberikan tekanan pada partikel tanah yang menyebabkan kepadatan tanah menjadi berkurang.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, gempa bumi menjadi salah satu penyebab terjadinya likuefaksi. Selain itu, terdapat hal lain yang menjadi penyebab terjadinya likuefaksi. Dilansir menurut Liliwarti (2018), berikut empat penyebab terjadinya likuefaksi yang perlu diketahui :
1. Struktur Tanah
Kehadiran tanah berbutir kasar yang mendominasi pada suatu wilayah menjadi salah satu penyebab terjadinya likuefaksi. Jenis tanah berbutir kasar di antaranya adalah pasir dan kerikil. Jenis tanah tersebut mempunyai nilai kohesi yang rendah dan mudah rusak dalam kondisi yang kering. Anggapan bahwa likuefaksi hanya terjadi pada tanah berbutir kasar didasarkan pada hasil riset dari mayoritas sejarah terjadinya likuefaksi di dunia. Namun, terdapat temuan lain yang menunjukkan bahwa likuefaksi juga dapat terjadi pada tanah berbutir halus.
2. Beban Siklik
Beban siklik atau pembebanan yang terus-menerus dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya ialah gempa bumi. Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan terjadi gempa bumi karena dilalui oleh jalur subduksi yang memanjang dari Pantai Barat Pulau Sumatera hingga ke bagian Selatan Nusa Tenggara. Syarat gempa yang dapat menyebabkan terjadinya likuefaksi adalah gempa bumi yang memiliki nilai magnitudo lebih dari 7 Skala Richter.
3. Kondisi Lapisan Tanah
Keberadaan permukaan air tanah yang dangkal sangat rentan terhadap likuefaksi. Kondisi tanah yang demikian memiliki kerentanan yang sangat tinggi ketika muka air tanah berada 3 meter di bawah permukaan tanah. Air dalam rongga-rongga antar partikel tanah dapat menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan hidrostatis yang tinggi pada lapisan tanah.
4. Usia Lapisan Tanah
Lapisan tanah terdiri dari campuran kompleks partikel tanah dan cairan alami. Lapisan tanah memiliki kecenderungan mengalami peningkatan kekuatan dari waktu ke waktu karena mengalami proses litifikasi dan diagenesis. Tanah akan mengalami peningkatan kekuatan seiring bertambahnya waktu yang berdampak pula pada peningkatan kemampuan lapisan tanah agar tidak mengalami likuefaksi. Likuefaksi rentan terjadi pada lapisan tanah yang usianya kurang dari 500 tahun.
Likuefaksi yang terjadi pada suatu wilayah dapat menimbulkan dampak yang sangat merugikan. Fenomena likuefaksi yang berkaitan dengan kegagalan struktur tanah dapat menyebabkan bangunan yang berada di atas tanah rusak atau bahkan hancur. Lebih lanjut lagi, likuefaksi dapat menghanyutkan bahkan mengubur material yang berada di atas tanah seperti yang terjadi pada tahun 2018 di daerah Petobo, Sulawesi Tengah.
Proses dan penyebab terjadinya likuefaksi sebenarnya mudah dipahami. Namun, sampai saat ini belum ada teknologi yang mampu memprediksi kapan dan di mana likuefaksi akan terjadi. Beberapa bencana alam memang tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi. Namun, hal yang paling penting ialah kita harus senantiasa siap siaga dalam menghadapi kemungkinan bencana alam yang dapat terjadi di tempat tinggal kita.
Daftar Pustaka
Das, Braja M. (1992). Principles of Soil Dynamic. Whistable : Kent Publishing Company.
Hutagalung, Mario dan Simon Dertha Tarigan. (2019). "Analisis Potensi Likuifaksi Akibat Gempa (Studi Kasus : Reklamasi Pelabuhan Kontainer Belawan Fase-2)." Jurnal Rekayasa Konstruksi Mekanika Sipil, 2 (1), 15-33.
Liliwarti. (2018). "Informasi Titik-Titik Likuifaksi Akibat Gempa Bumi di Kota Padang." Jurnal Ilmiah Rekayasa Sipil, (15) 1, 17-23.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H